2. Minggat

3K 230 16
                                    

Hai ....

Hai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. Minggat

***

"PERGI LO!! CARI ANAK LO SAMPE DAPET. KALAU BELUM KETEMU, JANGAN HARAP PINTU RUMAH GUE BUKA!!" teriak Tera lagi, kali ini sembari menjewer telinga Pion, suaminya.

***

"Ih, itu kok ada lame-lame. Emang ada demo, ya?" celetuk Piter bertanya pada Mang Ujang. Dia dibonceng depan oleh pria penjual bakso itu. Sementara Lava juga sama dibonceng depan, bedanya ia oleh Pak Satpam komplek sebelah.

"Mana Mamang tau. Kita liat aja." jawab Mang Ujang menarik gas motornya kembali.

"Minggil-minggil. Ini kenapa ada lame-lame. Kalian ngalangin jalan tau!!" teriak Piter sambil menggoyangkan kedua tangannya.

Semua orang seketika menoleh ke arah sumber suara. Tera juga langsung berlari, melepas begitu saja jeweran pada suaminya.

"Piter ... kamu habis dari mana, Nak?" tanyanya khawatir mengambil Piter dari motor. Diusapnya wajah bocah kecil itu yang belepotan.

"Daddy!!!" Lavary ikut berseru setelah menangkap kehadiran Dewa di sana. Dengan hati-hati, dia dituntun turun dari motor oleh Pak Satpam lantas berlari menuju Daddynya itu.

"Da-- Daddy kenapa basah?" tanyanya berhenti mendadak. Ia tadinya ingin meminta digendong, tapi ketika melihat bercak air yang cukup lebar di baju Dewa, membuatnya terpaksa harus menundanya. Dia ingin memastikan apa yang terjadi pada Daddynya itu lebih dulu.

"Nggak papa. Tadi kecipratan air. Lav habis dari mana. Daddy khawatir, tau." kata Dewa berjongkok, mengusap peluh yang ada di kepala putrinya.

"Habis kabur ditemani Piter. Tapi Lav tidak mau kabur lagi. Soalnya badan Lav jadi gatel digigit nyamuk. Terus tadi  Lav juga nyasar. Untung ada Mamang sama Pak Satpam," kata Lava menjelaskan dengan sangat gemas. Bibirnya ikut maju dengan tangan yang terus bergerak, menggaruk kakinya yang dipenuhi bentol merah.

"Kenapa kabur, hmm?" tanya Dewa lembut ikut mengusapi kaki Lava.

"Daddy ... Lav minta maaf. Lav janji tidak akan kabur lagi," kata Lava memberikan jari kelingkingnya. Dia tidak mau menjawab pertanyaan Dewa, karena tanpa dijelaskan pun, Dewa pasti sudah tau alasan kenapa dia kabur.

"Janji Lav Daddy pegang. Nanti kalau Lav ingkar, Lav harus terima konsekuensinya." kata Dewa ikut menautkan jari kelingkingnya. Tangan mereka yang masih bertaut didekatkan pada wajah Lava, Dewa ingin menoel hidung mancung gadis kecilnya itu dengan ibu jarinya.

Lavary tersenyum lebar. Lega karena Dewa tidak marah padanya. Padahal sebelumnya dia sudah takut akan mendapat hukuman.

Tingkah keduanya yang begitu menggemaskan berhasil mengalihkan atensi semua orang. Sebenarnya, sedari awal Lavary memang sudah menyita perhatian. Gadis itu begitu cantik dan manis. Apalagi saat dia berusaha menjelaskan dan meminta maaf pada Daddynya tentang acara kaburnya. Caranya berbicara membuat mereka yang melihat bisa tersenyum sendiri.

R U S U HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang