BAB 7. SEKECIL, TERIMA KASIH

2.8K 150 0
                                    

"Nothing is really bad in this world. They may hear, but never know the real story."

****

Hades mengepulkan asap rokok ke udara, kakinya melangkah lebar menuju tempat yang ingin ia kunjungi sekarang. Tapi teriakan memanggil namanya, disusul cekalan yang Hades rasakan membuat laki-laki dengan mata tajam itu mendengus.

"Jauhin tangan lo dari gue," sinisnya.

Gabriella mendecak. "Lo apa-apaan sih? Gak seharusnya lo berlaku kaya gitu sama cewek tadi!"

"Urusan sama lo apa?" tanyanya dingin.

"Ini bukan tentang itu ya, Hades. Gue cuma gak suka cara berlaku lo sama cewek tadi. Lo kasar banget tau, gak?"

"Itu cewek gangguin gue, salah kalau gue ngerasa terusik sama dia?" tanya Hades.

"Gak gitu, tapi.."

"Gue gak punya banyak waktu," potong Hades. Sejenak menatap Gabriella, lalu melenggang pergi.

"Woy, gue belum beres ngomong sama lo!" pekik Gabriella kesal.

"Gak usah ngikutin gue, jatoh rasain."

Gabriella mengumpati Hades dan semakin mempercepat langkahnya. Namun kakinya terkilir hingga Gabriella kehilangan keseimbangan dan jatuh. "Aduh."

Hades menggeleng gusar. "Dasar keras kepala," lalu meninggalkan Gabriella sendirian tanpa ingin peduli bagaimana pun gadis itu sekarang.

Gabriella terpangah, mengetahui kalau Hades meninggalkannya, gadis itu memukul roknya dengan sekuat tenaga.

"Dasar cowok nyebelin, bener-bener gak punya hati!"

Gabriella mengutuk dirinya yang sempat mempercayai kalau Hades masih memiliki hati nurani.

Nyatanya, tidak sedikit pun sikap baik laki-laki itu tunjukan padanya. Bahkan, berusaha untuk tak peduli dan menutup telinga terhadap apapun yang didengarnya.

"Gini amat jadi gue." Gabriella menepukkan telapak tangannya yang kotor, hendak bangkit, tapi jatuh lagi.

"Akh.., sakit banget lagi kaki gue," ringisnya. Gabriella terus berusaha tapi tetap gagal.

"Sini gue bantu," suara itu mengejutkan Gabriella. Tidak sempat mendongakkan kepalanya, Gabriella membulatkan matanya saat seorang laki-laki dengan seragam rapih datang dan membawanya dalam pangkuan laki-laki itu.

"Eh, turunin aja! Gue masih bisa kok."

"Gak papa, gue liat lo kesusahan waktu mau berdiri. Luka di kaki lo kayanya cukup parah." Raynand menunjuk luka di kaki Gabriella.

"Tapi—"

"Anggap aja gue temen lo. Jadi lo gak perlu ragu," sahut Raynand.

Gabriella menurut saja. Lagipula, sejak dirinya jatuh memang tidak ada seorang pun yang datang untuk menolongnya.

"Lo tunggu sini ya, biar gue ambil P3K dulu," pamit Raynand setelah mendudukan Gabriella di satu kursi.

Gabriella ingin membuka suara, tapi Raynand dengan cepat pergi. Gadis itu merasa tak enak hati sekarang.

Tak sampai lima menit, pandangan Gabriella terpaku ketika Raynand duduk di depannya. Membuka kotak P3K itu dan mulai mengambil barang yang diperlukan.

"Eh, gue aja," tolak Gabriella saat Raynand mulai mengobatinya. "Gue bisa kok."

Raynand tersenyum, cowok itu menatap Gabriella lekat. "Gak papa, lo santai aja. Gue gak macem-macem kok orangnya."

"Eh, gak gitu maksudnya." Gabriella menimpali. "Gue cuma gak enak aja sama lo. Lo udah bawa gue berat-berat juga kan tadi?"

HADES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang