˚ ༘♡ : tiga ꒱

332 73 0
                                    

Yedam mengusap-ngusap matanya sembari menatap tak percaya seorang pemuda sepantarannya yang kini juga tengah memandanginya.

Bagaimana mungkin, ada seorang manusia yang hidup disebuah telur?????

"Ada apa denganmu?" tanya pemuda asing itu pada Yedam, ia mengusap-ngusap pakaiannya──lebih tepat disebut seragam sekolahnya yang tengah berlumur cairan yang berasal dari telur itu.

"Kau hidup ditelur selama ini? Bagaimana mungkin ada hal seperti itu?? Fisikmu benar-benar seperti manusia, dan kau bahkan bisa berbicara bahasa manusia! Kau ini makhluk macam apa?!" tanya Yedam panjang, terlihat keantusiasaan yang tinggi dari nada bicaranya. 

"Sebaiknya kau tidak bertanya padaku, karena aku sendiri juga tidak tahu."

Yedam melengos mendengar jawaban pemuda itu, rupanya ia juga tidak tahu keadaan yang menimpanya saat ini.

Ia berdiri dan berniat kembali saja kekamarnya karena sudah kehilangan minat, lebih baik melanjutkan kegiatannya membaca komik daripada meladeni pemuda yang sudah memiliki kesan buruk untuk Yedam.

Tetapi saat ia mengedarkan pandangannya kesekitar, ia baru sadar bahwa tempat yang sedang ia pijaki saat ini bukanlah dapur rumahnya lagi.

Melainkan sebuah ruangan besar yang ia duga sebagai kamar karena terdapat sebuah tempat tidur disudut ruangannya.

Eh tunggu, apa ini semacam teleportasi? Atau mungkin telur yang diberikan Kunang-kunang itu sebenarnya memberinya kekuatan berpindah tempat, sedangkan pemuda itu mungkin hanya produk gagal?

Meninggalkan pemikiran acaknya, ia bergumam singkat sembari mengusap-ngusap rambutnya dengan raut keheranan.

"Aku sedang dimana ya?"

"Kau sudah selesai kan? Sekarang kau keluar dari sini," ujar pemuda itu dengan nada yang terdengar kurang bersahabat bagi Yedam.

"B-baik."

Setelah mengatakan itu, Yedam menundukkan pandangannya dan tanpa berkata apapun lagi ia keluar dari tempat itu. Langkahnya berjalan menelusuri lorong koridor yang seperti tak ada habisnya.

Lebih tepatnya, ia serasa memutari tempat yang sama berulang-ulang kali.

Kakinya mulai kelelahan karena merasa ia sudah cukup lama berjalan, karena itu Yedam memutuskan duduk dan menyandarkan tubuhnya didinding.

"Perlukah bicara seperti itu? Dasar, membuatku kesal saja." gerutu Yedam pelan kala tiba-tiba teringat dengan ucapan pemuda tadi, ia menekuk lututnya dan menenggelamkan kepalanya disana.

Saat menunduk, ia menatap kakinya yang kini terbalut sepatu berwarna puti──tunggu! Seingatnya, ia tak memakai sepatu tadi.. dan juga apa ini? Ia tengah memakai hoodie dan celana pendek yang ia pakai kemarin malam.

Kenapa bisa seperti ini??

Memikirkan alasan apa yang terjadi membuat kepalanya pusing, ia mengacak singkat rambutnya dan menghela nafas panjang.

Netranya ia arahkan pada lantai, menatap benda mati itu cukup lama. Pikirannya berkelana untuk merenungkan apa yang terjadi padanya saat ini.

Kegiatannya itu tak berlangsung terlalu lama karena sebuah suara nyaring yang mirip dengan bel mengalihkan atensinya. Yedam menolehkan kepalanya kesana-kemari untuk menemukan petunjuk, namun Yedam tak mendapati apapun.

Hingga pintu diujung lorong terbuka, padahal seingat Yedam sebelumnya tak ada pintu disana. Sesosok wanita paruh baya muncul disana dengan tampilan yang cukup mengerikan. Bercak darah terlihat disekujur tubuhnya, rambut kusut serta senyum lebarnya membuat Yedam merinding untuk sesaat.

Belum lagi kedua tangan wanita itu memegang kapak ukuran sedang dengan bekas darah yang belum mengering.

Wanita itu tiba-tiba tertawa nyaring, Yedam hanya bisa menatapnya tanpa melakukan apapun. Ia tak tahu harus melakukan apa disituasi seperti ini.

Padahal seharusnya Yedam tinggal berlari menjauh saja.

Selang beberapa detik, pintu disebelah kanannya terbuka, menampilkan pemuda tadi dengan langkah yang tergesa-gesa.

"Oh, kau lagi. H-hei." sapa Yedam kemudian ia dengan cepat berdiri dengan ekspresi canggung. Namun jujur saja, ia merasa cukup lega menemukan seseorang disituasi seperti ini.

Baru saja Yedam ingin mengeluarkan suara lagi, wanita itu tiba-tiba melemparkan kapak ditangan kanannya hingga mengenai lengan pemuda itu.

Darah mulai mengaliri tangannya hingga tetesan darah mulai menetes dan berserakan dilantai.

Yedam meringis, mulai merasa ketakutan namun lagi-lagi tak tahu harus melakukan apa. Keadaan ini cukup mengerikan untuknya.

"Lari!" teriak pemuda itu kemudian dengan cepat berlari menjauh, Yedam terdiam beberapa saat hingga mulai mengikuti langkahnya dengan ayunan kaki yang ragu-ragu.

Ia mencoba menoleh kebelakang, ternyata wanita itu mengejar. Wanita itu tertawa lagi, kali ini terdengar melengking dan hal yang lebih aneh kini disamping wanita itu terdapat banyak makhluk aneh yang mirip dengan boneka, namun makhluk itu memegang pisau dan tampilannya tak jauh mengerikan dari wanita itu.

"Yang memegang kapak itu apa?" tanya Yedam mencoba menyamakan langkahnya dengan pemuda itu.

"Mana aku tahu!" teriak pemuda itu dan mempercepat langkahnya sembari memegangi lengan kirinya yang terluka.

"Lalu benda aneh itu?"

"Tidak tahu, sudah cepat lari!" jawab pemuda itu makin mempercepat langkahnya.

Namun Yedam yang mulai kehabisan tenaga tersandung langkahnya sendiri dan terkena serangan dari makhluk aneh yang membawa pisau itu.

"Aaaww!"

Mendengar teriakan Yedam, pemuda itu menghentikan langkahnya sejenak dan menoleh kebelakang.

"Lari, terus lari!" teriaknya memaksa, Yedam pun mau tak mau memaksakan tubuhnya untuk berdiri dan segera menghindar sebelum terkena serangan lagi.

Ia mengikuti langkah cepat pemuda itu, karena mungkin hanya itulah satu-satunya pilihan yang dimiliki Yedam.

Mereka kini berlari menuju sebuah ruangan, ditengah-tengah ruangan terdapat loker satu pintu yang diatasnya berisi tanda  yang Yedam duga adalah tanda pintu keluar darurat.

Pemuda itu memaksakan dirinya berlari lebih cepat untuk mencapai pintu loker terlebih dahulu.

Dengan cepat ia membuka pintu loker itu dan masuk kedalamnya lebih dulu. Setelahnya ia berteriak memanggil Yedam.

"Cepat, masuklah kedalam sini!"

Yedam dengan sisa-sisa tenanganya berusaha berlari lebih cepat, ia akhirnya bisa menerobos masuk dengan nafas yang terputus-putus.

Pemuda itu dengan cepat menutup pintu sepersekian detik setelah Yedam masuk.

Tarikan nafas lega terdengar sesaat setelah pintu tertutup, setidaknya untuk saat ini mereka beerdua sudah lolos dari bahaya.

────────🌼────────
──────

wonder | dodam ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang