8

41 7 0
                                    

Dua kali. Untuk kedua kalinya, Daniel menjadi orang yang melihat kekacauan Athena. Athena benci fakta itu, sangat benci. Namun yang lebih ia benci, bagaimana bisa ia jatuh, mengeluarkan air matanya di depan pria yang baru ia ajak bicara beberapa hari lalu. Bagaimana bisa ia membiarkan seseorang menemaninya dalam keadaan tidak baik baik saja.

Athena bahkan sudah lupa entah apa yang terjadi sampai kini ia berada disini. Duduk di kursi dengan danau dan rumput hijau disekitarnya sebagai latar. Matanya sembab memerah dilengkapi tatapan kosong yang kemungkinan masih siap mengeluarkan air mata. Hingga kepalanya terangkat saat mendapati seorang pria kini berdiri di depannya, menyodorkan sebuah minuman lemon tea. Pria yang membawanya kabur dari tempat yang menyesakkan, menemaninya hinggak berakhir disini.

Jangan salah paham. Tidak ada acara peluk pelukan, tangan saling menggenggam hangat bersama kata kata manis yang menenangkan, atau bahkan jari jari yang menghapus cairan yang mengalir deras dipipinya. Tidak ada. Daniel hanya membawanya kesini, memberinya ruang untuk menumpahkan semua sakitnya lewat air mata, mendengarkan jeritan dan apa saja yang sesekali keluar dari mulutnya selama ia menangis. Terakhir, memberikan sebuah minuman untuk menggantikan air yang sejak tadi keluar.

Setelah Athena meneriman minuman tersebut, Daniel ikut duduk disampingnya. Tidak ada yang tau apa yang Daniel rasakan saat ini, bahkan dirinya sendiri. Bagaimana kagetnya ia mendapati Athena dalam keadaan kacau dalam artian fisik. Bagaimana sakitnya ia melihat Athena menangis dengan bibir berdarah. Bagaimana Daniel ingin membawa Athena pergi, menyembunyikan wanita itu dari apapun yang mungkin menyakitinya.

"Aku tidak tau apa yang kau sukai. Kak Zora menyukai minuman itu, jadi hanya itu yang muncul di kepalaku." Akhirnya Daniel menjadi orang pertama yang membuka suara. Mendengar hal itu, Athena menatap minuman di tangannya, lalu menggenggamnya erat.

"Makasih," ucapnya tulus. Athena tidak tau harus membalas dengan apa setelah ini dan yang mana yang harus ia balas terlebih dahulu.

Daniel melirik Athena sekilas, lalu kembali fokus dengan apa saja yang ada di depannya. "Minum." Titahnya. Tanpa membantah, Athena menusukkan sedotan pada minuman tersebut, lalu meminumnya.

"Maaf..." akhirnya kata yang sejak tadi ingin ia ucapkan, keluar. Mendengar hal tersebut, Daniel mentap Athena bingung, meminta penjelasan. "Aku tidak tau harus bagaimana, maaf terlalu merepotkan mu. Maaf kau harus melihatku begini, maaf kau harus mendengarku meracau tidak jelas dan-"

Belum selesai dengan kalimatnya, sebuah gantungan kunci mendarat di pangkuannya. Athena menatap ganntungan kunci tersebut kemudian menatap Daniel. Ini, miliknya bukan? "Berhenti meminta maaf, kau tidak punya kesalahan apapun." Daniel berucap tanpa melirik Athena sama sekali. Setelah itu, ia melirik jam tangannya. "Sudah setengah enam. Ayo, aku akan menngantarmu pulang." Daniel berdiri, lalu berjalan akan mendahului Athena, sebelum suara wanita itu kembali terdengar yang membuat langkahnya terhenti.

"Aku tidak mau pulang." Tolaknya. Ia masih terlalu takut kembali ke tempat itu. "Antar aku kemana saja asal bukan kesana. Aku punya cukup uang untuk bermalam di penginapan, hotel selama beberapa hari. Atau rumah untuk disewa selama beberapa bulan. Uangku juga masih cukup untuk makan selama setahun-"

"Athena, ini bukan soal uang-"

"Aku tidak peduli. Jika kau tidak mau, aku bisa pergi sendiri." Athena berdiri, mengambil tasnya lalu berjalan mendahului Daniel.

Daniel menghela napas pasrah. Ia baru menemukan Athena dalam mode seperti ini. Mau tak mau, ia memburu Athena lalu menarik wanita itu. "Oke, kemanapun asal jangan ke rumah mu kan?" Tanyanya. Athena menganngguk. Lalu setelahnya, Athena ditarik entah kemana.

✵✵✵

Berapa kali, Athena benar benar tidak tau lagi, sungguh. Ia hanya duduk diatas motor Daniel, pasrah akan dibawa kemana. Namun tidak sekalipun Athena berpikir Daniel akan menghentikan motornya di tempat ini. Rumahnya sendiri. Dan yang lebih gilanya lagi, Athena kini duduk diatas sofa ruang tamu rumah itu, bersama Daniel yang berlutut di depannya dengan kotak p3k diatas meja. Seperti yang kalian duga, Daniel mengobati luka di bibir Athena.

AORTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang