Setelah pembagian tim baru kami regu Starlight ditempatkan pada bangunan equality yang berada di bagian utara distrik pusat. Bangunan Equality ini merupakan peninggalan manusia modern yang kini digunakan sebagai basecamp para light survive yang akan menjalankan misi. Biasanya para Light survive akan berlatih selama kurang lebih satu bulan hingga misi ke dunia luar.
Sebelum perjalanan menuju bangunan equality Calry menemui ku untuk memberikan sebuah buku catatan yang ia temukan ketika ia berada di perbatasan distrik tiga. Ia menemuiku terlebih dahulu karena Carly harus berangka terpisah menuju equality bersama beberapa anggota senior. Sedangkan aku dan anggota baru diberi arahan mengenai beberapa peraturan yang tidak boleh dilanggar, seperti pergi menuju black death flores pada malam hari yang berada tepat di belakang basecamp, hingga mendekati ruang senjata ketika tidak ada perintah.
Setelah pemberitahuan, anggota di beri waktu hingga matahari terbenam untuk mengemas barang bawaan. Ku gunakan kesempatan itu untuk berjalan jalan memasuki pusat perbelanjaan atau kami menyebutnya prettig market. Prettig market menjadi pusat perbelanjaan terbesar karena terletak di distrik pusat. Hampir seluruh distrik akan menyuplai barang maupun makanan dan menjualnya di pasar ini.
"Hei Jia aku akan mencari pakaian" Ucap ku kepada Jia yang tengah asik melihat manik bebatuan.
"Baiklah kita bertemu setengah jam lagi di depan patung kuda" Balas Jia tanpa melirik ku sama sekali, pandangannya tertuju lurus fokus memilih bebatuan warna warni di depannya.
Tanpa memberi jawaban aku pergi meninggalkannya menelusuri pasar yang dipenuhi oleh banyak penyitas. Banyak sekali artefak yang baru ku lihat kebanyakan sisa peninggalan seperti robot mini hingga alat elektronik persegi dengan lingkaran kecil ditengahnya bertuliskan Sany 06.
Aku memasuki bagian pakaian seperti apa yang tertulis di catatan yang diberikan Carly, sebuah toko pakaian usang yang berada di Prettig distrik 5 berjarak dua blok dari tempat Jia sebelumnya.
Aku terus berjalan mencari toko tersebut hingga sebuah sinar dari pantulan kaca mengenai wajahku. Pantulan cahaya itu berasal dari sebuah tempat penjualan pakaian tua, sebelum memasuki tempat itu aku mengecek sekitar. Aku memasuki toko pakaian itu gaya nyentrik dan unik menjadi kesan saat pertama kali aku melihatnya. Didalam toko seorang wanita berambut hijau, ungu dengan lipstik hitamnya yang mencolok menyambut ku dengan ramah.
Aku mengambil buku catatan yang ku simpan di saku ku. Ku perlihatkan catatan usang itu kepadanya. Wajah wanita itu berubah menjadi serius dan menyuruhku mengikutinya. Ia berjalan memasuki tirai hijau metalik yang menutupi jalan, lorong gelap sepanjang empat meter kebawah tanah.
"Bagaimana kau bisa mengetahui tempat ini?" Tanyanya kepada ku ia sedikit melirik kearah ku dari depan.
"Di catatan tertulis, phoenix bangkit dari kematiannya sendiri, toko ini satu-satunya toko yang habis terbakar diantara yang lain" Jelas ku, wanita itu tertawa pelan.
"Tarry by the way"
"Rana"
"Rana yang terkenal itu? Gadis penghancur besi?" Ia terkejut dan membalikan badannya.
"Hal yang tak bisa dibanggakan" Ucap ku terkekeh.
Kami berjalan hingga sebuah pintu besi berwarna merah terlihat dari kejauhan. Semakin dekat terlihat pintu besi itu memiliki lambang bintang. Tarry memutarkan pegangannya, udara dingin menyambut wajahku. Itu adalah teman kecil dengan banyak sekali tumbuhan dan bunga warna-warni.
"Aku hanya bisa menemanimu sampai sini, good luck" Ucap Tarry ia kembali menutup pintu dan pergi.
Aku berjalan jalan mengitari taman itu melihat sekeliling. Perhatian ku teralihkan ketika melihat seluruh lambang fraksi terdapat di lantai membentuk lingkaran.
"Dimana mereka menempatkan mu?"
Suara berat itu mengejutkan ku. Aku membalikan tubuh ku untuk melihat siapa pemilik suara tersebut. Seorang lelaki bermata abu dengan rambut seputih salju tersenyum kepada ku.
"Fraksi Nebula" Jawab ku.
Ia mengangguk anggukan kepalanya dan berjalan mendekati ku. Ia berdiri tepat di sebelah ku menarik dan memeriksa lengan ku.
"Kau memiliki darah seperti mereka" Ucapnya tanpa ekspresi.
"Apa maksud mu?" Tanya ku bingung.
"Tak heran kau dapat menemukan tempat ini sangat cepat, siapa yang menyuruh mu kemari?"
"Carly, Carly Maddox"
"Ah lelaki berambut pirang itu"
Lelaki itu berjalan di depan ku, suara bisikan muncul secara tiba-tiba menyuruh ku untuk mengikutinya. Pandangan ku menjadi tak karuan suara bisikan itu semakin banyak dan semakin kencang membuat ku sesak nafas.
"Bangunlah" Ucapan itu menyadarkan ku.
Aku tersadar sembari sedikit terengah-engah, memperhatikan sekeliling membuat ku kebingungan. Kini aku berada di sebuah ruang kerja tua dengan interior klasik yang sering ku temukan saat memasuki ruang kerja ketua. Lelaki itu tersenyum sambil memperhatikan ku membuat ku tak nyaman.
"Apa yang kau harapkan ketika datang kemari" Tanya lelaki itu.
"Jawaban"
"Kau salah, tak ada jawaban disini"
Aku mengernyitkan dari ku, lelaki itu masih sama tersenyum memandangi ku.
"Apakah ia selamat?" Tanya ku kembali.
"Kau akan melihatnya ketika di luar sana, kurasa teman mu sudah menunggu mu." Ia beranjak dari tempat duduknya mendekati ku. Tubuhku seketika kaku tak bisa bergerak.
"Apa?! Tunggu sebentar!" Lelaki itu kini telah berada di depan ku dan menempelkan jemarinya di dahi ku.
"Musuhmu bukan di luar"
Setelah Ia berkata seperti itu pandangan ku menjadi hitam untuk beberapa saat dan kini suara bising terdengar menyadarkan ku. Aku terus dikejutkan oleh lelaki itu karena kini aku berada di sebuah gang kecil dekat patung kuda berada.
"Benar benar gila" Gumam ku.
Aku menyenderkan tubuhku di dinding karena jantung ku terus berdegup dengan kencang. Tak mendapatkan jawaban justru menambah teka teki yang perlu ku pecahkan membuat ku sedikit frustasi.
Side Story
Knok Knok Knok
"Jika itu Tarry masuk lah" Titah lelaki berambut putih.
Gadis yang dipanggilnya pun masuk sambil menyilangkan lengannya di dada. Matanya mengintimidasi menahan kesal yang membuat wajahnya menjadi merah.
"Paman! Sudah ku beri tahu ratusan kali untuk tidak menghipnotis orang lain! Kau tau Rana hampir saja tertabrak mobil penjaga jika tidak aku antarkan!"
Lelaki itu hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan terkekeh tanpa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light Survive
Science FictionPerang dunia ke III hanya menyisakan bangkai peradaban dari dunia modern, Menyisakan ketakutan-ketakutan yang harus dilalui oleh para manusia yang masih bertahan setelah ratusan tahun bumi hancur. Misteri peradaban modern mulai terungkap, hadirnya...