"John anak gua ada disini gak?!!"
– MAE FOR PAPA –
Selama Tuhan menakdirkan Taeyong untuk menjadi ayah, tak pernah sekalipun ia mendengar suara tangisan Mark sehebat ini. Mark bukanlah tipe anak yang apabila tidak dituruti pintanya akan menjadi cengeng. Bukan sama sekali.Bahkan jika ditinggal keluar kota oleh dirinya untuk bekerja dalam waktu yang cukup lama, tak pernah dia dengar keluhan dari para tetangga bahwa Mark rewel atau menangis karena merindukannya.
Tapi hari ini, untuk pertama kalinya ia mendengar jerit dalam tangis Mark, dan itu dihadapan orang lain. Orang yang sebenarnya pun belum ada 24 jam menemani putranya, namun sudah dijadikan poros hidup buah hatinya. Mark tantrum dihadapan guru barunya ini.
Tak kunjung berhenti dari tiga puluh menit yang lalu, waktu dimana mana Taeyong mengajak putranya pulang kerumah mereka, usai makan siang bersama keluarga Seo.
Taeyong jelas melihat bahwa pundak kecil milik Ten sudah diremas kuat oleh sang anak. Seolah si kecil Mark tak membiarkan guru cantiknya beranjak barang sedikit saja darinya.
Mata bulat Mark tak henti mengalirkan air mata. Selalu menggeleng kala Ten mengatakan kalimat penenang bahwa mereka akan bertemu kembali esok hari.
Mark baru saja punya Mama.
Baru saja merasakan pelukan mama.
Baru tadi disuapi mama.
Jangan berpisah lagi.
Tidak mau sendirian lagi.
Kepala Mark terus membisikkan hal itu berkali-kali. Takut jika ia pulang kerumah Papa, esok pagi dia akan menjadi Mark yang kesepian seperti sebelumnya.
Mae Saem kan mamanya Mark! Harusnya Mae saem ikut pulang kerumah! Daddy mommy nya echan juga satu rumah kan? Kenapa orangtuanya tidak?
"Mae.. ayoo Puyang baleng Papaa"
- MAE FOR PAPA -
"Maafkan putra saya yang sudah merepotkan Anda Saem" Taeyong menatap Ten dengan segan, sambil terus melajukan mobilnya.
Ya, Ten berakhir mengalah dan menuruti keinginan Mark untuk pulang kerumah ayahnya. Merasakan betapa manjanya anak tampan itu yang bahkan meminta dipangku selama di perjalanan. Pelukan Mark begitu erat bahkan dalam tidurnya pun mungkin ia takut untuk Ten tinggalkan. Namun guru cantik itu sama sekali tidak terganggu kok, dia senang bisa melengkapi hal yang urung didapatkan muridnya ini.
"Tak apa tuan Lee, saya memaklumi kondisi Mark" jawab Ten tenang.
"Ah—ya terimakasih"
"Mungkin Mark begitu takut untuk merasa kesepian seperti sebelumnya"
Walaupun sudah terlanjur menampilkan ekspresi terkejut, Taeyong tetap repot untuk menyembunyikan mimik wajahnya. Langsung kepikiran mengenai putranya yang dinilai kesepian? Benarkah? Padahal selama ini Mark terlihat begitu ceria didepannya.