06.00
JIHAN POV-
Sinar matahari mulai menelusup di bilik jendela tempat Jihan menginap mengenai mata Jihan yang membuat wanita itu terbangun. Dengan mode rambut singa Jihan melenggangkan tubuhnya dengan sempoyongan untuk memasuki toilet. Setelah membersihkan dirinya dia langsung bersiap-siap untuk checkout dari hotel tersebut. Drrrrttt Drrrrt getaran telpon berbunyi dari ponsel Jihan.
"Dek, udah bangun? Kapan pulang? Udah makan ? Obatnya udah diminum kan? Duh kakak kawatir deh sama kamu, apalagi gak bawa temen. Kalau urusannya udah selesai langsung balik ya." Ocehan Kak Jo dipagi hari yang secara otomatis Jihan menjauhkan ponselnya dari jangkauan telinga karena terlalu berisik menurutnya.
"Iya kakakku yang ganteng, ini Jihan udah siap-siap, semua pertanyaan yang kakak ajukan udah Jihan lakuin semua kok, bawel banget ih". Jawab Jihan.
"Yeeehh, kakak kan perhatian, yaudah hati-hati ya Dek". Bela kak Jo setelah mengomel.
"Iya kak". Jihan sambil menutup telepon.
Kak Jo memang seperti itu dari dulu apalagi ketika Ibu meninggal dia tambah over protektif buat ngejagain Jihan. Bukan hanya karena punya penyakit tapi Kak Jo memang sesayang itu sama Jihan dan selalu berharap adik kesayangan nya itu selalu dalam keadaan baik dan bahagia.
-HABI POV-
Tok tok tok tok,
suara ketukan pintu didepan kamar Habi yang nyatanya adalah sekretarisnya sehingga Habi segera membuka pintu kamarnya dengan masih memakai kaos putih dan celana tidur yang nyaman.
"Selamat pagi pak, jam 8 kita harus checkout dan kegiatan kita di sini sudah selesai, jadi kita bisa kembali ke Jakarta" lapor sang sekretaris yang sudah rapi dengan setelan jas.
"Oh Ok, saya siap-siap dulu, kamu siapkan mobil dan berangkat". Jawab Habi dengan santai sambil ingin kembali menutup pintu kamarnya.
"Eh sebentar pak, ini saya dititipin jam tangan sama resepsionis apakah benar ini milik bapak? Soalnya kata resepsionis orang yang nemuin jam tangan ini didepan kamar Bapak". Sambil membolak balikkan jam tangan melihat tanda kepemilikannya akhirnya habi berdehemm pelan "Hmm, iya ini punya saya. Terimakasih".
Cerobohnya Habi selalu melupakan barang yang sedang tidak dia gunakan, bahkan barang itu hilang pun dia tidak peduli. Biasanya kalau dia merasa mencari barang ditempatnya dan tidak ada dia tanpa ribet langsung datang ke toko untuk membeli barang yang baru.
-JAKARTA-
Ketika sudah memasuki kota Jakarta Jihan mengingat bahwa hari ini dia harus menemui Dokter untuk melakukan checkup kondisi perkembangan kesehatan Jihan sehingga dia langsung mampir ke rumah sakit dahulu tempat Dokter Mila praktek.
"Jihan, kondisi kamu sekarang jauh lebih baik, aku sangat senang dan bersyukur kamu bisa melakukan aktivitas layaknya orang-orang diluar sana, tapi ingat Jihan, pengobatanmu akan terus berjalan seumur hidup, kamu harus tetap meminum obat dan vitaminmu selalu, selain itu kamu harus jaga badan kamu jangan samapai kecapekan, kalau mau olahraga yang ringan-ringan aja seperti jalan kaki atau sekedar melakukan peregangan sederhana". Nasehat Dokter Mila kepada Jihan dengan banyak tersenyum
"Siap Dokter, terimakasih ya sudah menjadi dokterku". Sambil tersenyum sang dokter mengulurkan tangannya dan memeluk Jihan dengan hangat.
Setelah urusan dengan sang dokter selesai Jihan langsung melenggang pergi dari ruangan prakter Dokter Mila dan menuju lift. Awalnya lift yang dimasuki Jihan kosong hingga akhirnya ada dua orang laki-laki dewasa yang bertubuh tegap memakai setelan Jas yang rapi. Ketika dua laki-laki tersebut memasuki lift, mata Jihan langsung tertuju ke salah satu tangan laki-laki yang memakai jam tangan Vacheron Constantin yang tidak asing. Didalam hati Jihan bergumam "(hmmm, itu kaya' jam tangan yang aku temuin di hotel kemarin yak, ahhh gak mungkin masa pabrik produksi Cuma 1)".
Entah apa yang terjadi tiba-tiba lift macet dan berhenti yang kemungkinan disebabkan konslet listrik. Jihan mulai panik dan berkeringat meskipun hanya diam, dia tidak menyukai tempat yang sempit karena menyesakkan. Nafasnya mulai terengah engah dan tidak bisa dikontrol sehingga Jihan secara erat tangannya memegang pegangan yang ada di lift. Keringatnya mulai bercucuran dan dadanya sesak. Laki-laki yang satu lift dengan Jihan tidak terlalu panik yang satu repot menggunakan ponselnya untuk meminta bantuan dan yang satu hanya berdiam menghadap depan pintu lift.
Jihan yang merasa tidak kuat dia tanpa sengaja menjatuhkan tote bag nya dan memunculkan perhatian sekitarnya. Merasa ada yang tidak beres dengan wanita disampingnya laki-laki yang semula diam berjalan menghampiri Jihan dan menanyakan kondisinya.
"Mbaa, mbaa kenapa? Mba gapapa?". Sambil menyeka rambut Jihan yang berantakan menutupi wajah.
"Mas bantu saya, bantu saya ya mas tolong hubungi orang untuk segera membuka lift ini, saya tidak kuat, nafas saya sesak". Jawab Jihan lirih sambil nafasnya tidak beraturan. Laki-laki yang diduga sekretarisnya yang menelepon tadi membirikan informasi kalau lift akan diperbaiki mungkin sekitar 30 menit karena konslet listriknya agak parah. Habi yang hanya mengangguk karena informasi yang barusan didapat langsung memegang tangan Jihan yang gemetar sedari tadi, dia mencoba menenangkan secara emosional karena paham tidak ada yang bisa dilakukan kecuali dengan hal ini. Tak kunjung tenang Habi merengkuh tubuh Jihan dengan pelan dan memeluknya dengan mengelus punggungnya. Tak sampai semenit Jihan menjadi lebih tenang dan pelan-pelan bisa mengatur nafasnya kembali.
--- Jihan kenapa ya? Gimana kalau lift tidak keburu kebuka. -----
----Duh kepo!!!! Maaf ya banyak typo hehe, semoga Jihan baik-baik saja ya ---
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LANGUAGE
RomanceFIKSI FIKSI FIKSI‼️‼️‼️ (Semua hal yg ada didalam cerita ini adalah fiksi murni hasil pemikiran Author) Aku akan jadi laki-laki yang melindungimu dan menjadi laki-laki tempat bersandarmu ketika kamu mengalami masa sulit Jihan. Kata cinta dan harapa...