BULAN & KESEDIHAN

729 30 2
                                    

"Duluan ya, Ra." Raib mengangguk, tersenyum. Seli turun dari angkot.
Sedangkan angkot itu berjalan lagi. Raib memperhatikan pemandangan siang ini. Terik. Itu yang bisa ia rasakan. Saat sedang melewati jalanan. Raib tidak sengaja melewati Rumah Besar Ali.

Raib langsung meminta Mang Supir menuruninya. "Disini aja, Mang!" Mang pun mengangguk. "Siap, Neng!" Angkot itu berhenti. Raib memberi uang lalu turun. Oh, Wow. Raib memandang Rumah itu. Hanya satu kata yang Raib bisa sampaikan. Sepi. 

Kalian kira Raib akan masuk ke Rumah itu? Salah. Raib melihat Rumah itu, lalu berlalu pergi. Berjalan kaki menuju rumahnya. Ia tidak ingin menaiki angkot atau kendaraan lainnya. Raib akan berjalan kaki. Menikmati angin sore yang mengenai rambut panjangnya. 

"Mama, Ra pulang!" Raib berteriak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mama, Ra pulang!" Raib berteriak. Mama yang sedang berada di dapur menengok. Lalu memperhatikan Raib. "Ra?" Raib menoleh. "Iya, Ma?" 

"Kamu, jalan kaki. Ra?" Tanya mama. Saat Raib memasuki rumah. Raib hanya cengegesan. "Iya, Ra ingin berjalan kaki saja tadi. Angin nya sejuk." Mama mengangguk. "Yaudah gih, mandi sama istirahat dulu." Raib mengangguk. 

Raib memasuki kamarnya, membuka jendela nya. Membiarkan angin memasuki kamarnya. Gadis itu menghamburkan badannya kepada benda lembut dan nyaman. Kasur. Rasanya, hari ini ia terlalu banyak berpikir. Otaknya terus-terus berputar. 

Si Putih memasuki kamar, melompat ke arah Raib. Raib tertawa. "Hai, Put. Kamu abis dari mana?" Si Putih hanya mengangguk-nganguk. "Meow?" Raib tersenyum. Si Putih merebahkan badannya bersama Raib. Kucing manis itu tertidur di badan pemiliknya. 

"Put, kamu mengantuk ya?" 

"Meow"

"Aku juga, Put. Hari ini aku terlalu banyak berfikir. Hoamm." Raib memejamkan matanya. Lalu tertidur, bersama Si Putih. 

"𝑺𝒂𝒏𝒈 𝑷𝒖𝒕𝒓𝒊 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒊𝒅𝒖𝒓. 𝑫𝒂𝒏 𝑻𝒖𝒂𝒏 𝑩𝒆𝒓𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖 𝒅𝒊 𝒔𝒆𝒎𝒃𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒏𝒂." 

𝘙𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘯𝘺𝘢𝘱, 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘳𝘦𝘳𝘶𝘮𝘱𝘶𝘵𝘢𝘯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝘙𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘯𝘺𝘢𝘱, 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘳𝘦𝘳𝘶𝘮𝘱𝘶𝘵𝘢𝘯. 𝘎𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘵𝘢𝘱 𝘣𝘶𝘭𝘢𝘯. 𝘛𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶, 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘣𝘶𝘭𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬? 𝘎𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘫𝘶 𝘣𝘪𝘳𝘶 𝘮𝘶𝘥𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯. 𝘙𝘶𝘮𝘱𝘶𝘵-𝘳𝘶𝘮𝘱𝘶𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘱𝘢 𝘩𝘢𝘭𝘶𝘴 𝘬𝘢𝘬𝘪 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘵𝘶. 

𝘎𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯, Saat sesuatu memanggilnya. Gadis itu menoleh. 𝘐𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘣𝘢hwa seseorang memanggilnya. 𝘗𝘢𝘯𝘨𝘨𝘪𝘭𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘬𝘦𝘳𝘢𝘴. 𝘎𝘦𝘳𝘣𝘢𝘯𝘨? 𝘌𝘩? 

𝘎𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘢𝘮, 𝘣𝘦𝘳𝘧𝘪𝘬𝘪𝘳. 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘨𝘦𝘳𝘣𝘢𝘯𝘨? 𝘋𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢. 𝘎𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘬𝘦 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘬𝘢𝘯𝘨. "𝘐𝘵𝘶, 𝘐𝘴𝘵𝘢𝘯𝘢?" 𝘚𝘢𝘢𝘵 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘬𝘦 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘐𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵. 𝘚𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘬𝘩𝘭𝘶𝘬 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳. 

𝘔𝘢𝘬𝘩𝘭𝘶𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘥𝘶𝘬. 𝘉𝘦𝘳𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘤𝘰𝘬𝘭𝘢𝘵 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘭𝘶 𝘭𝘦𝘣𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢. 𝘐𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘱𝘢 𝘯𝘺𝘢. "𝘌𝘩?" 𝘎𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘰𝘭𝘢𝘩-𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘥𝘪 𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘣𝘪𝘯𝘨𝘶𝘯𝘨. 𝘚𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘎𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘯𝘵𝘶𝘩 𝘨𝘦𝘳𝘣𝘢𝘯𝘨. 𝘚𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘢𝘸𝘢𝘭 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘩𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. 

𝘋𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘮𝘣𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘯𝘢. 𝘛𝘦𝘳𝘵𝘶𝘯𝘥𝘶𝘬, 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪. 𝘒𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘶𝘵𝘢𝘯.  "Tunggu, lepaskan aku." Tapi para pengawal menahan gadis itu erat. 

"Lepaskan!"  Raib terbangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lepaskan!"  Raib terbangun. Nafasnya terengah-engah. Raib menatap sekelilingnya. Oh, ini kamarnya. Raib menatap jam di didingnya. Pukul 10. Sudah malam ternyata. Raib menatap Si Putih yang tertidur di sampingnya. Tapi saat melihat meja di samping. 

Aneh. 

Kemana jepitan nya? 

Bulan & Kesedihan [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang