Alvin membawa beberapa mobil civicnya serta sopir untuk mengantarkan teman-temannya ke sekolah. Karena tidak mungkin jika menggunakan motor, tubuh mereka masih sangat lemah.
Para remaja itu sudah membawa berkas-berkas wawancara yang akan dikumpulkan hari ini.
"Silahkan masuk, tuan." Setiap sopir menundukkan badannya bak pengawal kerajaan, mempersilahkan teman-teman Alvin untuk segera masuk.
"Angkat gue jadi adek lo, Vin," kekeh Richo.
"Masuk ke rahimnya mak gue dulu." Jawab Alvin, kemudian mereka memasuki masing-masing mobil.
Alvin sengaja mengajak Rea dan Reza agar satu mobil dengan dirinya, karena hanya ke 2 orang itu yang paling mengerti tentang perasaannya saat ini.
"Vin, gue takut." Ujar Rea memeluk tangan Reza yang berada di sampingnya.
Alvin yang duduk di samping kursi sopir hanya bisa diam mematung, ia merasa malu karena ulahnya yang tidak kira-kira kemarin.
"M-maaf."
"Jangan didengerin kata-jata Rea, Vin. Dia belum terbiasa." Ujar Reza berusaha menenangkan keadaan.
Alvin mengangguk, lalu pura-pura bertanya agar suasananya tidak terlalu canggung.
"Tugas kita gimana?"
"Oh iya lupa!" Rea menepuk keras jidatnya.
"Cuma ada satu cara." Reza melirik ke sopir yang masih fokus mengemudi.
"S-saya!?"
Seketika suasana di mobil tersebut menjadi serius, sang sopir mengeluarkan keringat dingin saat diwawancara, rasanya bukan seperti pertanyaan wawancara, namun lebih tepatnya ke pertanyaan introgasi.
"Kenapa bapak punya cita-cita buat jadi sopir mobil," tanya Rea.
"Saya gabut, makannya saya jadi sopir,"
"Hmm, jawaban yang cukup logis. Oke pertanyaan selanjutnya... "
"Berapa banyak istri bapak?"
Mendengar pertanyaan itu lantas sang sopir tersedak air ludahnya sendiri.
"S-satu,"
"Beneran?"
"Satu di Jakarta, satu di Jawa, satu lagi di Kalimantan."
"Siip, sekarang pertanyaan terakhir... apa makanan kesukaan bapak,"
"Otak-otak."
Mendengar jawaban dari sopir itu pun lantas Rea membulatkan matanya lalu berkata. "BAPAK KANIBAL!?"
"Reaaa... gimana ya jelasinnya," ujar Alvin menggaruk tengkuk.
"Yaudah itu aja, pak. Pertanyaannya, makasih." Sahut Reza kemudian meletakkan hasil yang telah ia tulis ke dalam tas.
"Udah sampe, buruan turun. Saya eneg ngadepin pertanyaan manusia sesat kayak kalian,"
"Dih apaan, ini kan mobil pacar saya, kok bapak ngusir sih," Rea mengerucutkan bibirnya.
"Lagian kalian brisik banget, ganggu ketenangan jiwa bapak aja,"
"Wiih, anak indie ya pak ya?" Sahut Reza membuka pintu mobil.
"Bukan, anak indomie."
"Bapak udah tua ngeselin, balik gih sana, nanti kalo kita udah pulang jangan lupa jemput!" Protes Rea memegangi tongkat sebagai tumpuan agar ia bisa berdiri tegak.
Begitu juga dengan yang lain, Alvin sengaja membelikan tongkat-tongkat tersebut ke teman-temannya sebagai tanda permintaan maaf. Namun David berbeda, ia dibelikan satu kursi roda khusus, karena pukulan kayu Alvin yang semalam masih sangat terasa di tubuhnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/313942287-288-k120186.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvin Anggara.
Fiksi RemajaTentang seorang ketua geng motor yang belum bisa melupakan mantan kekasihnya, namun anehnya ia bisa diluluhkan oleh gadis sederhana pindahan dari desa. •••• Alvin dan Rea adalah sepasang kekasih baru yang mempunyai teka-teki dalam hidupnya masing...