5

409 71 62
                                    

Selamat Membaca!

Maaf kalo ada typo.
.
.
.

"Capek astaga-- Woah!"

Begitu sampai di puncak tangga ini, aku langsung dihadapkan dengan pemandangan yang memanjakan mata.

Pohon-pohon di sekitar kuil ini daunnya bewarna merah, jingga, kuning, dan hijau. Pemandangannya seperti waktu musim gugur, padahal ini masih musim semi. Bentar lagi musim panas sih.

Di hadapanku terbentang jalan menuju kuil yang ditutupi daun yang berguguran. Kuil di hadapanku ini layaknya kuil Shinto biasa.

"Kirain kuilnya istimewa banget, ternyata biasa aja."

Walaupun begitu tempat ini benar-benar indah.

Di sebelah kananku ada tempat air, mungkin itu air suci. Masih di sebelah kananku tepatnya sedikit di belakang kuil, aku melihat rumah tradisional yang sederhana.

Kalau itu rumah si Baba kayaknya gak mungkin deh. Soalnya sepi.

Lalu manikku beralih ke sisi sebaliknya, ada jalan setapak yang berbelok ke kiri tepat di samping kuil tersebut.

Aku mengikuti jalan setapak itu hingga tiba di depan tangga. Walau tangga itu diapit pohon yang besar dan lebat daunnya, aku masih bisa melihat pemandangan ujung tangga ini.

Tangga tersebut mengarah ke rumah tradisional yang cukup besar.

Mungkin itu rumah Baba.

Asem, masa harus naik tangga lagi? Tangga sebelumnya aja banyak dan berkelok.

Beruntung anak tangga ini tidak sebanyak yang sebelumnya.

Aku menapaki tangga tersebut.

Begitu sampai di puncaknya, aku langsung disambut miko yang terlihat lebih tua dariku.

"Selamat datang (Name)-sama."

"Antar aku ke obaa-chan."

Miko ini mengangguk dan menuntunku ke sebuah rumah tradisional dua tingkat yang besar ini.

Begitu aku masuk, miko dan pelayan lainnya langsung menyambutku.

Sembari melangkah, manikku melihat sekitar. Tiap ruang yang kami lewati mempunyai fusuma yang sepertinya menampilkan lukisan sejarah.

Aku masih bisa memahami maksud lukisan di fusuma itu walau dilukis dengan cara tradisional.

Itu karena aku masih memiliki sedikit bakat melukis. Hanya sedikit lho, tidak bisa disebut hebat juga.

Aku masih mengikuti miko yang sedari tadi memanduku. Ia membawaku ke sebuah kamar yang paling ujung.

Miko itu mengetuk sebentar fusuma tersebut. Selang beberapa waktu, suara yang lembut terdengar dari dalam sana.

"Masuk."

Dia menggeser fusuma untukku, yang langsung ditutup begitu aku memasukinya.

Seorang berparas perempuan tua dengan kimono putih, duduk di atas futon sembari melihat pemandangan di luar kamarnya. Shouji yang terbuka lebar itu menampilkan pemandangan pepohonan yang hijau.

"Ha-halo." Entah kenapa aku tiba-tiba merasa gugup, mungkin ini karena aku tidak bersikap sopan pada nenek ini sebelumnya.

Aku hanya berani di online saja. Kalo offline? Entahlah. Kadang berani kadang penakut.

Nenek menoleh ke arahku lalu tersenyum misterius. Dia bukan melihat mataku, melainkan sesuatu yang ada di belakangku. Memangnya ada apa di belakangku.

"Sekali lihat saja aku tau nona bukan (Name)-chan yang kukenal. Aura yang nona keluarkan itu... api emas yang membara. Sedangkan (Name)-chan auranya bewarna biru."

Surrounded by Yandere Males [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang