⚠️warning⚠️
panjang!.
“Mom, dad bilang akan segera pergi, mom tidak ingin mencium daddy dulu?”
‘uhukk..uhukk!’
Taeyong yang tengah meminum kopinya tersedak mendengar pertanyaan anaknya—tidak lebih tepatnya pertanyaan yang dititipkan suaminya kepada sang anak untuk disampaikan pada Taeyong. Lelaki cantik itu menggeram kesal, dalam hati merutuki mulut Jaehyun yang licin, sebab bisa-bisanya Jaehyun menjadikan anak mereka sebagai perantara untuk pertanyaan kurang ajar itu.
“Mom...oke?” cicit Jung Minhyung atau Mark Jung, menatap ibunya khawatir. Mau tak mau Taeyong menyunggingkan senyumnya di tengah kekesalannya demi menenangkan bocah tampan berusia 6 tahun itu.
“Mom oke kok sayang. Minhyungie, dad dimana?”
Mark menunjuk ke arah pintu utama rumah mereka.
Ibu satu anak itu pun bangkit dari kursi makannya, menghampiri Mark dan mengelus helai legam putra semata wayangnya itu.
“Nah, Minhyungie habiskan sarapannya ya nak. Mom ingin melihat daddy dulu,” katanya lembut. Dan Mark dengan semangat mengangguk, bocah itu berlari ke arah meja makan kemudian bersusah payah menaiki kursinya yang terlalu tinggi untuk tubuh mungilnya, Taeyong yang menyaksikan itu hanya mampu terkekeh gemas dengan tingkah Mark.
Taeyong pun berniat menghampiri suaminya, ia bisa lihat Jaehyun tengah memasang sepatu pantofelnya. Pria mungil itu mendengus melihatnya, pasalnya ia masih dalam mode diam dan marahnya pada Jaehyun sebab kemarin sore lelaki berlesung pipi itu tiba-tiba membatalkan acara pergi ke taman bermain bersama keluarga kecil mereka. Padahal Jaehyun sudah menjajikan itu pada Mark jauh-jauh hari, bahkan membuat jagoan kecil mereka menanti kepulangan ayahnya penuh harap.
Sejujurnya, Taeyong bisa memaklumi kesibukan Jaehyun. Apalagi dua bulan lalu Jaehyun baru saja resmi di angkat menjadi seorang CEO menggantikan sang ayah, kesibukan yang semakin menggunung sudah sepatutnya dimengerti Taeyong. Namun, apa pekerjaan itu tidak bisa di tunda barang sehari saja untuk rencana keluarga yang mereka—lebih tepatnya Jaehyun sudah rencanakan jauh-jauh hari?
Taeyong tidak marah, hanya kecewa. Tak apa jika hanya dirinya yang menunggu, Taeyong masih bisa mencoba mengerti. Namun, ini Jung Minhyung, anak mereka. Anak itu begitu antusias bahkan sejak kemarin siang, Mark yang selalunya lebih memilih bermain ketimbang membantu sang ibu di dapur—siang itu ia luangkan waktunya untuk membantu Taeyong membuat cookies, yang akan dijadikan bekal cemilan mereka di perjalanan nanti.
‘Mommy Makeu ingin buat cookies juga!! Makeu ingin bantu mommy apa boleh?’ begitu katanya, dengan mata boba yang berbinar turunan Jung Taeyong, membuat pria mungil itu tak sampai hati menolak keinginan sang anak.
Mark bahkan merelakan jam tidur siangnya karena saking bersemangatnya, tidur pun ia abaikan. Mark yang biasanya sulit disuruh mandi sore itu dengan inisiatifnya sendiri bocah tampan itu mandi lebih awal, Taeyong sampai keheranan melihat antusiasme sang anak yang begitu tinggi, tapi juga memaklumi sebab Jaehyun pun memang jarang sekali ada waktu untuk Mark belakangan ini.
Hingga tangisan kencang pada malamnya terdengar, ketika Taeyong menjelaskan dengan hati-hati bahwa acara jalan-jalan mereka terpaksa diundur, Taeyong sampai kehabisan kata untuk memberi pengertian. Mark menangis hebat, sesenggukan hingga bocah tampan itu kesulitan bernapas, pun Taeyong yang kewalahan menenangkan sang anak.
Minhyungie-nya merajuk.
Anak itu bahkan menolak untuk makan malam, walaupun akhirnya ia menyuap tiga suapan besar itupun harus Taeyong paksa. Kekecewaan jelas tercetak pada binar mata bulat itu, Taeyong menyesal membuat mood Mark turun drastis, meski bukan salahnya. Namun, diam-diam ia juga kecewa dengan sikap Jaehyun yang belum bisa tegas pada waktu kerjanya. Seharusnya suaminya itu sudah handal dalam memilah waktu, menyisihkan waktunya untuk keluarga dan bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Theory [JAEYONG]
Fanfiction-Kumpulan Oneshoot Jaeyong- Manis, asam, pahitnya kisah Jaehyun dan Taeyong akan terasa di buku ini. WARN ¡¡ • boys love || bxb || yaoi • mpreg • fluff • 1shoot / 2shoot © 2022 fieanggraa