"Contoh Ira tuh Na, baik, pinter, rajin, cantik, ambisius. Dia kebanggaan keluarga, hebat banget kan? Baru pulang sudah bawa kabar baik. Kamu mah pulang ceritanya flat flat aja, mama mau dengar yang lain juga tau."
"Aira kamu cantik banget, Oma rindu loh. Pasti sibuk banget kan belajarnya?
"Athena kamu rangking berapa semester lalu? Tante gak sempet denger kabar kamu."
"Aira keren banget, kira-kira kamu bisa gak kaya gitu Na?
Aira, Aira, Aira, dan Aira. Ia muak mendengar nama itu. Semua perhatian tertuju pada sang sepupunya itu. Athena juga butuh perhatian. Athena ingin dilihat, mereka tidak tau apapun, mereka tidak tau usaha Athena.
"Athena kapan-kapan ke sini lagi ya? Nanti abang di pukul aja kalau gak mau antar." Athena hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan ibunda sang teman, Daniel Hartigan. Pria yang selalu membuat Athena memandangnya kagum, pria yang hanya dengan berjalan dapat membuat semua mata tertuju padanya, pria yang selalu menjadi kebanggaan semua orang di sekolahnya itu.
"Haha iya tante, makasih sudah undang Athena ya."
"Eh jangan panggil tante, bunda. Kan tadi sudah di bilang, sayang." Erika memeluk Athena sebagai tanda perpisahan, lalu melambaikan tangannya kala motor sang anak sudah melaju membawa wanita itu.
Athena, disaat keluarganya tidak melihatnya, disaat ia terus-terusan di jatuhkan, disaat ia di pandang sebelah mata, di anggap tidak berharga di tempat biasa orang sebut rumah, ia berhasil menemukan yang namanya bahagia. Di rumah orang lain, di keluarga yang menyambutnya dengan segala kekurangannya, dimana ia merasa bagaimana memiliki ayah, ibu, kakak dan semuanya.
Lalu Athena disadarkan, ia tidak bisa memenuhi seluruh expektasi orang. Itu kata Hartigan. Bahwa tidak ada salahnya untuk bahagia, bahwa ia tidak perlu berpura-pura dan melihat berapa banyak yang menyayanginya. Meski di tempat lain ia harus terluka, namun ia akan selalu punya obatnya, selalu, dimana saja, asal ia mau membuka mata.
Bahwa Athena, sudah sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
AORTA
Teen FictionKatanya, orang tua adalah orang yang paling saya dengan anaknya. Katanya, orang tua itu tempat cerita. Katanya, rumah terbaik adalah keluarga. Katanya... Aira, Aira, Aira dan Aira. Kenapa menjadi sempurna seolah sebuah kewajiban? Dulu, hidup Ath...