˚ ༘♡ : dua ꒱

359 81 0
                                    

Kriettt

Suara pintu terbuka terdengar nyaring ditengah malam yang dingin itu. Yedam mengangkat tangannya dari gagang pintu untuk sejenak berharap suara itu cepat menghilang.

Ia diam untuk beberapa saat untuk mengawasi keadaan, dirasanya tidak ada tanda-tanda kemunculan Ibunya, ia segera membuka pintu dengan perlahan supaya tak menimbulkan suara lagi.

Setelah menutup pintu kembali dan menguncinya dengan benar, Yedam berjalan mengendap-ngendap dengan kepala yang ia tolehkan kekanan-kekiri untuk kembali kekamarnya.

Setelah memasuki kamar dan menutup pintu dengan usaha keras untuk tak menghasilkan suara yang mengganggu, ia kini tengah berbaring ditempat tidurnya.

"Fuuuh, akhirnya aku dikamar lagi." ujarnya dalam hati. Ia kemudian menatap setumpuk buku komik dimeja belajarnya, tengah menimang-nimang untuk melanjutkan membacanya atau tidak.

Ditengah-tengah kebimbangannya, Yedam teringat sesuatu yang penting kemudian dengan cepat merogoh saku hoodienya.

Sebuah telur kini berada digenggamannya. Ia tatap telur itu lamat-lamat, ukurannya tak jauh berbeda dari telur ayam, mungkin yang kni hanya sedikit lebih besar juga berwarna kuning pudar.

Yedam sedikit bingung, apa harus dihangatkan seperti yang induk ayam lakukan untuk membuat telur ini menetas?

Namun, Kunang-kunang tadi menyuruhnya untuk memecahkannya bukan?

Telur ini rupanya membuat Yedam penasaran. Sebenarnya Yedam ingin menyelidiki telur ini lebih jauh, namun rasa kantuknya cukup untuk membuatnya mengurunkan niat itu.

Sang telur pun berakhir diatas meja, persis disamping komik-komiknya.

🥚🥚🥚

"Yedam!"

"Yedam! Bangun, sarapan dulu!"

Teriakan sang Ibu mampu menembus kedalam alam mimpi Yedam sehingga ia akhirnya terusik dari tidurnya.

Mengusap-ngusap matanya perlahan, ia kemudian menguap. Akibat tidur cukup larut----tepatnya dini hari tadi Yedam masih merasakan kantuk yang kuat pagi ini.

"Yedam!"

Satu teriakan lagi membuat Yedam mau tak mau beranjak dari tenpat tidurnya dan melangkahkan kakinya untuk berjalan keluar dari kamarnya tanpa mencuci wajah atau menyisir rambut atau bahkan sekedar merapikan pakaiannya terlebih dahulu.

Ia duduk dimeja makan dengan mata setengah terpejam, sedangkan Ibunya sudah terlihat rapi dengan setelan kantornya.

"Ibu harus pergi bekerja lebih awal hari ini, jaga dirimu dengan baik." ujarnya lembut sembari mengusap singkat rambut anaknya.

"Um, iya.."

Yedam hanya membalas dengan gumaman, ia masih dalam proses pengumpulan kesadaran disini.

"Kalau begitu Ibu berangkat dulu." pamit Ibunya sembari berjalan menjauhi dapur dengan ponsel pintar juga tas selempang ditangannya.

"Hati-hati.." balas Yedam yang masih bisa didengar Ibunya.

Setelah itu hanya terdengar suara pintu tertutup dan tinggalah Yedam dengan aura keheningan yang melingkupi sekitarnya.

"Selamat makan.." bisik Yedam pelan kemudian mulai memakan sarapan yang disiapkan sang Ibu.

Baru memakan setengah dari porsi makannya, tiba-tiba saja pikirannya mengingat telur yang didapatnya kemarin.

Dengan gerakan secepat kilat ia menaruh mangkuknya diatas meja dan berjalan kearah kekamarnya.

Saat memasuki kamar, hal pertama yang ia lihat adalah mejanya. Namun meja itu hanya berisi komik-komiknya, telurnya tak terlihat disana.

Apa yang kemarin itu hanya khayalannya saja karena terlalu banyak membaca komik fantasi?

Yedam mengernyit, ia menundukkan tubuhnya untuk mengecek bagian bawah meja. Netranya berkelana kesana-kemari untuk menemukan telur itu.

Jika jatuh, mungkin saja telur itu sudah pecah atau paling tidak retak, begitulah kira-kira isi pikirannya saat ini.

Ia akhirnya menemukan telur itu dengan kondisi utuh tanpa lecet sedikitpun dibawah tempat tidurnya, dekat dengan sepatu lamanya yang sudah tidak terpakai.

Ternyata menggelinding cukup jauh, dan cangkangnya juga cukup keras. Yedam dibuat semakin penasaran.

Mengingat keadaannya yang sedang sendirian saat ini, Yedam berniat untuk memecahkan telur itu sekarang.

Ia kembali berjalan kearah dapur. Namun hanya untuk percobaan, ia mencoba menggigit cangkang telur itu namun cangkangnya memang cukup keras.

Setelah mengambil sendok dan piring, Yedam segera mengetuk-ngetuk cangkang telur itu dengan sendok dengan cukup keras.

Namun, telur itu tak kunjung pecah.

Ia kemudian meletakkan sendok ditangan kanannya diatas meja dan beralih mengetuk-ngetukan telur itu diatas lantai dengan keras namun itu tetap tak membuahkan hasil.

"Apa harus menggunakan palu atau semacamnya?" tanya Yedam heran pada dirinya sendiri.

Namun karena tidak ada perkakas semacam itu dirumahnya, ia melemparkan telur itu kedinding dapur.

Plukk!

Yedam memperhatikan telur itu, terlihat retakan yang terjadi akibat berbenturan dengan dinding dapur.

Namun ada yang aneh, telurnya perlahan-lahan membesar membuat Yedam melebarkan matanya dan berjalan mundur, ia mulai merasa waspada.

Saat sudah seukuran dengan telur raksasa, Yedam mendekati telur itu dan memegangnya. Namun yang terjadi adalah telur itu langsung pecah begitu saja!

Splatt!

Cairan yang entah apa mengenainya saat telur itu pecah, Yedam mengerjap-ngerjapkan matanya untuk melihat keadaan. Tetapi kali ini ia benar-benar tak bisa menahan rasa keterkejutannya.

"UUWWAAAHH!"

─────🌼──────
───

wonder | dodam ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang