1

8 1 0
                                    

Setelah lama nggak nulis bahkan cerita yang lamapun belum tuntas. Dapat ilmu dan ide cerita baru yang langsung eksekusi. 

Semoga suka dan bersedia mengikuti cerita ini ya...Yuk kenalan dengan Nayla dan Bintang.

***** 

Nayla baru saja keluar kamar mandi yang ada dalam kamarnya saat tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan kepala Okti menyembul dari baliknya. Nayla yang sudah merapatkan kimono mandinya dan siap berlari kembali ke dalam kamar mandi sontak marah-marah.

"Elo nggak bisa ngetok pintu apa? Main nylonong aja. Kalau gue lagi telanjang gimana?"

"Siapa suruh nggak ngunci kamar? Iya kalau gue, kalau Kak Oscar gimana coba? Secara dia juga suka nylonong aja, lupa kalau adiknya udah perawan. Udah buruan sana pakai baju sebelum niat gue untuk nyekik elo hilang." Cerocos Okti sambil melempar tubuhnya ke atas tempat tidur queen size Nayla. Okti sudah terlalu mengenal Nayla dan keluarganya luar dalam.              

Nayla yang gondok setengah mati kini keheranan, namun segera berbalik kembali ke kamar mandi setelah menyambar baju yang sudah disiapkannya di atas tempat tidur yang kini diporakporandakan Okti. Okti, sahabatnya sejak SD  mengancam akan mencekiknya di kamarnya. Ini pasti ada hubungannya dengan Aldi, batinnya.

Nayla keluar dari kamar mandi setelah berteriak dari balik pintu. "Elo yakin bakalan nyekik gue disini? Elo yakin mau melakukan kekerasan di kamar gue dengan ancaman bakalan diserang sama Kak Oscar?"

"Yakinlah, kakak lo kan cinta mati sama gue. Dia nggak bakalan tega menyakiti gue."

Nayla kini berjalan keluar dari kamar mandi dengan pandangan waspada. "Pengecualian, kalau elo nyakitin gue. Kak Oscar masih lebih sayang adiknya daripada elo yang nggak nerima cintanya."                                                                               

Okti kini menyambut Nayla dengan mencubit keras-keras pipi Nayla. 

"Ampun Okti, sakit banget tauk. Gue teriak beneran nih," geram Nayla sambil menarik tangan Okti dari pipinya. Bisa-bisa pipinya bukan hanya memerah tapi biru jika tangan Okti tidak segera terlepas. Dan pasti jadi bahan pertanyaan Kak Oscar yang usil dan nyinyir.

"Kenapa sih elo? Soal Aldi ya?" tanya Nayla santai sambil melirik Okti sementara tangannya masih mengusap pipinya yang memanas.

"Kak Aldi." Okti meluruskan. Nayla tidak pernah memanggil Aldi dengan embel-embel Kak meski seusia dengan Kak Oscar yang selisih usia 4 tahun dengannya. "Udah jelas kan? Dan elo nggak pernah ngomongin soal rencana mutusin Kak Aldi ke gue."

Nayla meletakkan telunjuknya di bibir berharap Okti menurunkan volume suaranya. "Elo marah karena gue nggak ngomongin rencana gue atau keputusan gue untuk Aldi? Kak Aldi elo maksud gue." tanya Nayla sambil melipat tangan di depan dadanya.

"Gue marah karena elo mainin hati cowok yang bener-bener sayang sama elo Nay. Soal nggak cerita rencana elo, itu hak elo. Keputusan juga ada di tangan elo. Tapi minimal gue bisa kasih masukan." geram Okti.

"Nah justru karena gue nggak mau ada intervensi saat ambil keputusan, gue nggak cerita soal yang satu ini," jelas Nayla dengan nada pelan.

"Kenapa Nay? Selama ini kayaknya elo oke-oke aja, kelihatan nggak ada masalah sama Kak Aldi. Gue juga bisa lihat betapa bucinnya Kak Aldi ke elo.  Pasti nyakitin banget, diputusin pas lagi sayang-sayangnya."

After I Left YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang