bab 3

181 23 11
                                    

Trang!

Elliot menarik pedang dan menekan ksatria di depannya.

"S-saya mengaku kalah yang mulia," ucapnya terbata.

Elliot meletakkan pedangnya kembali dan menatap ksatria yang tersisa untuk berlatih. Mereka saling menatap ragu sebelum melangkah ke depan dengan rasa takut.

"Apakah sesuatu telah terjadi kepada yang mulia?" tanya Edin- salah seorang ksatria yang baru saja tiba di tempat latihan.

"Entahlah, tapi sepertinya begitu. Yang mulia benar-benar terlihat kacau, apanya yang latihan? Bukankah itu terlihat seperti menyerang seorang musuh tanpa meninggalkan kelemahan sedikitpun?" timpal rekannya gemetar.

Hanya melihat dari kejauhan saja, ia sudah merasakan aura membunuh dari Elliot.

"Hah, kurasa latihan ini akan berjalan panjang, haruskah aku meminta tuan Grover untuk hal ini?" ucap Edin.

***

Sudah satu minggu berlalu, dan Grover merasakan perasaan aneh saat bersama Elliot di ruangan yang sama.

"Ya-yang mulia?"

"Apakah kerajaan begitu menganggur sekarang?" gerutu Elliot ketika tidak mendapatkan pekerjaan yang harus ditanganinya.

Berbeda dengan Elliot, Grover ingin menangis mendengarnya, bukan karena kerajaan yang menganggur! Melainkan Elliot yang begitu gigih dan bekerja keras hingga bekerja siang dan malam tanpa henti, pikirnya.

Bahkan pekerjaan yang seharusnya beres dalam seminggu di kerjakan hanya dalam waktu dua hari.

Sekarang Grover merasa umurnya tidak akan bertahan lama karena kurangnya tidur! Jika ini terus berlangsung, Grover merasa dirinya akan mati dalam keadaan perjaka selamanya.

Elliot menarik napas panjang dan menyandarkan punggungnya dengan lelah, lelah karena pikirannya yang kacau!

"Gadis itu mengacuhkan ku, hah! Itu mustahil," gumamnya.

Elliot masih tidak bisa menghilangkan pikirannya mengenai Amber. Sikapnya yang acuh membuatnya gelisah tanpa ia sadari alasannya. Wajar baginya berpikir berlebihan, karena Ini kali pertama setelah beberapa tahun bersama Amber. Gadis yang bagai lintah itu sekarang acuh dan tidak peduli.

Grover memandang ekspresi Elliot yang terlihat rumit," Apakah terjadi sesuatu yang mulia? Jika boleh, anda bisa mengatakannya pada saya."

Elliot tampak berpikir sebelum menatap Grover dengan yakin. "Ini mengenai Amber."

"Yang mulia permaisuri?" Grover berpikir jika sesuatu telah dilakukan oleh Amber seperti biasanya.

Karena hal itu bukan lagi asing, melihat kebelakang ketika Amber dengan gila melakukan sesuka hatinya untuk menarik Elliot. Dan bahkan, kejadian danau sihir belum juga lama dan Amber melakukan sesuatu lagi?

Lalu apakah sekarang dia melakukan hal yang lebih berbahaya? Itukah mengapa Yang mulia begitu kacau akhir-akhir ini? pikirnya.

Elliot memandang serius Grover."... Tentang danau sihir, apakah orang yang menangani Amber seorang dokter yang ahli?"

Grover," ...."

Melihat Grover yang diam saja membuat Elliot tambah kesal. "Aku tanya dia seorang dokter yang ahli atau tidak!?"

"Oh, maafkan saya yang mulia," balas Grover canggung. Dia hanya begitu terkejut karena Elliot masih membahas kejadian yang sudah berlalu, terlebih ini menyangkut Amber.

"Tentu saja yang mulia, itu adalah dokter terbaik di kekaisaran."

"Tapi kenapa sikapnya tiba-tiba berubah? Apakah dokter itu tidak melakukan hal licik atau memberikan obat sesuatu?"

"...i-itu tidak mungkin."

Elliot masih ragu, karena perubahan Amber telah benar-benar mengusik dirinya. Ini tidak pernah terjadi dalam hidupnya, dan karenanya Elliot menjadi tidak fokus melakukan apapun.

"Yang mulia, bukankah sebaiknya anda membicarakan langsung dengan yang mulia ratu? Bukankah malam ini adalah malam anda harus bersama ratu?"

Mendengar itu, Elliot baru sadar.Sebulan sekali, kekaisaran istana mewajibkan ratu dan raja untuk berbagi malam meski dikesibukkan apapun mereka harus meluangkannya. Keduanya harus bekerja sampai melahirkan penerus bagi kekaisaran.

Jika dimasa lalu, Elliot akan mengeluhkan hal ini. Dia tidak suka berbagi ranjang sama dengan Amber. Karena gadis itu akan bertingkah aneh untuk menggodanya, bahkan tidak segan membawa wewangian untuk merayu. Walau pada akhirnya, Elliot akan merusak semua rencana gadis itu.

Namun, kali ini berbeda. Elliot merasa inilah kesempatan baginya untuk memeriksa keadaan Amber. Jika dia berhasil, pikiran yang mengusiknya akan hilang. Itu yang dipikirkannya.

"Kau benar, terpaksa aku harus melakukan ini."

Grover terdiam melihat ekspresi Elliot yang terlihat bersemangat, berbanding sekali dengan yang diucapkannya itu. Entah ratunya yang telah berubah atau Sang kaisarlah. Entahlah, tetapi satu hal yang diharapkan. Jika kelelahan ini ingin secepatnya berakhir. Grover merindukan kasurnya yang empuk dan juga pelukan kekasihnya.

Ketika malam tiba. Elliot tidak menyia-nyiakan waktunya dan datang masuk ke dalam kamar yang sudah di siapkan oleh para pelayan. Namun, kali ini Elliot tidak menemukan sesuatu seperti biasanya.

Kamar itu bersih seperti kamar biasanya. Tidak ada taburan bunga ataupun wewangian. Bahkan ketika dia masuk, dia melihat Rose yang memakai pakaian tidur biasa. Tidak seperti sebelumnya-yang memperlihatkan hampir tubuhnya yang putih mulus.

Hati Elliot berdesir aneh. "apa ini? Kenapa aku merasa kecewa?" batinnya terkejut.

Elliot berusaha tenang dan kemudian masuk dan menutup pintu kembali. Amber yang duduk kemudian berdiri menunggunya.

Elliot berjalan dan duduk di sisi kasur, dengan percaya diri dia berkata. "Sudah kukatakan seperti sebelumnya. Tidak akan ada yang terjadi malam ini, jadi berhenti membuat kehebohan dan tidurlah."

Ia merasa bangga telah mengatakan ini dengan lantang. Inilah yang seharusnya terjadi.

"Saya mengerti," balas Amber santai.

Elliot mengurungkan niatnya untuk berbaring, dan sebaliknya menatap ke arah Amber yang masih berdiri.

Apa yang baru saja didengarnya? batin Elliot.

"Yang mulia, bisakah anda meluangkan waktu anda sebentar? Ada sesuatu hal yang ingin saya sampaikan."

Amber tidak ingin menyia-nyiakan ini. Karena dia tahu, jika setelah ini Elliot akan sulit untuk di temuinya lagi. Akan banyak alasan yang dilontarkan Elliot agar bisa menjauh. Meski hatinya sakit, tapi dia tidak ingin kehilangan orang-orangnya lagi.

Biarlah cintanya ini tidak terbalaskan. Karena pada akhirnya Amber sadar, jika dialah sendiri yang telah memaksa Elliot untuk menjalin hubungan dengannya. Jika tidak, mungkin saja Elliot akan bertemu dengan Cellin lebih dulu.

Menjalin cinta tanpa ada gangguan olehnya. Namun, karena Amber telah menikah. Dia tahu bagaimana keadaannya, karena itu Amber memutuskan keputusan yang besar.

"Apakah itu penting?" Ekspresi Elliot terlihat kesal, meski sebenarnya dia merasa penasaran dengan apa yang akan di ucapkan Amber.

Amber hanya tersenyum, karena ini bukan hal aneh baginya. Dia merasa begitu bodoh karena tidak mengetahui ini sejak dulu.

Dia kemudian mendekat ke arah Elliot sembari menyerahkan sebuah kertas. Elliot membawa dan membacanya.

Kedua pupilnya membesar, dia melirik Amber dengan tidak percaya. Amber hanya tersenyum membalasnya.

"Perceraian?" gumam Elliot.

Amber mengangguk, dia tahu pasti Elliot akan merasa senang dengan keputusan ini. Karena itulah yang dia inginkan sejak dulu.

Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Keningnya mengerut tidak senang, ia menunjuk kertas itu dengan tatapan yang sangat tajam."Apa lagi yang sedang kau rencanakan, Amber!?"

***

Vote nya jangan lupa ya 😁

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kaisar Menyukaiku ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang