Catatan penulis : sebelumnya gue mau minta maaf karena beberapa minggu kemarin gue gak sempet update part yang ke-4 ini dikarenakan ada salah satu anggota keluarga gua yang masuk rumah sakit serta masalah kerjaan yang menumpuk. Jadi gua baru sempet update part selanjutnya ini hari ini. Mohon di maklumi ya. Oke lanjut ya ke ceritanya. Check it out...
***
Siang itu gua baru beres kerja dan pulang jalan kaki ke kontrakan. Gua pulang dengan sedikit rasa penasaran karena kabarnya istri bang Zul dan anaknya udah sampai di kontrakan. Gue menebak-nebak mungkin istrinya bang Zul itu cantik dan berpenampilan menarik. Gue bisa berpikir begitu soalnya bang Zul nya juga ganteng. Mindset gue saat itu yaitu laki-laki yang punya paras tampan, istrinya juga pasti cantik. Sepanjang jalan gue terus menerka-nerka. Ditengah perjalanan tiba-tiba ada motor berhenti tepat di depan gue. Muhtadin!
"Hayu bareng!" Ajaknya sembari mengisyaratkan untuk naik ke motornya. Gue pun tanpa berbasa basi langsung naik di jok belakang.
"Mau kemana lu? Tumben lewat sini?" Tanya gue.
"Mau ke kontrakan elu."
"What? Ngapain?"
"Ngambil duit di si Zulfi. Kemaren dia minjem duit cepe ke gue." Jawabnya.
"Oh gitu..." Gak lama setelah ngomong kayak gitu kita udah sampai depan kontrakan. Gue pun ngajak si Muhtadin masuk.
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikum'salam..." Terdengar suara bang Zul dan seorang wanita dari dalam menjawab salam. Gue masuk dan diruang depan gue lihat ada seorang wanita yang lagi duduk senderan ditembok sambil ngibas ngibasin kipas ke badannya. Ternyata penampilan fisiknya gak seperti yang gue bayangin. Orangnya pendek dan badannya sedikit berisi. Keliatan dari pipinya yang tembem. Ditambah perutnya yang membuncit karena hamil membuat dia terlihat bulat. Gue pikir istrinya bang Zul biasa biasa aja tuh. Bang Zul juga ada disana lagi duduk dilantai sambil melahun anak perempuannya.
"Drik, ini istri saya. Kenalain. Namanya Tini." Kata bang Zul memperkenalkan istrinya. Gue pun memperkenalkan diri kepada istrinya bang Zul.
"Kenalin mas. Nama saya Tini. Istrinya Zulfi yang ganteng ini." Kata mbak Tini. Gue cuma tersenyum ramah sambil memperkenalkan diri.
"Hendrik mbak."
"Oh ini mas Hendrik. Sudah menikah mas?" Tanyanya
"Oh belum mbak."
"Lho kok gitu. Mas ini seumuran kan sama suami saya? Kenapa belum menikah? Nanti keburu tua lho. Kami saja sudah mau punya anak dua." Denger dia ngomong kek gitu gue sedikit kesinggung lah. Bang Zul sadar gue agak kesinggung.
"Apa sih mah nanya yang aneh aneh aja. Udah urusan masing-masing lah itu mah. Maaf ya Hen." Kata bang Zul.
"Iya gak papa bang." Padahal dalam hati gue gendeuk. Julid banget ni orang. Baru pertama kali ketemu juga. Gak punya etika.
Malam itu gua merasa agak canggung. Gue ngerasa gak betah di kontrakan. Adaaa aja yang di komen sama bini nya bang Zul. Contohnya soal tata letak barang, persediaan makanan di kulkas dan lain-lainnya. Gue yang udah gendeuk akhirnya berusaha untuk tidur lebih awal. Gue berpikir, kok bang Zul bisa ya nikah sama perempuan model begini.
Dua hari pun berlalu. Waktu itu gue kebagian kerja shift pagi. Gue kebagian plottingan peron (tempat yang biasa orang-orang buat nunggu kereta datang). Gue lagi nyapu di peron ketika tiba-tiba ada cewek nepuk pundak gue.
"Mas. Maaf, boleh tanya gak?" Ujarnya
"Iya mbak kenapa?" Gue menanggapi mbak mbak itu dengan sopan. Gue kira dia mau nanya tentang jadwal kedatangan kereta selanjutnya, atau mau nanya jurusan stasiun Tanah Abang itu naiknya di peron mana, atau nanya alamat. Pokoknya hal-hal umum yang biasa ditanyain sama penumpang kereta lah. Tapi ternyata...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bang Zul (Gay Sex Story)
RomanceCerita ini sebagian berdasarkan pengalaman pribadi author dan sebagian laginya adalah karangan. Author mixing semua yang pernah author alami dan imajinasi yang ada di kepala author. Menceritakan pengalaman si "Gue/Hendrik" yang penuh dengan rasa pe...