Setiap manusia pasti pernah merasakan jatuh cinta dalam hidupnya. Perasaan jatuh cinta itu bisa datang secara tiba-tiba tanpa pernah kita duga, dan kita juga tak bisa menghindari perasaan semacam itu dalam hidup kita. Jatuh cinta itu seperti pisau bermata dua, tak terhitung sudah seberapa banyak perasaan jatuh cinta dapat membawa kebahagiaan pada seseorang, namun jatuh cinta juga dapat membawa seseorang ke dalam jurang kesedihan.
Terlepas dari lika-liku percintaan duniawi, pernah gak sih kalian suka dengan seseorang yang inisialnya selalu sama sepanjang kalian merasakan yang namanya jatuh cinta? Kalau belum pernah, aku mau sedikit bercerita tentang kisah unik yang aku alami sendiri sepanjang hidupku, yaitu tentang kisah cintaku yang lumayan membagongkan.
Selama 19 tahun hidupku, aku sudah pernah mengalami beberapa kali fase jatuh cinta. Tapi, yang membuatnya aneh adalah entah kenapa aku selalu jatuh cinta dengan seorang perempuan yang berinisial 'N'. Pertama kali aku merasakannya adalah ketika aku duduk di bangku SMP. Sebut saja ia Nawa, saat itu aku menyukai sifatnya yang lugu serta tinggi badan 156cm-nya yang terlihat begitu menggemaskan. Namun sayang sekali cinta pertamaku tak seindah yang aku bayangkan, hatiku hancur ketika aku tahu bahwa dia sudah memiliki pacar pada saat itu. Kejadian itu berhasil membuatku menjadi seorang pemurung selama di SMP dan disaat itu juga aku mengunci hatiku untuk dapat jatuh cinta kembali selama kurang lebih tiga tahun.
Tak terasa sekian purnama berlalu, aku lulus dari SMP dan diterima di salah satu SMA favorit di kotaku. Masih sama seperti sebelumnya, aku masih belum bisa membuka hatiku lagi untuk menerima orang baru. Kejadian patah hatiku ketika SMP menjadikanku lebih selektif dalam memilih seseorang yang menurutku bakal cocok bagi dirku dari segi percintaan, setidaknya sampai tahun pertamaku di SMA. Lalu, aku menemukan diriku kembali setelah jatuh cinta untuk kedua kalinya disaat tahun kedua-ku di SMA.
Namanya Naya. Seorang perempuan yang merupakan teman sekelasku dengan perawakan tinggi dan kulit kuning langsat. Di tahun pertama aku tidak terlalu mengenal dia, karena memang saat itu minim sekali interaksi antara diriku dengan dia. Aku mulai kenal dekat dengannya saat aku ditempatkan pada satu kelompok belajar yang sama dengannya, saat itu pula aku baru menyadari bahwa ia merupakan salah satu orang yang se-frekuensi denganku. Ada begitu banyak hal yang membuatku begitu menyukainya, mulai dari selera musiknya yang bagus, selera humornya yang juga mirip seperti selera humorku, wawasannya yang luas sehingga nyambung diajak ngobrol tentang hal apapun, sosoknya yang periang dan senyuman yang terukir di wajahnya itu semua menurutku melambangkan sebuah keindahan yang begitu nyata bagi kedua mataku.
Tapi lagi-lagi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Pandemi Covid-19 memaksaku untuk mengurangi intensitas interaksi yang selalu aku lakukan kepadanya. Jujur saja keadaan seperti itu membuatku sedih dan menjadikanku lebih sering galau daripada biasanya.
"Tapi kamu masih bisa interaksi lewat chat-an sama Naya kan? Terus kenapa kamu jadi lebih sering galau begitu?"
Ya memang sih kami masih sering bertukar pesan di WhatsApp, tapi vibes dari chat-an itu rasanya sangat berbeda dengan saat berinteraksi langsung sama dia. Selain itu, aku juga gak terbiasa untuk mencari topik obrolan saat memulai chat, penyebabnya adalah diriku yang lebih suka obrolan yang berlangsung secara spontan, karena menurutku perbincangan yang seperti itu lebih terasa menyenangkan tanpa perlu terlalu sibuk memikirkan topik apa yang selanjutnya akan dibahas.
Dan benar saja, singkat cerita Pandemi Covid-19 membuat aku dan Naya menjadi asing seperti sebelum kita berdua saling mengenal satu sama lain. Pandemi juga membuatku kesulitan untuk menceritakan apa yang ada di kepalaku. Akibatnya, orang lain termasuk Naya jadi kesulitan untuk memahami apa yang sedang aku bicarakan. Hal itu membuat jarak diantara aku dan Naya semakin menjauh, yang akhirnya membuatku semakin gelisah karena kita berdua tidak bisa berkomunikasi sebaik dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Ingin Dimengerti
Romance"Berisi tentang keresahan dalam hidup yang hanya bisa diungkapkan dengan kata." "Karena kata-kata itu mengandung ke-ambiguan di dalamnya. Semua orang bisa berucap sesuka hati, namun belum tentu ucapan mereka sesuai dengan isi hatinya. Manusia lemah...