05| Mereka itu nyata adanya

372 57 11
                                    

Keesokan harinya Soyoung terbangun dengan keadaan ia memeluk Seongeun, begitupun sebaliknya. Mau terkejut, tetapi tubuh kekar itu seperti tali, Soyoung sulit bergerak.

Deru napas tenang milik pria tersebut dapat ia rasakan. Soyoung menatap wajah itu dengan seksama, terlihat sungguh menawan.

Siapa yang bisa menolak pesona dari seorang Seongeun?

Detik berikutnya Seongeun mengeliat dan tak sengaja mempererat pelukannya, seakan tak mau Soyoung pergi dari dekapannya.

Wajahnya menempel pada dada bidang milik Seonyun.

    "Seo ... Bangun!" ucapnya dengan menyentuh pipi lelaki itu.

    "Sebentar lagi."

Soyoung dibuat terdiam mendengar suara khas orang bangun tidur dari Seongeun. Ia tersenyum, lalu pelan-pelan mencium pipi pria tersebut hingga dia benar-benar bangun.

Seongeun membuka mata dan melihat gadis itu masih setia berada di dalam pelukannya.

   "Pagi?" sapa gadis itu membuat Seongeun tersenyum.

   "Pagi Soyoung."

   "Em ... Kau bisa lepas pelukannya?"

   "Masih mau peluk!"

   "Aku harus berangkat sekolah, sebentar lagi ada ujian kelulusan jadi harus banyak belajar. Seo di rumah saja dan jangan ke mana-mana."

   "Hmp! Oke."

Seo melepaskan pelukannya dan memilih untuk rebahan sebentar lagi. Soyoung mengambil seragam dan membawanya ke kamar mandi, jelas ia tak mungkin mengganti pakaiannya di kamar.

Tak beberapa lama, terdengar suara bel dari pintu bawah. Soyoung tak mendengar dikarenakan suara shower menghalangi suara bel.

Lantas dengan langkah malas, Seongeun berjalan berniat membuka pintu tersebut. Harusnya ia berubah jadi anak kucing saja agar tidak ada yang tahu kehadirannya, tetapi Seongeun sengaja.

Begitu pintu terbuka, terlihat seorang gadis tengah menatap Seongeun dengan terkejut.

   "Eh ... Maaf kau siapa?" tanyanya keheranan.

   "Soyoung sedang mandi, kau siapa?" tanyanya balik.

   "Aku Hannah. Kau tampan, apakah kau sepupunya Soyoung?" tebaknya membuat Seongeun bosan.

    "Bukan. Jika ingin menunggu, maka duduklah di dalam. Aku akan memanggil Soyoung!"

Dengan langkah cepat, Seongeun berjalan meninggalkan Hannah yang menatapnya kagum. Sudah author bilang, tidak ada yang bisa menolak pesona seorang Seongeun.

Begitu memasuki kamar, ia melihat Soyoung tengah memasukan beberapa buku ke dalam tasnya.

   "Ada temanmu di bawah," ucapnya lantas duduk di pinggir bibir kasur.

   "Siapa?" tanyanya dengan menggendong tasnya.

   "Dia bilang namanya Hannah!"

Soyoung lupa akan satu hal. Dia harus melindungi Seongeun dari si rubah licik satu itu. Ia menyembunyikan rasa terkejutnya dan tersenyum pada pria itu.

   "Seongeun, kau harus hati-hati dengan perempuan itu!" peringatnya.

   "Aku sudah tahu. Soyoung tenang saja, lagi pula aku tidak suka dia."

   "Kau jaga rumah, ya? Aku berangkat sekolah dulu."

Saat hendak berjalan, Seongeun menahan tangannya.

   "Kenapa?"

   "Ciumannya mana?"

Soyoung diam menahan agar wajahnya tak memerah. Dia hanya pasrah dan mencium pipi pria itu.

   "Sudah, ya. Bisa-bisa aku terlambat!"

Sepergian Soyoung, Seongeun terdiam menatap pintu yang telah kosong. Menghembuskan napasnya, lantas berjalan menuju tangga. Di situ dia melihat Soyoung sedikit berdebat dengan Hannah, jelas mereka memiliki hubungan yang sangat amat buruk.

Begitu Hannah melihat Seongeun, ia tersenyum dan melambaikan tangannya pada pria itu.

   "Ck! Jangan datang lagi ke rumahku. Aku tidak menerima sasimo sepertimu!"

Soyoung bergegas melangkah pergi, Hannah pun mengejarnya. Tidak tahu malu, jelas ucapan yang sangat cocok untuknya saat ini.

Di rumah, Seongeun nampak sedang berbaring tanpa tahu harus melakukan apa.

    "Ck! Aku bosan, sebaiknya aku jalan-jalan sebentar."

Seongun setelah menyelesaikan aktivitas di rumah, ia berjalan ke luar dan menghirup udara segar. Baru saja akan menginjakan kakinya ke tanah, seekor kucing dewasa datang menghampirinya.

Seongeun melihat itu hanya diam. Tiba-tiba kucing itu berubah menjadi manusia.

   "Bagaimana?" tanya Seongun basa-basi.

   "Akhir-akhir ini dia sering mengikuti Soyoung diam-diam, tetapi tidak sampai ke rumah ini. Ada kau, jadi dia tak berani menampakan batang hidungnya!"

   "Biarkan saja dia mengikuti gadisku, tetapi jika dia berani menyentuh atau sekedar mencoba untuk melakukan sesuatu, kau tahukan harus apa?"

Pria itu mengangguk paham dan kembali menjadi kucing. Setelah mengeong, kucing tersebut berlari meninggalkan halaman rumah Soyoung.

Tiba-tiba tato yang selama ini dia sembunyikan, muncul. Seongun menatap lurus ke arah depan, lantas berjalan kembali masuk.

Dia menatap dirinya sendiri di depan cermin lemari milik Soyoung, dan memegangi perutnya. Katakanlah Seongeun sekarang telah bertelanjang dada.

    "Sakit juga menyembunyikan tato ini. Aku harus cari cara agar tato ini bisa diterima olehnya."

Ia kembali memakai bajunya, lalu kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

   "Benar, aku akan mencoba bekerja sama dengannya saja."

Sepulang sekolah, ternyata Soyoung tidak sendirian. Ada Gimyung yang ternyata satu kelompok dengannya, jangan lupa dengan Yohan juga.

Soyoung tak mengerti, mengapa guru itu suka sekali membuat dirinya dan Yohan satu kelompok, untungnya yang datang hanya Gimyung.

Yohan sedang sibuk dengan urusan kedua orang tuanya, jadi dia akan menyusul nanti.

Saat sedang sibuk mengambil air di dapur, Seongeun turun dan tersenyum menatap Gimyung. Dia seperti memberikan isyarat pada pria itu.

Apakah Gimyung dan Seongeun saling kenal?

Jawabannya adalah iya.

Saat di depan rumah Soyoung, Seongeun jelas sedang berbicara dengan Gimyung. Yah, sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada dunia ini, entahlah.

Kucing bisa menjadi manusia adalah sebuah kemustahilan besar, tetapi dihadapkan dengan kemustahilan itu, tentu membuat kita harus mempercayai bahwa hal tersebut nyata adanya.

Soyoung terpaku sejenak saat melihat Seongeun dan Gimyung berinteraksi dengan sangat baik. Ia tersenyum, setidaknya yang ini tidak akan curiga siapa Seongeun sebenarnya. Padahal aslinya sudah tahu.

Ia meletakan air di atas meja dan melihat mereka yang sedang asik membahas sesuatu.

    "Gim, mau lanjut mengobrol atau kerjakan tugasnya sekarang?" tanyanya hingga menyita perhatian keduanya.

   "Nanti saja, sekalian menunggu Yohan."

   "Oke. Kalau begitu aku ganti baju dulu!"

Begitu ia naik ke atas, Seongeun kembali mengubah sikapnya.

   "Lihatkan, betapa cantiknya dia!"

   "Ya, aku sudah lihat!" ucapnya datar.

  
Bersambung...

Cat Or Human? - SeongeunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang