4

6.2K 434 10
                                    

Wonwoo duduk menghadap ayahnya di sofa ruang tamu, ia tahu ada yang tidak beres sampai ibunya bahkan pergi dan memberikan waktu untuk ayah dan putranya itu. Tentu, Tuan Jeon sudah bercerita pada istrinya.

Kini, Joongi menatap Wonwoo dengan tatapan sendu, tatapan sedih yang sulit di artikan. Ia menghela napasnya panjang sebelum memulai pembicaraannya. "Wonwoo, ini tentang kejadian saat kita pindah ke sini." ia menatap Wonwoo dengan lekat. "Apa yang melakukannya adalah Kim Mingyu?" tanyanya.

Wonwoo mengerjapkan kedua mata rubahnya, ia menatap bingung ayahnya, menelan ludahnya dengan kasar dan berpikir bagaimana ayahnya tahu.

"Kim Mingyu sendiri yang memberitahukannya pada ayah." ucap tuan Jeon yang langsung membuat Wonwoo menatapnya lebar. "Kenapa kau tidak bercerita nak? Kenapa kau tidak melaporkannya?"

Wonwoo rasanya ingin menangis mengingat kejadian hari itu, ia menunduk, kedua tangannya saling bertautan dan bergerak acak. "P-pihak kampus tidak akan berani menyentuh M-Mingyu ayah.." dan air mata menetes begitu saja, tubuhnya seketika itu bergetar hebat. "D-dia juga mengancamku.. a-akan menyakiti ayah dan ibu j-jika aku.. hiks.." Wonwoo menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Joongi menatapnya dengan sedih, kedua matanya memerah dan ia bangkit, mendekat ke arah Wonwoo dan meraih tubuh putranya, memeluknya dengan erat. "Maafkan ayah.." ucapnya.

Nyonya Jeon keluar dari kamar karena mendengar tangisan Wonwoo, ia mendekat dan langsung duduk di samping kanan Wonwoo dan memeluknya dengan erat juga. Ia dan suaminya saling menatap satu sama lain.

Wonwoo masih menangis di pelukan kedua orang tuanya, rasanya sungguh sakit hingga tangisannya semakin menjadi dan ia sesenggukan. Kedua orang tuanya sungguh merasa bersalah dan berusaha untuk menenangkan Wonwoo.

Tuan Jeon meregangkan pelukannya, menatap putranya yang wajahnya begitu basah. "Kim Mingyu bilang, ia menginginkanmu tinggal di rumahnya." ucapnya dan membuat Wonwoo langsung menolehkan kepalanya dan menatap ayahnya dengan memohon, berharap agar ayahnya tak membiarkannya terjadi.

Kepala tuan Jeon menunduk, ia menghela napasnya lirih. "Ayah tentu tidak akan mengizinkannya Wonwoo, ayah tahu bagaimana buruknya sifat dari Kim Mingyu itu." ia menoleh dan menatap Wonwoo dengan lekat. "Ayah akan mengundurkan diri dari K.Group." lanjutnya.

Mata rubah Wonwoo yang merah membulat lebar. "Ayah.. Tapi itu pekerjaannya ayah, aku ti--"

"Wonwoo." Nyonya Jeon mengusap lembut pundak putra semata wayangnya. "Masalah pekerjaan, ayah bisa mencari lagi, ibu juga bisa mencari kerja. Kami tidak ingin kau berakhir di tangan pemuda itu, ibu tidak mau sayang.." ucapnya dengan lemah lembut.

Wonwoo mengusap wajahnya dengan kasar. "Hiks.. aku juga tidak mau.. T-tapi Mingyu sering mengancam.. Aku takut jika dia membahayakan.. Hiks.. Ayah dan ibu.." kepalanya menunduk begitu dalam, tangisannya semakin menjadi.

Joongi mengusap punggung Wonwoo yang bergetar. "Kita akan kembali ke Changwon." ucapnya, menatap istrinya yang mengangguk kecil untuk menanggapinya. "Besok ayah akan menyerahkan surat pengunduran diri pada Kim Mingyu, lalu kita bisa kembali ke Changwon." Lanjutnya.

Wonwoo mendongakkan kepalanya. "Hiks.. Ayah.." ia mendekat dan memeluk tuan Jeon dengan erat. "Maafkan aku hiks.." tangisnya, menenggelamkan wajah basahnya di pundak pria paruh baya itu.

"Tidak sayang.. Ini bukan salahmu.." Joongi mencoba menenangkan Wonwoo, menatap istrinya yang juga meneteskan air matanya dan ia mengusap lembut wajah istrinya. Tidak tahu, kenapa keluarganya harus berakhir berurusan dengan Mingyu, padahal ia hanya menjalankan tugas dengan pindah kerja ke perusahaan pusat.

••••••

"Anda ingin mengundurkan diri?" Mingyu menatap tuan Jeon dengan lekat, sebuah senyuman terukir dari bibirnya. Ia meletakkan surat pengunduran diri yang ia terima dari pria paruh baya itu. "Kenapa? Karena anda tidak ingin Wonwoo untuk tinggal bersamaku?" tanyanya.

Mr. Kim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang