7

2 1 0
                                    

Rasa penasaran bagaimana Bintang mengetahui tempat kosnya terkalahkan oleh perubahan sikap Alexa. Alexa yang biasanya banyak bicara dan becanda banyak diam waktu mereka akhirnya berjalan keluar dari aula. Bahkan saat Nayla dan Ayu berpamitan karena mereka berpisah jalan, Alexa tidak menoleh ke arah mereka.

"Alexa kenapa sih Yu? Kok tiba-tiba dingin gitu. Kamu ngerasa gitu nggak sih?" tanya Nayla pada Ayu saat mereka menuju kos.

"Ehm...iya sih. Jangan-jangan gara-gara dia lihat sikap Mas Bintang ke kamu tadi? Kita-kita semua lihat dan nggak bego deh Nay, pasti Mas Bintang tadi chat kamu ya?"

"Iya, dia chat aku. Terus hubungannya sama Alexa apa?"

"Kamu lupa apa? Kalau Alexa mau deketin Mas Bintang karena dia taruhan sama Mas Guntur?" 

"Yah...dia kan nggak serius gitu sih."

"Belum tentu lho. Siapa tahu isi hatinya? Mungkin dia bilang taruhan untuk menutupi perasaan yang sesungguhnya kalau dia naksir. Dia juga sudah lama kenal Mas Bintang."

Nayla mendecak, Bintang ini mengapa selalu membuat dirinya berada dalam posisi sulit. Dia tidak ingin mengulangi kejadian dengan Aliya dulu, terlebih Alexa teman baiknya. Alexa banyak membantunya, mengantar dan menjemputnya jika mereka harus pergi ramai-ramai, karena dirinya tidak memiliki kendaraan di Malang. Seringkali dia bersama Ayu dibonceng sepeda motor. Dia benar-benar menjadi beban bagi teman-temannya karena ketiadaan kendaraan. Meski dia tidak merasa sulit karena banyaknya angkutan kota ataupun ojek dan taksi online, seringkali teman-temannya menawarkan tumpangan agar cepat dan bisa pergi bersama. 

 *****

Mendekati cewek memang baru pertama kali Bintang lakukan. Tapi dia laki-laki yang ditakdirkan berburu. Ditambah dengan anugerah otak cerdas dan modal diri, dia yakin bisa melakukannya.

"Kamu yakin mau deketin Nayla? Nggak sama Dania aja yang udah ready for use?" tanya Radar yang sedang malas-malasan di kamar kosnya saat Bintang mengajaknya mengunjungi Nayla.
"Memangnya baju kok ready for use? Nggak ada tantangannya kalau nggak berburu.jawab Bintang sambil memainkan hpnya.
"Halah...pakai pura-pura nggak ngerti. Jadi kamu hanya menikmati tantangan berburu gitu?" gerutu Radar sambil melempar bungkus rokok yang sudah kosong. "Sial. Apa ada tanda-tanda kiamat? Kok belum ada beritanya di online ya? Kejadian aneh kalau sekarang tiba-tiba kamu tertarik deketin cewek? Orang paling nggak mau bikin komitmen dengan salah satu cewek yang digandeng kesana kemari."
"Mereka semua cuma teman." tegas Bintang.
"Teman tapi mesra? Yang diajak bertukar cairan?" yang hanya djawab Bintang dengan cengiran.
"Aku nggak mau ikut andil upayamu PHPin cewek. Kisahku aja masih bertepuk sebelah tangan gini."
"Ayolah bro...nanti gantian aku bantuin deh."
Radar menyipitkan mata "Aku malah curiga kamu telikung daripada dapat bantuan. Baunya tercium."
"Kapan sih aku gitu?" gerutu Bintang jengkel.
Radar dalam hati mengakui. Bintang sangat berdedikasi sebagai teman. Meski dikejar sekalipun, jika dia tahu cewek itu adalah gebetan sahabatnya, dia akan segera menghindar. Jika bukan gebetan temannya, dia akan mengikuti arus saja jalan kesana kemari menggandeng cewek-cewek itu. Hanya Bintang, cewek yang berhasil menggandengnya, dan Tuhan yang tahu apa yang sudah dilakukannya bersama cewek-cewek itu.
"Sori, cuma bercanda bro. Oke aku temeni kamu kali ini." 
"Nah gitu dong."
"Padahal aku yang nemuin dia duluan lho. Sayang aku masih setia sama Melody."
"Setia mengejar maksudnya?" goda Bintang. "Sebenarnya kamu nggak murni duluan nemuin, aku menang banyak karena aku sudah kenal sama dia waktu SMA."
"Serius? Oh I see....jangan bilang kalian satu SMA, dan sekarang mau melanjutkan episode yang terputus?"
"Susah jelasinnya. Udah deh buruan ganti baju."
"Pantes levelnya langsung main ke kosan. Sayang masih minta ditemenin. Cemen." gerutu Radar sambil membuka lemari mencari kaus. "By the way kamu kok tahu tempat kosnya? Jangan bilang demi Nayla kamu udah jadi stalker. Shit." Radar menyumpah menyadari Bintang betul-betul melakukan yang dituduhkannya meski tidak menjawab secara verbal.

*****
Sikap Alexa dan dugaan Ayu membuat ganjalan dalam hatinya. Nayla tidak ingin memiliki masalah dengan siapapun. Dia tidak ingin menyakiti perasaan temannya. Tapi menolak kedatangan Bintang juga tidak ada alasan kecuali dia ingin dicap sombong dan kegeeran. Meski sikap Bintang agak aneh, dan Nayla punya dugaan, tapi dia menganggapnya sebagai kelanjutan dari pertemanan mereka yang terputus. Bertemu teman lama di kota yang sama sekali tidak diduga cukup mengejutkan namun menyenangkan.

Kini cowok itu bersama teman yang sering bersamanya ada di hadapan Nayla.
Meski penasaran, Nayla  tidak mencoba mencari tahu bagaimana Bintang tahu tempat kosnya. Ada banyak cara yang ada dalam bayangan Nayla. Ada sedikit terselip rasa senang mengetahui Bintang berupaya melakukannya. Selama ini meski Aldi atau cowok-cowok yang mencoba mendekatinya juga punya usaha, tapi hatinya tidak terketuk. Namun kesedihan kembali hinggap jika ingat sikap Alexa.
"Lagi sibuk nggak?" tanya Bintang pada Nayla begitu cewek itu muncul di ruang tamu. Pertanyaan basa basi yang membuat Radar ingin muntah. Nayla bahkan terlihat ingin memutar bola matanya.
"Ehm kalau aku jawab sibuk, terus?" kasar memang, tapi cowok macam Bintang harus diberi ketegasan agar dirinya tidak menjadi korban PHP. Rugi banget jika jadi korban PHP sementara pertemanan dengan Alexa juga terancam. Bahkan Nayla sudah akan menggunakan lo gue, tapi diurungkan mengingat di kota ini mestinya dia memanggil Bintang dengan embel-embel Mas seperti di kampus, dan dia memilih cukup dengan sebutan kamu.
"Ya namanya juga mahasiswa, wajar kalau sibuk. Kalau cewek macam kamu nggak sibuk malah aneh."
"Cewek macam aku, gimana maksudnya?" kejar Nayla.
"Juara olimpiade mewakili sekolah di SMA. Aku masih ingat kok."
Oh rupanya memang Bintang memperhatikannya dan masih mengingat. Ada tipe orang yang tidak terlalu mengingat hal-hal sepele, bahkan hal penting seperti ulang tahun dirinya sendiripun tidak diingatnya. Salah satu tipe jenis ini adalah Kak Oscar, yang sering bertengkar dengan Mbak Ira karena hal yang menurut Kak Oscar sepele tapi penting di mata Mbak Ira. Ada tipe orang yang memiliki photograph memory, yang sangat mudah mengenal dan mengingat hal sepele dengan detail, bahkan nama orang yang baru dikenalnya sekilas. Sepertinya Bintang termasuk tipe yang kedua. Jadi kalau dia ingat tentang prestasi Nayla bukan karena Nayla penting, tapi karena Bintang punya kelebihan itu. Jelas Bintang cerdas dengan segudang prestasinya di tengah kesibukan aktivitasnya, jadi wajar jika memiliki daya ingat yang kuat.
"Nggak usah heran kalau aku tahu dan ingat deh." lanjut Bintang.
"Ya ampun, kamu yang PDKT kok aku yang malu ya? Mending besok lagi kalau kesini sendiri aja Bi, biar leluasa melanjutkan episode kalian yang terputus." Radar tiba-tiba nimbrung karena tidak tahan.
Ucapan Radar membuat wajah Nayla memerah. Jika memang Bintang berniat PDKT seperti kata Radar, akan mempermudah Nayla menentukan sikap.
"Makasih deh kalau tahu dan ingat." Nayla memilih memutus perdebatan. Berdebat itu melelahkan. Terlebih ditambah dengan rasa sebal. Tapi mengapa dia harus sebal? Toh Bintang hanya main saja. Kunjungan yang wajar untuk kenalan lama yang tiba-tiba bertemu di kota yang jauh yang tidak pernah diduga. Dia memang sebal melihat kelakuan Bintang yang seolah menjadi matahari bagi cewek-cewek penggemarnya. Tapi itu haknya, Nayla tidak perlu menghakimi. Belum lagi kini dengan upaya PDKT Bintang dia harus menghadapi masalah dengan teman baiknya.
"Meski sibuk kamu mau kan ikut aktif di organisasi?" tawar Bintang yang berusaha mengalihkan percakapan pada topik yang netral setelah Nayla mulai melunak.
"Ya rencana gitu sih."
"Bulan depan mulai ada oprek-open recruitment. Udah ada rencana pingin aktif dimana?"
"Belum sih, aku minim pengalaman organisasi. Jadi nggak berani pasang target."
Nayla yang selama di SMA tidak pernah mau terlibat aktif dalam organisasi kecuali olimpiade karena ingin fokus belajar, kini merasakan pentingnya pengalaman organisasi. Semoga masih belum terlambat. Kini cita-citanya diterima di PTN sudah tercapai, tinggal menjalani saja dengan rajin dan tekun. Meski MOM memberikan pengalaman menyebalkan, tapi ada juga materi mentoring yang membuatnya menyadari pentingnya jaringan dan pengalaman organisasi. Salah satu alumni sukses yang memberikan testmoni dan pembekalan memberikan wawasan. Pengguna lulusan bisa melihat dengan mudah kemampuan akademik dari IPK, tapi mereka juga menginginkan tenaga kerja yang punya personality baik, pengalaman dan wawasan luas serta jaringan luas yang bisa diperoleh dari aktivitas organisasi. Belajar dan pengalaman organisasi tidak dipelajari secara teori di bangku kuliah, tapi harus dengan terjun langsung. Ditambah dengan materi yang disampaikan Bintang tadi saat di mentoring di aula, membuat Nayla makin semangat mulai aktif. Tentu saja hal ini tidak diakuinya pada Bintang. Bisa besar kepala dia.

After I Left YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang