Impian di umur 18
<<<----------Surrender---------->>>Semua tentang hidup itu memang menyulitkan tapi tidak ada yang tahu kapan dan bagaimana semua itu dimulai dan akan berakhir. Mungkinkah itu akan berakhir lambat ataupun malah sebalik nya.
Banyak manusia yang ingin menyerah dengan hidupnya dengan alasan yang sangat sepele, padahal banyak manusia yang ingin merasakan hidup barang sedetikpun. Bisakah kita menghargai hidup dan waktu yang kita punya ini? Sebelum semuanya terlambat selagi waktu ini masih bergerak mengikuti arahnya.
Pagi ini, Haechan tengah berjalan perlahan memasuki area sekolah. Berhenti tepat didepan kelas sambil menatap kosong keseluruh objek didalam ruangan itu. Tidak ada yang menarik untuk dilihat.
Hari ini berbeda, jika biasanya Haechan akan berbagi kisah dengan sahabatnya maka sekarang Haechan hanya diam dan tidak mengatakan apapun.
Sebelum pelajaran dimulai, Haechan mengambil buku diary kecilnya yang berbentuk beruang coklat menggemaskan. Menulis perlahan tentang apa yang dia alami hari ini.
040622
07.35Sendiri lagi.
Jeno sedang dirawat, Jaemin ada jadwal nyuci hari ini.
Kelas sangat sunyi tanpa mereka.
Aku mendo'akan terbaik untuk mereka.
Cepat sembuh....08.01
Rasanya sebentar lagi umur ku 18thn.
Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu hahaha, hari ini tepat 3tahun umur KNF stadium 3 ku.
Rasanya seperti mimpi masih bisa melihat matahari pagi ini.08.53
Aku ingin kesehatan penuh pada kedua sahabat ku, aku ingin melihat mereka sembuh dan bahagia tanpa ada rasa sakit di dalamnya. Aku mencintai kalian dari lubuk hati paling dalam, terimakasih telah berjuang bersama sampai detik ini.
Haechan06_
Haechan tertawa kecil membaca ulang tulisan yang sangat berantakan miliknya. Rasanya sangat lucu membuat diary setiap harinya.
Pelajaran dimulai dengan keadaan sunyi, karena memang guru yang masuk adalah guru yang paling disegani di sekolah ini. Ya, itu adalah Pak Jo.
Kehadiran adalah hal utama saat guru sudah berada dikelas, pak Jo mulai memanggil satu persatu murid yang ada di kelas itu.
"Na Jaemin"
Nama itu dipanggil, tapi tidak ada yang kunjung menjawab nya.
"Dimana Jaemin?"
Tanya pak Jo, dengan raut yang tidak bisa diartikan lagi."Biasalah pak, palingan sakit ato nyuci pakaian bwahaha"
Tawa itu pecah, dan seluruh orang yang ada dikelas itu menyahuti dengan tawa yang sangat nyaring. Tetapi tidak dengan satu orang yang diam sedari tadi, itu Haechan.
Candaan itu berasal dari mulut Felix si anak asli kelahiran Amerika. Mulutnya memang tidak pernah bisa dikontrol dan sangat tidak sopan.
"Apa benar Haechan? Dan Jeno juga tidak hadir hari ini, apakah dia juga sedang sakit? "
Tanya pak Jo untuk memastikan, Haechan hanya diam tidak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya."Diam pertanda iya"
Itulah kesimpulan yang diambil Pak jo.Haechan adalah tipikal orang yang akan heboh dan sangat cerewet ketika bersama sahabatnya. Jika tidak ada sahabatnya Haechan pasti akan diam. Jika biasanya mereka bertiga akan melawan saat ditertawakan, maka akan berbanding terbalik jika hanya Haechan sendirian. Bukan bermaksud untuk takut, Haechan hanya memilih tidak memperdulikan sekitar karena jika dia peduli itu akan berkali lipat melukai hatinya.
Dari ujung sana Felix bersama teman-temannya tertawa mengejek Haechan. Bahkan sesekali melemparkan kertas yang sudah dibentuk menyurupai bola tepat kekepala Haechan.
Walaupun itu sangat menyakitkan, Haechan lebih memilih tidak peduli. Dia hanya diam menerima semua perlakuan buruk dari temannya.
"mati saja kau, dasar tidak berguna. waktumu hanya sedikit lagi didunia sebaiknya mati lebih cepat lebih bagus hahaha"
Tidak ada yang melerai bahkan Pak Jo pun hanya diam, dia hanya beranggapan bahwa itu hanya candaan anak muda pada umumnya.
Haechan tersenyum kecil, ada sesuatu yang tersirat dipikaran nya. Sebuah hayalan kecil tentang masa depan.
...
Jaemin sekarang tengah berjalan lurus menuju ruangan Jeno dirawat, dia melewatkan jadwal cuci darahnya hari ini. Niatnya hanya ingin menjaga Jeno agar secepatnya keluar dari rumah sakit ini, barulah dia fokus pada kesehatannya.
Jaemin melihat jam di handphone nya sudah sore ternyata, dia harus cepat-cepat keruangan Jeno, hanya ingin memastikan jika Jeno masih tetap berada di ruangannya.
Ceklek..
Suara pintu dibuka, Jaemin melihat Jeno yang sedang membaca buku tebal entah apa judulnya, tapi yang pasti itu sangat membosankan untuk jaemin sendiri.
"Hey kutu buku"
Sapaan yang benar-benar tidak sopan. Tapi ini adalah Jaemin, orang yang terkadang sangat-sangat tidak terduga.
"Dimana Haechan? bukan nya tadi pagi kau mengatakan jika kalian akan kesini bersama?"
Ah...
Jaemin baru ingat sekarang, dia seharusnya menjemput Haechan terlebih dahulu, dia sudah berjanji tadi pagi setelah memberitahu Haechan jika dia melewatkan jadwal cuci darahnya."Astaga, aku lupa!!!"
"kau melewatkan 1 jam, ini sudah sangat malam jika memang benar Haechan masih disekolah. bagaimana jika Felix kembali berulah. Aku sungguh tidak akan memaafkan diriku jika suatu hal terjadi pada Haechan"
Nada khawatir dan rasa bersalah itu keluar dari mulut Jeno. catat ini adalah sejarah untuk yang kedua kalinya dia berbicara sebanyak ini.
"shit.. semoga dia baik-baik saja. Aku harus pergi..."
Jaemin langsung berputar balik, dan langsung berlari kearah pintu utama. belum sempat dia mencapai pintu itu. Nada dering dari benda pipih yang ada ditangan nya bergetar, menandakan ada sebuah panggilan masuk.
"hallo Dok??"
"what the fuck? kecalakaan tunggal?"
<<<----------Surrender---------->>>
hallo teman, ini alur ceritanya aku ubah ya, gak tau pas nulis book ini ada sedikit dipikiran aku alur cerita yang menurut aku bagus walaupun gak terduga hehe...
ini kok baru book awal udah mau konflik?
iya gaes jadi ini perkiraan aku dari awal, mau buat book ini singkat. jadi tungguin aja yaa...
oh iya maaf juga karena ini aku up nya lama, kemaren sempat buntu nih otak mikirin alur ceritanya.
masih berjuang buat angkat book ini. walaupun masih sedikit yang baca hehe...
KAMU SEDANG MEMBACA
surrender [NominHyuck]
Ficção Adolescente[HIATUS] Kisah tiga sahabat yang berjuang melawan penyakitnya, tidak ada yang tau ternyata setelah salah satunya memilih menyerah, terjadilah kesalahpahaman yang luar biasa hingga terjadilah pertikaian hebat yang tidak ada habisnya. "Menurut mu siap...