nangis

1.9K 165 15
                                    

Vote doang ga susah kok.

[Familiá]

Keluarga abah mubdi [6]

Dea:
Abah mubdi teh saha?

Ijom:
bukan abdi adminnya. mubdi saha sih kenal kagak

Vian:
loh, abah mubdi kan nama kakek kita, klean gimana lupa sama nama abah sendiri

Alzam:
MUKTI ANJING BUKAN MUBDI, MUBDI TEH SAHA?! MUBDI DI RUMAH GUA TUKANG BATAGOR NOH

Jeno:
/menendang ketololanmu hingga mental ke india ☺

Vian:
perasaan Mukti tadi, kok jadi Mubdi siapa yang ganti?!!!! jahat banget njay

Alzam:

Salsa:Injek aja jam @Alzam gua emosi tingkat internasional sama dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salsa:
Injek aja jam @Alzam gua emosi tingkat internasional sama dia.

Vian:
kalian jahat, gamau main sama kalian lagi

Ijom:
yaudah sih, emang kita peduli

Vian:
A ES U SU di BACA! Lonte! 😡

Vian telah mengganti nama grup 'keluarga abah mubdi' - 'keluarga abah mukti'

Jeno meletakkan kembali ponselnya, grup yang diisi sama sepupunya rame banget, emang sepupu sepupunya freak semua.

lagian sejak kapan abahnya ganti nama, dari jaman orok juga namanya mukti bukan mubdi, huruf K sama B juga jauh, ya gak jauh jauh amat sih.

kayak Jeno sama si dia. yang pernah sedekat lubang hidung tapi tiba tiba jadi sejauh sabang sampai ke merauke.

memang jatuh cinta kadang tidak semenyenangkan itu, wajah tampan saja tidak cukup yang di butuhkan itu pembuktian bukan ketampanan.

gatau lagi deh Jeno kalo inget cerita tentang perjuangan Ayahnya, di tolak lima kali tapi tidak menyerah begitu saja. kalau Jeno, di tolak 5 kali sih mending mundur alon alon, harga dirinya sebagai lelaki sudah di permainkan namanya.

untuk apa mengejar yang tidak pasti. yang pasti aja gak pernah dia sadari.

anjay, kenapa galau begini.

omong omong, anak ayam warna warninya Jeano udah mati, di kubur di deket pohon pisang, Jeano nangis nangis gak jelas waktu anak ayamnya mati, tapi besoknya Jeano bodoamat dia malah injek injek tanah kuburannya.

anak gajelas, labil.

bocah ngeselin.

"AA JENO! bundaa. Ayah!"

"AA JENOOOO!"

Jeno mengerenyit saat ada seseorang yang memanggil dari luar, cowok itu segera berjalan keluar untuk melihat siapa yang memanggil.

ketika Jeno keluar, Jeno menemukan segerombolan bocil berdiri di depan terasnya.

ada, Echan adeknya Donghyuck, Nana adeknya Jaemin, sama Injun adeknya Renjun, mereka bertiga gendut gendut banget kayak bola salju.

tiga tiganya meganggin tangan Jeano.

"Kenapa nih? bocil pada disini?" tanya Jeno.

"Aa!" Echan maju, lalu nunjuk nunjuk Jeano yang nangis "Aa, nono na nanis, abis jatuh di depan lumah nana" ujar balita 4 tahun itu.

"iyaa, yutut na beldalah tuh liat, kacian" Injun kasih lihat lutut Jeano yang berdarah.

Nana mengangguk sedih, kasian temannya jatuh sampai menangis pasti sakit sekali kena batu hingga berdarah, Nana hanya bisa memeluk Jeano, tapi Jeano tidak mau berhenti menangis.

"Nono janan cedih, nanti ndak ganteng lagi" ujar Nana.

"hiks Aa" bibir balita itu melengkung, Jeno menghela nafas, jatoh mulu kerjaanya mau punya adek lagi kah?

KAGAK!

Jeno tidak mau punya adik lagi, sudah cukup satu, satu saja menyusahkan begini bagaimana ada satu lagi, apalagi modelan seperti Jeano.

Jeno mengangkat tubuh adeknya, "sekarang kalian bisa pulang sendiri gak?"

ketiga balita itu mengangguk, rambut lembut mereka bergoyang goyang.

"hati hati, ntar bocil kayak kalian gampang di culik, jangan mau ikut orang asing"

"otay!"

Jeano menatap ketiga temannya dan melambaikan tangan "pai pai" lambai Jeano, ketiga balita itu juga ikut melambaikan tangan lalu berjalan pergi satu persatu, seperti anak bebek.

pantat mereka penuh dengan pampers, pasti belum ganti.

Jeano meletakkan wajah bulatnya di pundak sang kakak, Jeno membawa balita gendut itu masuk,

"bun"

"Nda"

"Bunda" Jeno sudah memanggil bundanya tapi bundanya tidak nonggol nonggol.

katanya Jaehyun sedang angkat telphone, sedari Jeno main hp tadi, bundanya belum selesai menelphone atau bagaimana.

"Aa pelih, hiks. auh kaki na beldalah"

"iya bentar, panggil bunda dulu. lagian kalo lagi jalan liat liat jangan batu lo injek, jalan aja belum lurus" jawab Jeno.

"bunda??"

Jaehyun entah kemana, Jeno bingung. Jeano menangis terus.

"kenapa A? manggil?"

"dedek jatuh nih bun, liat kakinya berdarah, amputasi sih kalo berdarah mulu" kekeh Jeno bercanda, balita 4 tahun itu mengeraskan tangisannya.

Jaehyun menghela nafas, memasang wajah lempeng melihat putra sulungnya senang sekali menjahili adeknya.

"Jeno, bunda pusing loh kalo denger dedeknya nangis mulu, jangan jail" Jeno tertawa, lalu memberikan Jeano pada bundanya, biar Jaehyun saja yang mengurusi balita itu.

kalau Jeno yang suruh mengobati mungkin Jeano akan menangis hingga jalan raya retak.

"ampun deh, wkwkwk lagian cengeng. huuu cengeng" Jeno menciumi adeknya gemas, menyedot pipi tembam Jeano hingga balita itu menangis lebih kuat.

"Jeno, udah!" Jaehyun memukul pelan pundak putranya itu, Jeno ini memang jail.

"iya bundaaa" lalu cowok itu kabur setelah puas menangisi adeknya.

[Familiá]



Familiá ; gyujaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang