6

6K 423 16
                                    

Wonwoo hanya menundukkan kepalanya, membiarkan makanan di depannya tak tersentuh sedikit pun. Sementara Mingyu, ia begitu menikmati makan paginya, membiarkan Wonwoo yang tak mau makan sedikit pun.

Hanya denting sendok yang terdengar di ruang makan luas tersebut, Mingyu menatap Wonwoo sembari meneguk air putihnya setelah menyelesaikan makannya.

"Tuan Mingyu." Keduanya menoleh ke arah salah satu anak buah Mingyu yang memasuki ruang makan dengan wajah khawatir. "Ada--"

"Kim Mingyu!"

Mingyu menatap seorang pria yang jauh lebih tua darinya, seorang pria yang merupakan pamannya sendiri. Kakak dari ayahnya. Mingyu menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. "Setelah sekian tahun, paman akhirnya menginjakkan kakimu di rumah ini." ucapnya.

Wonwoo mengerjap bingung, ia hanya terdiam dan tidak ingin mencampuri urusan Mingyu dengan orang yang tak ia kenal itu.

Pria paruh baya itu menatap Mingyu dengan tajam, ia mendekat dan meraih gelas Wonwoo yang masih penuh dengan air putih, lalu menyiramnya ke wajah Mingyu.

Mingyu mengangkat tangannya, mengisyaratkan anak buahnya agar tidak mendekat dan membiarkannya. Ia lalu menatap pamannya itu. Sedangkan Wonwoo, ia masih terkejut dengan apa yang barusan ia lihat.

Pemuda Kim itu berdiri dari duduknya, ia mendekat ke arah pria paruh baya yang bernama Kim Jaewook. Sepersekian detik kemudian, ia menarik kepala pria paruh baya itu dan ia hempaskan ke meja makan dan lagi-lagi membuat Wonwoo terperanjat kaget.

Ia menahan kepala Jaewook dengan kuat, menghiraukan gerakan memberontak dari pria paruh baya itu. "Kau menganggu acara makan pagiku paman." ucap Mingyu.

Wonwoo mendongakkan kepalanya, menatap wajah datar Mingyu. Bagaimana bisa Mingyu bersikap seperti itu pada pamannya sendiri.

Jaewook menggertak. "Aku tahu kau membunuh Jongin dan Krystal!" serunya, membuat Mingyu terkekeh dan Wonwoo terkejut, fakta baru lagi yang ia tahu, Mingyu membunuh kedua orang tuanya.

Mingyu merendahkan tubuhnya, menyejajarkan wajahnya dengan wajah pamannya itu. "Benarkah? Bukankah harusnya paman senang karena ayah dan ibu sudah meninggal?" balasnya dengan senyuman di wajahnya.

"Mingyu!"

"Aku membantu paman menyingkirkan mereka." Mingyu melepas tangannya dan menjauh. "Harusnya kau berterima kasih padaku." menatap pamannya yang sudah bangkit dan menatap Mingyu dengan tajam.

"Kau benar-benar gila! Bagaimana jika para direktur tahu Mingyu!" Jaewook menatap tajam Mingyu.

Mingyu menghela napasnya dengan kasar. "Apakah mereka akan percaya bahwa aku membunuh kedua orang tuaku sendiri?" ia terkekeh kecil, membuat Wonwoo merinding takut. "Kita tunggu saja bagaimana reaksi mereka jika mereka tahu paman.." ia lalu menoleh ke arah Wonwoo. Melihat wajah pemuda itu yang memerah takut.

Pemuda Kim itu lalu menatap kembali pamannya, ia menepuk pundak pria paruh baya itu. "Jangan sungkan untuk datang kemari paman, meskipun sudah tak ada ibu lagi di rumah ini." ucapnya dan ia berjalan pergi dari sana.

Wonwoo bangkit dari duduknya, ia berjalan mengejar Mingyu yang menaiki tangga menuju kamarnya. "Mingyu.. Apa kau benar membunuh kedua orang tuamu?" tanyanya, menatap lekat pemuda Kim yang tak menoleh sedikit pun.

Mingyu memasuki kamarnya di lantai tiga, ia membuka lemari dan mengambil baju ganti. Melepas baju basahnya dan melemparnya ke keranjang baju kotor dan memakai baju yang ia ambil tadi.

Wonwoo masih memperhatikan Mingyu hingga pemuda itu selesai dan berbalik menatapnya. "Mingyu, kau sungguh--"

"Kau membenciku?" Mingyu menatapnya dengan wajah datar, melihat Wonwoo yang kebingungan. Ia berjalan mendekat dan Wonwoo memundurkan langkahnya. "Aku bertanya padamu, kau membenciku Jeon Wonwoo?" tanyanya sekali lagi.

Mr. Kim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang