Aku mengerjapkan mata ku memperjelas pandangan ku yang sedikit buram. Cahaya terang menyambut penuh penglihatan ku. Tersadar bahwa kini berada di sebuah ruangan serba putih membuat ku sedikit terheran karena merasa familiar dengan tempat ini. Tak ada siapapun disini hanya terdengar suara alat denyut nadi yang terpasang di pergelangan tangan ku. Aku mengecek chip ku untuk melihat dimana aku berada. Titik merah itu menunjukkan tepat di tengah distrik pusat yang langsung membuat ku mendengus sebal.
"Dasar manusia kejam." Aku mengubah poisis ku menjadi duduk. Memperhatikan alat denyut nadi yang terpasang di pergelangan tangan ku. Ku lepas alat itu dan tersadar bahwa tubuh ku hanya terbalut oleh perban putih. Ku lihat sebuah laci kecil disamping ranjang, dengan sekuat tenaga aku berjalan kearahnya. Kubuka laci itu untungnya nasib baik berpihak pada ku, sepasang jaket dan kaos berwarna putih tersimpan rapih disana. Aku langsung saja mengambil dan mengenakannya.
Tanpa menunggu seseorang untuk datang kemari, aku langsung pergi menuju pintu keluar. Namun rasa nyeri timbul secara tiba-tiba membuat ku sedikit meringis. Cairan merah keluar begitu saja dari hidung ku mewarnai lantai putih di bawah sana. Teringat kejadian saat monster itu menyerang membuat ku terdiam. Pandangan terakhir yang kulihat yaitu Nevin yang berteriak sambil berlari menghampiri ku.
Aku berjalan seorang diri di lorong yang cukup gelap sambil terus mencubit hidung ku agar tidak mengeluarkan cairan merah itu kembali. Aku mengecek chip lokasi milik Jia mencari dimana dia berada.
"Sudah kuduga, kita tidak bisa menolak" Gumam ku.
Suara langkah kaki terdengar dari arah belakang ku membuat ku mempercepat langkah. Ia semakin mempercepat langkahnya membuat degup jantung ku terpompa begitu cepat. Aku tersadar akan sesuatu mengapa aku harus khawatir, ku hentikan langkah ku berniat untuk memastikan siapa orang yang berada di belakang. Saat ingin berbalik sebuah lengan besar membanting ku dengan kuat ke tembok.
"AKHHH" Aku berteriak kesakitan bak tertimpa pohon dua kali.
"Loh? Rana?" Ia menatap ku kebingungan membuat ku bersumpah serapah dalam hati.
"Lotke bodoh itu sangat menyakitkan tahu!" Kesal ku, aku terduduk meringkuk karena bantingan kerasnya tepat mengenai cedera ku.
"Maaf Rana ku kira kau seorang Tioni" Lotke dengan panik membantu ku bangkit. Wajahnya semakin panik ketika melihat wajah ku dipenuhi oleh cairan merah.
"Apa kau baru saja berkelahi?!" Tanyanya membuat kuping ku sakit. Ia berputar putar memeriksa seluruh tubuh ku. Sesekali mengguncangkan tubuhku. Rasanya ingin sekali aku menendang lelaki di depan ku ini dan menyuruhnya diam.
"Ceritanya panjang, aku harus membersihkan diriku terlebih dahulu" Aku berjalan dengan sangat lemas berusaha menghiraukannya.
"Naik lah ke punggung ku, aku akan mengantarmu, kau akan ke aula suara kan ayo" Titah Lotke Ia langsung berjongkok, aku menatapnya dengan tatapan "Mengapa lelaki ini sangat bodoh?".
"AKU TIDAK AKAN MACAM MACAM!" Teriak lelaki gondrong itu.
Aku berpikir sejenak dan menghela nafas kasar. Teringat jika lelaki di depan ku ini merupakan seorang Nebula 307 seorang yang berada di regu legenda mereka telah memiliki banyak pengalaman membuat ku sedikit merasa sungkan untuk berada di dekatnya, apa lagi menerima tawarannya. Walaupun ku tahu Lotke memang seorang yang kekanak-kanakan tetap saja ia seorang yang berasal dari fraksi nebula.
"Sudahlah tak perlu aku bisa pergi sendiri" Tolak ku. Aku meninggalkan lelaki itu dibelakang namun bukan seorang LS jika Ia pantang menyerah. Lotke terus mengikuti ku sepanjang jalan membuat ku merasa sedikit dongkol karena Ia hanya mengikuti ku seperti seekor anjing tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Aku berbalik dan menatap lelaki itu dengan tatapan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light Survive
Science FictionPerang dunia ke III hanya menyisakan bangkai peradaban dari dunia modern, Menyisakan ketakutan-ketakutan yang harus dilalui oleh para manusia yang masih bertahan setelah ratusan tahun bumi hancur. Misteri peradaban modern mulai terungkap, hadirnya...