prolog.

1.1K 74 6
                                    

Karliansyah Ryanda seorang bocah tangguh yang sudah bertahan cukup lama untuk berjuang melawan penyakitnya. Sejak kecil dia sudah menderita penyakit parah—cardiomyopathy. Yang merupakan penyakit otot jantung, yang pada dasarnya mempersulit jantung memompa darah ke seluruh tubuh.

Bocah berumur dua belas tahun itu sudah melakukan yang terbaik. Dia terus berusaha, dan terus menyatakan bahwasanya dia akan menang melawan penyakitnya sendiri. Kedua orangtuanya juga tidak pernah menyerah, mereka ikut berjuang bersama-sama. Semua dilakukan agar putra mereka bisa sembuh.

Melihatnya kesakitan mereka berdua tentunya tidak akan tega. Karlian sudah berusaha sekuat tenaga, dia menahan rasa sakit yang ada untuk terus tersenyum di hadapan orang-orang yang mengasihinya. Seandainya saja, Karlian tidak selamah itu. Pastinya tidak ada yang terluka, apalagi bersedih sepanjang hari hanya untuknya.

"Kakakku tersayang, aku yakin kakak pasti sembuh," kata bocah pendek yang berada di tengah-tengah orangtuanya.

Ya, dia adalah—Karlandar Riyan. Saudara kembar Karlian. Meskipun mereka berdua kembar, Karlan lebih sehat dan terlahir dengan tubuh yang kuat. Jujur saja mengetahui hal seperti itu, membuat Karlian merasa berbeda. Dia merepotkan, dan hanya dilahirkan untuk menjadi beban saja.

Walaupun begitu adanya, Karlian tetap mencoba untuk terlihat baik-baik saja. Dia juga senang karena adiknya tidak kenapa-kenapa. Karena bagaimanapun jika dia mati nanti, adiknya lah yang menjadi pengobat untuk kedua orangtuanya.

"Karlan harus kuat ya, Karlan segala-galanya buat kakak."

Mendengar penuturan itu dari putra sulungnya, dua orang dewasa yang berperan sebagai orangtuanya. Tentu saja merasa kasihan, mereka bersedih. Tidak bisa berkata-kata akan apa yang sudah terjadi.

Karlian tidak seharusnya merasakan sakit, dia tidak mungkin bisa bertahan. Padahal dia bisa mengatakan yang sebenarnya, bahwa bertahan itu bukanlah perihal yang semestinya dia lakukan. Karlian pastinya tahu jika mati adalah bentuk kesembuhan yang nyata.

"Kalian berdua kesayangannya mama, tolong jangan tinggalkan mama ya sayang. Mau Karlian ataupun Karlan enggak ada yang bisa menggantikan posisi berharganya kalian buat mama," kata Linda tak kuasa menahan tangisnya. Sebab dia selalu saja menyaksikan hal menyakitkan seperti sekarang. Seharusnya kan hal seperti ini tidak berlangsung terlalu sering.

Teruntuk bocah berumur dua belas tahun itu, rasa sakitnya pasti yang paling menyakitkan. Dia memang tidak mengatakan apa-apa, bahwasanya rasa sakit yang dirasakannya tak tertahankan.

Karena rasa sakit yang sudah dirasakannya sedari kecil, membuat Karlian bersikap dewasa. Dia sudah melihat orangtuanya terlalu banyak menangis untuknya. Maka dari itu pula, Karlian berusaha untuk tidak membuat air mata orangtuanya menetes lagi.

"Ma, aku juga bertahan demi mama. Dan tentunya bertahan untuk kehidupan yang ada."

Karlian bukan hanya bocah yang tangguh, dia bocah yang luar biasa hebatnya. Dalam keadaan apapun, mau itu menyakitkan. Dia tidak pernah sekalipun mengatakan tentang rasa sakitnya.

Senyuman yang terukir pada bibirnya yang sebenarnya adalah gambaran tentang rasa sakitnya. Tidak pernah diketahui oleh siapapun, dia tidak benar-benar kuat. Hanya berpura-pura kuat saja.

TBCSemua visual aku ambil di pinterest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC
Semua visual aku ambil di pinterest. Gak tau mau pakai visualisasi siapa. Ini semua aku ambil di pinterest pokoknya. Sekian terimakasih.

 Sekian terimakasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Demi Kehidupan [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang