Chapter 9 Bibir Sexy Lucifer

6 1 0
                                    

 Happy Reading and Fun! 

***

"Huek. Setelah sekian lama tidak menginjakkan kaki ke bumi, udaranya semakin kotor saja."

Sosok malaikat sudah menghilang dari langit. Ditinggalnya ketujuh Kebajikan di sana. Yang langsung memasang wajah tidak sukanya karena harus meninggalkan surga yang jelas lebih nyaman dibandingkan bumi.

Tubuh bersih, sayap putih, pakaian yang bersinar, hanyalah sebagian kecil dari bukti betapa nikmatnya tinggal di surga. Jika Tujuh Dosa Besar ada sebagai anak buah Lucifer yang tercipta akibat perbuatan dosa manusia, Tujuh Kebajikan sebaliknya. Mereka sengaja diciptakan oleh malaikat untuk memperangi mereka. Membalikkan dosa yang ada agar dunia manusia menjadi damai.

"Bukan, Diligence. Udaranya kotor berkat mereka," tunjuk yang membawa panah. Mengarah pada tujuh makhluk yang di bawah mereka serta memiliki aura hitam.

Yang dipanggil merasa terkejut. "Loh, Dosa Besar? Pantas saja kita dipanggil."

"Hai! Sudah lama, ya tidak bertemu! Ada yang mau bermain sama aku, nggak? Sekarang aku sedang longgar, loh. Aku bisa memberi layanan spesial," goda Lust, dosa nafsu dengan tatapan serta nada yang mendayu.

Walau tahu jika itu tak mungkin mempan, Lust sepertinya memang hanya ingin menggoda mereka. Lihat saja, wajah santai mereka berubah menjadi menukik setelah mendengar ucapannya barusan. Tidak ada gunanya juga basa-basi. Mereka semua sudah ditakdirkan sebagai musuh. Berkawan pun rasanya mustahil.

"Kakak, Kakak!"

Seorang anak perempuan berbisik pada salah satu Tujuh Kebajikan. Berhasil, dia menarik perhatian salah satunya. Dia merendahkan diri lalu ikut berbisik padanya.

"Loh? Kok ada anak kecil di sini? Apa yang kau lakukan?" tanyanya bernada khawatir. Tubuhnya begitu mungil dan beberapa pakaiannya robek, penampilan yang menyedihkan.

Anak itu nampak kebingungan. "A-aku tak tahu. Tiba-tiba aku ada di sini lalu kalian datang. Sebenarnya apa yang sedang terjadi, Kak? Aku ingin pulang," adunya dengan mata yang berkaca-kaca.

Karena kasihan, anak itu didekapnya dalam pelukan. Menenangkan tubuh mungil itu. Mengatakan semuanya akan baik-baik saja.

"Jangan khawatir, ada aku di sini! Aku akan mengantarkanmu pulang, okey!"

"Kindness, menjauhlah darinya!"

Salah satu temannya menyadari tingkah pura-pura sang anak perempuan. Diligence melanjutkan, "Dia itu Raja Iblis!" peringatnya.

"Apa maksudmu, Diligence? Bagaimana mungkin anak semanis ini adalah Raja Iblis?" seloroh Kindness.

"Raja Iblis? Siapa? Aku?" Lucifer yang berbakat akting pun mulai mengeluarkan jurus andalannya. Mata berkaca-kaca dengan wajah memelas khas anak kecil.

Diligence sempat termakan aktingnya. Namun, dia dengan cepat menggeleng. Mengembalikan kesadarannya. "Lihat baik-baik, Kindness! Dia memiliki mata merah! Dia iblis!"

Kindness menurut, menatap anak kecil di depannya yang masih berkaca-kaca. Diligence benar, mata sebelahnya merah. Namun, sebelahnya lagi juga biru. Agak membingungkan baginya. Lucifer pun menambah ekspresi memelasnya. Membuat Kindness tak tega.

"Kejam kau, Diligence! Mana mungkin anak ini Raja Iblis, Lucifer?! Raja Iblis itu beringas, kejam, senyumnya mengerikan, semua giginya adalah taring yang panjang, mata semeriah darah, sayapnya hitam seperti gelapnya malam, dan tanduknya itu loh! Aneh banget. Seperti berbentuk terompet yang berlubang!"

Teman-temannya sontak tertawa dengan sifat polos Kindness. Lucifer juga mati-matian menahan senyumnya agar tidak ketara kemarahannya. Bisa-bisanya tanduk agung yang sering dia banggakan justru dikatakan seperti terompet. Apakah Kindness tidak kenal seni?!

Ratu Iblis [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang