"Arsyila."
Betapa terkejutnya Arsyila ketika melihat siapa yang memanggilnya, itu Ranaa. Sontak ia menjauh dari Gavin, begitu juga Gavin yang langsung menjatuhkan komiknya karena terkejut.
"Mati gue," batin Arsyila.
Ranaa menyilangkan kedua tangannya di depan dada, menatap mereka berdua bergantian, menunggu penjelasan dari adiknya.
"Kak Ranaa kok di sini?" tanya Arsyila ragu.
"Seharusnya kakak yang tanya kenapa kamu bisa di sini?" Matanya tertuju pada laki-laki di samping adiknya. "Pacar kamu?" tanyanya dengan tatapan mengintimidasi.
"Halo, kak, saya Gavin Mahendra," sapa Gavin menyodorkan tangannya.
Ranaa hanya mengangguk tanpa menggubris Gavin. Tentu saja Gavin terlihat kecewa, dengan cepat menurunkan tangannya, kemudian memungut Komik yang terjatuh. "Eh, Ar, aku duluan yah." Ia bukannya pengecut. Namun, baru melihat wajah Ranaa saja sudah sangat menakutkan, ia juga tidak ingin memperburuk keadaan.
Akan tetapi, tidak semudah itu, Ranaa menahan Gavin. "Mau ke mana?"
"Pulang Kak," jawab Gavin.
"Terus adek gue lo tinggal sendiri gitu?"
Gavin rasanya ingin menangis, ia terlalu takut, ia tidak siap untuk ini. "Kirain pulang sama kakak," jawabnya setelah memikirkan seribu kata yang pas untuk dikatakan.
"Antar Arsyila pulang, gue sibuk!" pinta Ranaa. Gavin dan Arsyila yang mendengarkan itu mengukir senyum tipis. Gavin langsung bersemangat. "Saya akan pastikan Arsyila sampai dengan selamat, kak."
"Udah sana."
Gavin tak lupa berpamitan dengan Ranaa begitu juga dengan Arsyila yang melewati Ranaa. "Sampai rumah kita harus ngobrol," bisik Ranaa.
"Kakak gak cocok ngomong pakai lo-gue," ledek Arsyila kemudian tertawa kecil.
Arsyila tak peduli akan hal itu, yang terpenting ia sudah selamat oleh omelan kakaknya. Ia tak ingin pacarnya terkena imbas kemarahan Ranaa.
***
Arsyila hampir saja terlambat hari ini, karena kakaknya terus-terusan bertanya tentang Gavin sehingga tugas Arsyila tertunda. Ia terpaksa harus begadang demi menyelesaikannya.
Untungnya hari ini Arsyila dibuat senang dengan Bianca yang sudah kembali bersekolah, meskipun ia terlihat sedikit berbeda, matanya sembab dan juga terlihat kurang sehat.
Arsyila memilih untuk tidak mengurusi urusan orang lain, meskipun ia sangat mengkhawatirkan sahabatnya.
Bel istirahat berbunyi. kelas sunyi karenanya, menyisakan Arsyila dan ketiga temannya. Arsyila memilih untuk tak bertemu dengan pacarnya hari karena ingin bersama Bianca.
"Lo gak kenapa-napa kan, Ca? tanya Lily cemas.
Bianca tersenyum lalu mengangguk, sadari tadi tak banyak yang kata yang ia ucapkan. Ia benar-benar menghemat tenaganya.
"Kalau ada apa-apa cerita yah, kita bakalan dengerin kok dan kalau bisa juga kita bakalan bantu," ucap Arsyila, diikuti anggukan dari keduanya. "Gue kesepian tau pas lo gak ada." Syafiah mencoba menghibur Bianca.
"Terus Kita dianggap setan?" canda Lily, yang membuat mereka berempat tertawa.
Saat sedang asyik bercanda Angela datang mendekati meja mereka bersama kedua babunya. "Halo, tetangga baru." Kalimat membingungkan itu terucap dari mulut Angela.
"Apaan sih lo, sok asik banget," hina Syafiah.
Angela menyodorkan air mineral kehadapan Bianca. "Kamu pasti capek habis pindahan, ini minuman buat kamu."
Ketiganya saling menatap heran, sedangkan Bianca terlihat marah. mereka bertiga tak pernah tahu Bianca pindah, apakah itu alasan rumahnya kosong saat Arsyila ke sana, ada apa ini?
Bianca berdiri membuang botol air mineral yang diberikan Angela. "Lo terlalu suka ikut campur urusan orang lain, ga usah sok peduliin gue deh." Bianca berjalan keluar kelas meninggalkan banyak pertanyaan untuk ketiga temannya. Tentu saja mereka terkejut bukan main.
"Padahal aku cuma punya niat baik," ujar Angela dengan nada tak bersalah.
~
Prolog
Seperti perkataan Ranaa tadi di book cafe, ia memutuskan untuk mengobrol dengan adiknya, sekadar bertanya bagaimana hubungannya dengan Gavin. Sebagai kakak tentu saja dia punya peran penting dalam mengawasi adik satu-satunya.
Dia memang kakak yang menyebalkan tapi dia sangat peduli terhadap adiknya. Ia selalu bersedia mendengarkan semua cerita Arsyila, sesederhana menceritakan bagaimana harinya.
Meskipun Arsyila sangat tertutup dan selalu berkata, "Jangan suka ikut campur urusan aku, kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSYILA
Teen FictionMemiliki keluarga yang utuh, teman yang setia, pintar dan juga memiliki paras yang cantik adalah idaman setiap orang, dilihat dari mana pun Arsyila termasuk kedalam salah satu gadis yang beruntung dan nyaris sempurna. Namun, luka itu milik semua or...