malem

2.1K 196 11
                                        

[Familiá]

"gece dek"

"aaaaa, Aa janan tindalin!" panggil Jeano, balita gembul itu berlari lari kecil dengan sendal dengan selop ber sticker superman, di tangannya terdapat uang dua ribu, hasil kembalian dari warung.

balita gembul itu panik melihat abangnya yang sudah berjalan cukup jauh di depan, apalagi jalanan sepi dan juga malam hari.

"Aa!"

"aaa Aa, tunduin" 

Jeno yang memegang plastik berisi rokok milik ayahnya, garam masakan, juga saus tiram pesanan bundanya, menghela nafas mendengarkan adik nya menjerit jerit di belakangnya.

Jeno memang jahil, dia sengaja meninggalkan adiknya yang menjerit kencang di belakang.

"hiks Aa, janan tindalin nono. Aa nono takut" 

"buruan dede, lambat lo. gua tinggal nih" sahut Jeno, Jeano melempar uang dua ribunya lalu menjatuhkan diri di aspal, balita gembul itu melepas sendalnya dan melempar jauh jauh sampai menangis menjerit.

suara tangisan dan jeritan kencang Jeano, membuat Jeno berbalik badan, melihat balita itu sudah tidak karuan berguling di tanah, bahkan sendalnya saja sudah terlempar dimana mana.

balita itu tidak peduli jika baju tidur b6erwarna putih itu kotor karna dia berguling guling di tanah, Jeano lebih memilih untuk menangis karna merasa akan di tinggalkan oleh Jeno.

"woi! dedek. bangun, baju lo kotor!" panggil Jeno, melihat adiknya malah semakin menjadi.

padahal Jeano baru saja ganti baju, gara gara balita itu menempelkan buah pepaya di bajunya, hingga meninggalkan noda.

tentu saja langsung Jaehyun ganti.

walau harus mengomel terlebih dahulu, karna Jeano nakal sekali.

"huwaaaaaa, peldi aja cana. bial nono di mam halimau!" tangisnya.

"kotor woi! denger kagak?!"

"di marahin bunda nanti" rasanya Jeno ingin mengumpati adiknya, tapi Jeno harus menahan kata kata, kalau tidak bundanya akan curiga, jika Jeano keceplosan berbicara kasar karna Jeno yang mengatakan kalimat buruk itu.

bisa bisa Jeno disidang.

Jeano tidak berkutik di sana, lalu Jeno menghampiri balita itu, memunguti sendal, duit dan menarik kedua tangannya, sambil menggelengkan kepala.

Jeno menarik paksa balita itu, namun Jeano malah tersandung hingga jatuh, tangan mungilnya terplintir menambah tangisan pilu nya.

"dek, Aa gak sengaja" Jeno berjongkok melihat balita itu makin terisak kuat, pipi seputih saljunya sudah memerah, air mata membasahi wajah.

"maafin Aa oke, tangannya sakit?" Jeano mengangguk. sudah pasti kalau sudah menangis bombai seperti ini Jeano tidak akan mau jalan, Jeno menggendong adiknya sampai ke rumah.

"Nangis terus, nangis tiap jam, setiap hari, setiap waktu. cengeng amat hadeh" gumam Jeno, melangkahkan kakinya di jalan menuju ke rumah, sementara Jeano mengucak ucak mata.

"hiks kalna Aa na, nakal telus. tindalin nono, cama mam pelmen tokyat hiks. Aa na malah malah juda" celotehnya sambil terisak.

"ya kan lo di lahirin cuma buat bahan gabut gua dek, buat apa ada lu kalo ga di nangisin" balas Jeno, Jeano menarik rambut kakaknya dan menjerit kesal "huwaaa Aa na, nakal. janan di temenenin"

Jeno meringis, mencoba melepaskan jambakan dari genggaman tangan mungil Jeano yang meremat rambutnya.

"Sakit dek, jangan di jambak"

tapi Jeano enggan.

"si mbul kenapa nangis, perasaan tadi sore juga nangis gara gara bolanya masuk ke kali" tiba tiba ada tetangga yang keluar, dan melihat adik dan kakak itu tengah mengalami keributan di jalan, Jeno meringis malu, sudah tidak heran tetangga disini melihat tingkah keduanya.

yang besar suka menjahili adiknya, sementara yang kecil sudah tau cengeng malah di buat menangis terus.

"hehehe, tante. biasa lah caper, Jeno duluan. udah di tunggu bunda di rumah" balas Jeno.

wanita itu tersenyum "oh oke"

buru buru Jeno pulang bersama adiknya, imagenya jadi sedikit jelek kalau Jeano ini berisik.

sampai di rumah Jeano langsung meminta turun dan berlari kearah bundanya, pasti balita itu akan mengadu dengan wajah sedih di buat buat seolah Jeno melakukan kesalahan yang membuat dia menangis sedih.

"hiks nda, auh. tanan nono auh nda" balita itu memperlihatkan tangannya, karna terpelintir.

Jaehyun menatap lengan si kecil, mencoba mengeceknya sembari melihat Jeno yang meletakkan bahan dapur di meja makan dan memberikan satu bungkus rokok kepada ayahnya.

"kenapa bisa sakit?"

"Aa na, talik talik tanan nono, tayak gini" Jeano menangis seada adanya, sembari mempergakan bagaimana tangganya terpelintir tadi "auh nda, tanan nono bica lepas huah"

dalam hati Jeno sudah menguatkan diri untuk tidak menyumpah serapahi adiknya sendiri, namanya juga masih kecil. Nyenyenyenye.

"terus, dedeknya diapain lagi ama Aa?"

"hiks, katana lahil dabut nda, mau di nanisin cama Aa" hah?

Jaehyun mengerutkan keningnya mendengarkan celotehan balita yang terisak isak sedih itu, menceritakan dengan dramatis, sementara Jeno tertawa puas dalam hati, bocah itu tidak akan bisa menjelaskan apa yang tadi dia bicarakan.

Mingyu yang mendengar bahasa asing ala Jeano, hanya menghela nafas geli. berbicara saja belum lancar.

[Familiá]

Familiá ; gyujaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang