The Predators

73 17 0
                                    

Aku berjalan menaiki puluhan anak tangga yang membawa ku ke puncak sebuah menara tua. Walaupun sudah berumur ratusan tahun menara ini memiliki pijakan yang terbilang bagus walaupun beberapa anak tangga sudah berkarat tidak mengurangi rasa penasaran ku. Kegiatan ini sudah ku lakukan selama tim ku di tugaskan sebagai relawan disini.

Pemandangan rumah-rumah usang yang ditanami banyak tumbuhan selalu membuat ku merasa tenang ditambah matahari yang akan segera terbenam menambah kesan damai. Terkadang dalam kesunyian terlintas banyak pertanyaan mengenai peradaban manusia yang tiba-tiba hancur. Banyak sekali rasa penasaran yang ku kubur dalam-dalam. Terutama mengenai kabut putih yang menewaskan setengah populasi manusia masih menjadi misteri hingga ratusan tahun.

Aku mengeluarkan sketch book dari tas selempang kulit ku yang sudah usang. Jemari ku mulai melukiskan coretan di atas permukaan kertas. Udara yang semakin dingin tidak mengusik ku sama sekali. Rambut panjang ku sengaja ku gerai agar tertiup oleh angin. Pandangan ku terus terpusat pada pemandangan yang indah dibawah sana. Hingga kusadari sebuah derap langkah mendekat kearah ku.

"Sudah kuduga kau ada disini" Ucap seorang wanita dengan rambut hitam, mata birunya seperti laut di pagi hari itu selalu saja mencari ku.

"Dasar penguntit" Dengus ku sebal.

"Aku mengerti sekarang mengapa kau selalu menghilang, oh ya omong-ngomong Carly menyuruh ku untuk membawa mu, kita akan pergi ke distrik pusat sebentar lagi" Ucap wanita itu sambil melemparkan mantel bulu kepada ku kemudian ia menyenderkan tubuhnya pada pagar pembatas.

"Distrik pusat apa maksud mu?" Aku mengernyit bingung karena Tim kami bukan berasal dari distrik pusat melainkan distrik delapan yang berada di pedalaman hutan.

"Kepala organisasi meminta beberapa tim kecil untuk datang dan perintah pembuatan regu baru itu sungguh sangat memaksa" Ucap wanita itu sembari menyilangkan tangan di dadanya.

Aku memasukan kembali buku ku kedalam tas dan berdiri menghadap wanita itu sambil mengenakan mantel bulu yang ia berikan.
"Terlalu banyak orang yang gugur saat menjalankan tugas ke dunia luar, bahkan alasan kematiannya selalu ditutupi membuat ku tidak ingin ikut ambil alih dalam pembuatan regu baru ini" Aku menghela nafas dan ikut menyenderkan tubuhku disebelahnya.

"Nevin mengancam ku jika kau tak ambil alih ia akan melaporkan penggelapan artefak yang ku lakukan, padahal aku hanya memungut sampah, Nevin Brengsek!" Keluhnya yang membuat ku sedikit terkekeh.

"Sudah ku bilang berapa kali Jia itu bukan sampah, apa lagi sampah yang kau pungut itu laku 300 Puths di pasar gelap" Sindir ku, Jia hanya menampakan gigi putih rapih miliknya.

Kami berdua terdiam untuk beberapa saat, menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa lembut wajah kami dengan pemandangan matahari yang akan terbenam sepenuhnya. Ditengah keheningan sebuah benda kecil persegi berukuran dua cm di setiap sisi itu bergetar. Aku langsung menyambungkan pendengar jarak jauh pada gelang ku begitupun dengan Jia.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Light SurviveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang