Aku berdiri menatap langit sore yang di penuhi dengan awan kelabu dari balik kaca jendela salah satu gedung pencakar langit. Rintik air yang mulai membasahi jalanan, tentu membuat para pencinta hujan tersenyum menikmati aroma khasnya yang begitu menenangkan. Namun sayang, dari atas sini, aku hanya bisa membayangkan saja aroma itu.
"Sunbaenim, ini salinan rundown acara yang sudah di revisi." Hyunjin, salah satu anggota timku, menyerahkan satu map berisi dokumen yang ku minta itu.
"Terima kasih. Oh iya, apa seluruh peserta pameran sudah mulai mendekorasi stan mereka?" Tanyaku sembari mengecek ula
"Nde, ada beberapa dari mereka yang sudah selesai juga."
"Aku harap mereka bisa selesai sebelum direktur Hwang datang besok pagi."
Anak itu tersenyum manis, "Apa sunbaenim mau berkeliling sekarang?"
"Tentu saja. Ayo!"
Aku bersama dua orang anggota timku, termasuk Hyunjin, mulai berkeliling mengecek segala keperluan proyek pameran seni yang pertama kali ku pimpin ini. Jujur saja, aku merasa sangat gugup dan khawatir, apalagi skala pameran ini sudah di tingkat Internasional. Kalau sampai ada sesuatu yang tak diinginkan terjadi, ini akan menghancurkan nama besar kantorku bahkan mungkin karirku.
Hampir 3 jam berlalu, para kru kami dan peserta yang sudah menyelesaikan tugasnya satu persatu pamit untuk pulang. Namun aku yang merasa harus mengecek seluruh persiapan sekali lagi sebelum pulang, memutuskan untuk pulang setelah mereka semua selesai. Lagipula, tak etis rasanya sebagai penyelenggara aku harus pulang lebih dulu dibandingkan peserta.
"Sunbaenim, kami akan pulang." Hyunjin mengalihkan fokusku dari beberapa lukisan.
"Ah, kalian mau pulang? Kalau begitu hati-hati di jalan, dan istirahatlah yang cukup." Aku berpesan pada mereka.
"Terima kasih, sunbae. Apa anda masih belum akan pulang?" Lia bertanya sedikit khawatir.
"Aku akan pulang sebentar lagi. Kalian duluan saja." Aku melayangkan senyum untuk sedikit menenangkan mereka.
"Ah, kalau begitu kami pamit dulu. Sampai jumpa, besok sunbaenim."
Aku melambaikan tangan melepaskan kepulangan mereka.
Setelah beberapa saat mereka berpamitan, aku yang baru menyadari jam tanganku sudah menunjukan pukul 9.00, bergegas menyelesaikan koordinasiku dengan tim keamanan. Bukan ingin pulang lebih dulu, tapi karena aku ingat bus terakhir ke arah rumahku akan segera tiba. Mau tidak mau, aku terpaksa menyelesaikan pekerjaanku hari ini.
Dengan terburu-buru, aku membereskan barangku dan berpamitan pada para petugas dan sisa kru yang bisa dihitung dengan jari. Aku berlari menuju halte terdekat yang seharusnya dilewati oleh bus incaranku. Barharap waktu 5 menit ini cukup untuk sampai di galte sebelum bus itu datang.
"Hahh..syukurlah...masih ada waktu..!" Aku mengatur nafasku dengan tenang saat melihat waktu tersisa 1 menit.
Setelah beberapa saat menunggu bus, perasaanku mulai ragu apakah bus itu akan datang. Mataku terus mengecek ke arah jarum jam tangan yang kini sudah bergerak lewat 15 menit dari jadwal bus seharusnya. Ya, mungkin memang hari ini bus sudah berhenti beroperasi dan aku harus menaiki taksi.
Harapanku hampir saja pupus karena tak kunjung mendapatkan taksi, akhirnya kembali mekar saat sebuah lampu mobil menyorot ke arah jalanan sepi ini. Namun sayang, aku yang bersiap berdiri untuk memanggil taksi itu, harus kembali menelan kekecewaan saat yang datang bukanlah taksi, melainkan sebuah mobil sedan mewah yang menepi.
"Kau butuh tumpangan, nona?"
.
.
.
This story is available on Trakteer.id.
Go to this website https://trakteer.id/yuphrodite or click link on Bio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adult Only, Please!
Fanfic[Cerita Lama Dihapus Pihak WP] • DIMOHON DENGAN SANGAT UNTUK MEMBACA⭕⭕Author's Love Letters ⭕⭕ SEBELUM MEMBUKA CERITA INI. • Penulis menyajikan tulisan untuk pembaca berusia 21 tahun ke atas, ya! • Cerita ini hanya untuk hiburan semata. • Diharapkan...