13

4.9K 383 8
                                    

Tubuh Wonwoo terhempas dengan kasar di atas tempat tidur kamar yang pernah ia gunakan selama ia di kurung oleh Mingyu. Dan tentu, ia tahu bahwa dirinya akan di kurung lagi oleh pemuda itu.

Ia menatap tajam Mingyu yang membuka lemari yang di dalamnya juga masih ada baju-baju yang Mingyu belikan untuknya. Menelan ludahnya dengan kasar saat pemuda Kim itu mengeluarkan sebuah rantai panjang dari sana.

Wonwoo bangkit duduk. "Mingyu.. Kumohon hiks.. Aku ingin kembali ke Changwon.. Jangan mengurungku di sini.." ia memohon, dengan kedua tangannya bergerak menunjukkan gestur memohon.

Mingyu acuh begitu saja, ia masih memasangkan ujung rantai yang satu di sebuah pondasi kecil yang tak jauh dari pintu masuk kamar mandi. Ia lalu menarik rantai panjang itu ke arah Wonwoo. Membawa ujungnya yang satu ke arah kaki kanan Wonwoo.

"Tidak!" Wonwoo menyingkir, ia akan bangkit pergi tapi Mingyu menarik kakinya dan ia terjatuh begitu saja, dan Mingyu segera memasangkan lingkaran besi itu di pergelangan kaki Wonwoo lalu menguncinya dengan gembok kecil yang ada di sana.

Tangisan Wonwoo semakin menjadi, air mata terus bercucuran tanpa henti. Ia menatap Mingyu yang wajahnya kelewat datar. Benar-benar merasa bahwa dirinya bukanlah manusia. "Hiks.. Bagaimana bisa kau melakukan ini.. Pada orang yang kau bilang kau cintai.." lirih Wonwoo dengan suara bergetar.

Mingyu mendongak dan menatapnya. "Aku sudah memberimu kesempatan dua bulan lalu dan kau pergi begitu saja dengan kedua orang tuamu. Apa yang kau harapkan sekarang Wonwoo?"

"Setidaknya jangan merantaiku seperti ini.. Hiks.." Tubuh Wonwoo meringkuk, memeluk kedua kakinya sendiri. "Kau menganggapku sebagai hewan Mingyu.."

"Kau akan kabur lagi." Mingyu turun dari tempat tidur. "Aku tahu itu.." lanjutnya, ia menyakukan kunci gembok dari besi yang melingkar di pergelangan kaki Wonwoo.

Wonwoo terisak, ia terus menangis sembari menatap Mingyu. Sudah tak ada yang bersisa dalam hidupnya, tubuhnya, kedua orang tuanya, harga dirinya, dan kini, ia seperti bukan manusia.

Mingyu menghela napasnya kasar, ia mendudukkan diri di sisi tempat tidur tersebut membelakangi Wonwoo sembari merogoh saku jas yang ia gunakan dan mengeluarkan sebungkus rokok. Mingyu mengambil satu.

Menyalakannya dengan korek api dan menikmati rokok itu sembari menikmati tangisan Wonwoo yang tak kunjung berhenti. Keduanya sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing.

Wonwoo menghapus kasar air matanya dan bangkit duduk, bersimpuh di belakang tubuh Mingyu dan menatap punggung Mingyu. Ia menelan ludahnya dengan kasar. "Kenapa kau tidak membunuhku saja?" tanyanya.

Mingyu menghentikan hisapannya dari batang rokok yang diapit kedua belah bibirnya, ia menarik rokok tersebut dan menghembuskan asapnya sebelum akhirnya menoleh ke arah Wonwoo.

Sebuah senyuman tipis Mingyu tunjukan pada pemuda Jeon itu. "Kau berharap seperti itu hm?" balasnya dengan suara lirih.

Wonwoo mengerjapkan kedua mata merahnya, ia mendekat lagi ke arah Mingyu. "Bunuh aku Mingyu.." ucapnya dan Mingyu hanya terdiam sembari menatapnya. "Mingyu, bunuh aku!!"

Plak

Pipi kanan kiri Wonwoo memanas dan langsung memerah, ia memegangnya dan menatap Mingyu yang baru saja melayangkan tamparan ke wajahnya. Rasanya sakit bukan main.

"Lihat.. seperti ini saja kau sudah merasakan sakit, harus dengan cara apa aku membunuhmu hm?" Mingyu menyesap rokoknya lagi dan menghembuskan asapnya ke wajah Wonwoo.

Pemuda Jeon itu terdiam, menggigit bibir dalamnya dengan kuat. "Terserah, kau memiliki banyak cara untuk membunuh orang lain kan?" balasnya di ikuti dengan kekehan kecil di belakang.

Mr. Kim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang