BULAN & KESEDIHAN

1.1K 35 0
                                    

Bulan berganti dengan matahari. Burung-burung berkicau an. Menyapa pagi yang hangat.

Rumput-rumput tampak ceria, matahari begitu menyinari jendela. Teriakan mama membangunkan gadis itu.

Raib membuka matanya. Dia melirik jam dinding. Waktu berlalu cepat. Raib beranjak dari tempat tidurnya.

"Pagi, Ma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi, Ma." Ujar Raib menyapa mama nya yang sedang menyiapkan sarapan. 

"Selamat pagi, Raib sayang." Ujar Mama dengan hangat, Raib hanya tersenyum mendengar itu.

Papa sudah duduk rapih di meja makan, mengundang tawa Mama. "Pah, kenapa melamun?" Papa yang sedang merenung akhirnya sadar.

"Eh? Memangnya tadi Papa ngapain, Ra?" Ujar Papa bertanya kepada Raib. Raib hanya bisa menggeleng-geleng kan kepalanya.

"Papa tadi melamun. Memangnya apa yang Papa pikirkan sih?" Mama bertanya. Papa terkekeh.

"Tidak ma, Papa sedang memiliki ide bagus untuk proyek kerja nanti."

Mama tersenyum mendengar itu. "Bagus, Pa! Semangat." Ujar Mama menyemangati Papa.

Raib yang melihat itu membuka suara. "Aduh, makin hari Ra. Jadi nyamuk terus." Mama dan Papa tertawa mendengar nya.

Raib menunggu angkot berhenti di halte nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raib menunggu angkot berhenti di halte nya. Papa tidak bisa mengantar nya tadi. Karena sedang mengerjakan proyek kerja nya yang baru.

Yang menyebabkan Raib menunggu di halte seperti biasa. Sambil menunggu sesekali Raib membuka ponselnya. Mengabari Seli lebih tepatnya.

Ini sudah 2 Minggu sejak kepulangan mereka dari sagaras. Di minggu pertama memang sulit sekali untuk keduanya untuk membuka suasana baru.

Tapi di minggu ini, Raib jadi tampak lebih ceria. Dia jadi sering memakai jepitan bulan itu. Terkadang jepitan itu bersinar, kadang redup.

Jepitan itu seperti tau perasaan Raib. Di saat Raib sedih, jepitan itu akan bersinar atau redup. Menandakan hatinya yang redup, dan matanya bersinar.

"Hey! Neng. Kau jadi berangkat sekolah tidak?" Mang angkot meng-klakson berkali-kali. Sampai akhirnya Raib tersadar.

"Eh, astaga." Raib langsung berlari masuk ke dalam angkot. Disana banyak murid-murid yang satu sekolah dengannya. Mereka menyapa Raib.

Raib pun juga menyapa mereka. Dengan senyuman tentunya. Saat Raib sedang melamun. Celetukan teman nya menyadarkan Raib.

"Ra, kamu sekarang selalu memakai jepitan itu ya?" Ujarnya bertanya. Raib bingung membalas dengan apa, jadi dia hanya tersenyum dan mengangguk.

"Tapi Ra, jepitan itu dari kemarin sangat cocok dengan mu. Cantik, dimana kamu membelinya. Ra?" Satu lagi temannya bertanya.

Bibir Raib rasanya kelu. Bingung menyampaikannya.

"Oh, jepitan ini bukan aku yang beli."
Siswi yang bertanya itu menaikan alisnya satu. Penasaran.

"Ini pemberian dari teman ku yang, jauh."

Bulan & Kesedihan [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang