Bertanya untuk menyerah.
<<<----------Surrender---------->>>
"Ternyata ini sudah tahun 2022 ya?"
"Hmm... sudah lama sekali bahkan rasanya
hati ku mulai hancur dengan perlahan""Sudah kubilang tidak boleh membahas hal itu lagi"
Sore hari terasa hangat dengan langit jingga yang muncul dengan malu-malu. Percakapan tiga pemuda dipinggir sungai Han itu terdengar sangat santai dengan tawa serta senyuman hangat yang terbit di wajah mereka.
Melupakan rasa sakit yang mereka tanggung dengan sendirinya. Percakapan itu terlihat tulus tanpa beban ataupun kebohongan disetiap katanya.
"Na? Besok ada jadwal nyuci"
Tanya salah satu dari ketiga pemuda itu, dengan wajah tersenyum. Sebut saja itu Haechan.
"Iya tau kok, kalian tidak perlu ikut. Nanti aku ditemanin sama kak Doyoung"
Ucapan tulus itu keluar tanpa ragu disetiap katanya. Pemuda Na itu tersenyum hangat sambil melihat sungai Han yang tenang didepannya.
Tidak ada percakapan lagi setelah itu, hanya angin sore yang menyejukkan menerpa wajah mereka. Semuanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Terlalu lama untuk berdiam diri di sungai Han itu, sampai mereka tidak sadar jika salah satu diantara mereka telah menahan sesuatu yang seharus nya tidak keluar disaat seperti ini.
Ah, si pendiam Lee Jeno itu tengah menahan sakit diperutnya, mungkin tubuhnya tidak menunjukkan pergerakan jika ia tengah kesakitan. Tapi wajahnya tidak dapat berbohong matanya mulai menguning dengan bola mata yang bergetar gelisah.
"Shs..."
Hilang sudah pertahanan seorang Lee Jeno. Mendengar suara yang nyaris tidak terdengar itu, kedua pemuda lain nya melirik cepat kearah Jeno dengan raut terkejut dengan perasaan khawatir luar biasa.
"No, kau baik-baik saja?"
Tanya Haechan khawatir. Dan melangkah cepat kearah Jeno begitupun dengan Jaemin.
"S-sakit Chan"
Demi tuhan, Jeno tidak berbohong akan sakitnya. Ini terlalu luar biasa sakit dari sebelum nya. Tangan nya sibuk meremas bagian perutnya, sangat kuat mungkin perut nya akan membiru setelah ini.
"Haechan hubungi kak Jaehyun sekarang!"
Mendengar perintah mutlak itu, Haechan tanpa berkata lagi langsung bergerak cepat menelepon dokter pribadi Jeno.
<<<----------Surrender---------->>>
Malam ini terasa begitu dingin di rumah sakit ternama di kota Seoul. Sekarang Haechan dan Jaemin berada di ruang inap Jeno. Bahkan mereka masih enggan membuka suara, padahal sudah jelas jika si pemilik ruangan menatap mereka dengan raut kebingungan.
"Kenapa diam?"
Ucap Jeno tidak tahan dengan suasana sepi ini, mereka biasa nya tidak seperti ini. Apa Jeno melakukan sebuah kesalahan?
"Kenapa menahannya begitu lama? Kau seharusnya meminta bantuan pada kami. Perut mu kembali membengkak"
Ucap Jaemin dengan wajah datar, tapi dengan nada khawatir disetiap kata yang ia ucapakan.
Tidak ada jawaban atas pertanyaan Jaemin, Jeno memilih diam sambil tersenyum hangat menatap kedua sahabatnya.
"Senyumanmu bahkan terlihat menyakitkan Jeno. Itu melukai hatiku"
Ucap Haechan dengan bibir bergetar. Bukan ia takut hanya saja Haechan terlalu khawatir dengan sahabatnya.
Jeno menunduk matanya bergetar menahan isak tangis yang mungkin akan meledak sebentar lagi. Jeno meremas seprei di samping nya sambil berkata
"Terlalu menyakitkan untuk ditahan, terlalu susah untuk berteriak menghilangkan rasa sakit ini. Aku mungkin bisa meminta bantuan kalian, tapi raut wajah kalian yang tidak dapat berbohong, kehawatiran disetiap kata yang kalian lontarkan. Itu lebih dari cukup membuat ku merasa bersalah karena selalu merepotkan kalian. Rasanya sangat sakit hingga aku bahkan berfikir untuk menye---"
"LEE JENO!!!"
Teriakan kuat itu berasal dari mulut Jaemin, berniat untuk memberhentikan Jeno dari kata sensitif dalam hidupnya. Ya itu adalah kata 'menyerah'
Jeno hanya tersenyum hambar melihat sahabatnya yang memotong percakapannya. Ini adalah rekor terpanjang Jeno saat berbicara, catat!! Rekor terlama. Mengangkat dagu menatap kosong kearah kedua sahabatnya.
"Rasanya menyakitkan, aku lelah sangat lelah. Bagaimana jika aku menyerah?"
Pertanyaan bodoh dari seorang Lee Jeno. Haechan sudah waspada akan kalimat yang keluar dari mulut Jeno ini, melirik sebentar pada Jaemin yang terlihat akan meledak karena sungguh Jaemin sangat benci pada orang yang mudah menyerah.
Haechan mengusap pundak Jaemin sebentar, lalu melihat Jeno yang melihat mereka dengan tatapan kosong.
"Jeno, ingat mimpi yang selama ini kau impikan, jangan melihat kebawah lihatlah keatas. Banyak mimpi yang menunggumu diatas sana. Cukup bersabar dan bersyukur disetiap waktu, doakan yang terbaik pada dirimu sendiri"
Ucapan tulus itu keluar dari mulut Haechan, berfikir lebih dewasa dan bersikap lebih lembut disetiap situasi tertentu adalah ahli nya Haechan.
Seharusnya Jeno berfikir dua kali sebelum mengangkat topik ini. Jeno tidak berbohong saat Jeno berkata dirinya sudah lelah, dan ingin menyerah. Belasan tahun hidup dengan keadaan medis yang mengerikan ini sudah lebih dari cukup membuatnya sabar menghadapi dunia yang kejam ini.
"Mau berjanji? Kita akan terus berjuang sampai pada batas wajarnya"
Akhirnya ucapan itulah yang keluar dari mulut Jeno. Menggembangkan senyum tanpa paksaan memamerkan gigi rapihnya pada sahabatnya.
Jaemin yang awalnya membuang wajah karena enggan menatap Jeno, akhirnya melirik sang sahabat. Mendengar janji yang diucapkan sahabatnya itu membuatnya meluluh dan berlari memeluk Jeno dengan hati bergetar menahan isak tangis. Begitupun dengan Haechan dirinyapun berlari memeluk kedua sahabatnya yang tengah menangis itu.
"Kalian tahu? Menyerah bukanlah pilihan bagus, itu tidak keren sama sekali. Maka dari itu kita tidak boleh menyerah oke?"
Perkataan Jaemin membuat Jeno dan Haechan menatap nya lalu tersenyum sambil mengangguk menyetujui.
Terkadang pertemanan yang mereka bangun kurang lebih dari 16tahun itu memang sangat tidak terduga, saling menguatkan satu sama lain.
<<<----------Surrender---------->>>
KAMU SEDANG MEMBACA
surrender [NominHyuck]
Ficção Adolescente[HIATUS] Kisah tiga sahabat yang berjuang melawan penyakitnya, tidak ada yang tau ternyata setelah salah satunya memilih menyerah, terjadilah kesalahpahaman yang luar biasa hingga terjadilah pertikaian hebat yang tidak ada habisnya. "Menurut mu siap...