3. Cemburu

2.8K 182 7
                                    

Haii...

*
*
*

3. Cemburu

"Bye, Unda. Emmuahhh!!" seru Piter melambaikan tangannya dari dalam mobil. Dia bersama Pion berangkat bersama. Piter menuju sekolah, dan Pion menuju kantor.

"Bener udah nggak ngambek lagi nih?" tanya Pion meledek. Memastikan bahwa putranya memang sudah benar-benar tidak marah karena larangannya untuk membeli sepeda motor mini, kemaren.

Piter manggut-manggut. "Udah ndak," jawabnya.

"Pinter. Gitu dong nurut. Ini baru anak Yayah." Pion mengusap kepala putranya gemas, lantas fokus kembali dengan setirnya.

"Yayah, Pitel lupa. Hali ini Pitel mau main ke lumah Lava. Nanti ncus ndak ucah jemput, ya. Yayah tolong bilangin ke Unda."

"Emang Lava bolehin?"

"Boleh. Kemalen pas makan bakco Lava ajak Pitel."

"Tapi harus ada Ncus, Pit. Malah kalau bisa Bunda juga ikut."

"No-No, Yayah!!" seru Piter menggoyangkan jari telunjuknya, "Pitel mau cendili. Kata Lava, nanti pulangnya bial diantelin cupil, atau ndak Unclenya."

"Jangan ngerepotin, dong. Nanti supir kita yang jemput sama Bunda. Kamu mau main sampai jam berapa?"

"Nginep boleh?" tawar Piter nyengir.

"Nggak boleh. Bertamu itu harus tau waktu. Kamu pulang jam sepuluh, main dua jam. Nanti jam dua belas, Yayah suruh Pak Mali jemput sama Bunda."

"Ish, Yah. Kok cepet?!!"

"Ingat, Pit. Bertamu harus tau waktu. Lava juga harus tidur siang. Kamu pun juga harus istirahat. Kalau kelamaan di sana, kasian dong, yang kerja. Kalian kan masih kecil, pasti harus diawasin terus. Piter ngerti, kan?"

"Iya, Pitel ngelti," lemas bocah itu. Ini bukan kali pertama Piter diperingati soal adab bertamu. Bahkan sudah berkali-kali, agar Piter tidak semena-mena di rumah yang bukan miliknya.

Jangankan di rumah Lava, di rumah Keling maupun Arsez yang notabennya adalah tetangganya, Piter hanya diberi waktu maksimal tiga jam untuk bermain bersama putri mereka. Anak kecil seperti Piter memang harus diajarkan sikap disipilin sejak dini, agar ketika dewasa mereka sudah terbiasa.

***

Dari mulai pukul enam, rumah warisan Buyut Dara yang dulunya selalu sepi kini menjadi sangat ramai. Para bujang satu persatu sudah datang. Demi siapa lagi kalau bukan demi Lavary. Mereka rela bangun pagi, meski belum sarapan atau mandi. Selalu saja ketika datang ke sana, mereka masih mengenakan baju tidur atau hanya kaos oblong dan celana kolor.

Ketika Lava mandi, mereka juga mandi, ketika Lava makan, mereka juga ikut duduk di sana. Menikmati hidangan yang disediakan khusus untuk mereka sarapan.

R U S U HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang