S E M B I L A N

88 12 3
                                    

Hello everyone!

How are you?
Daripada engga ada yang nanyain kabar, kan ...

***

Freya Stephanie L.

Orang-orang hanya menganggap dirinya sampah. Bisa dengan mudah mengelabuhi CCTV sudah membuktikan dia bukan orang sembarangan, apalagi hanya seorang sampah. Seperti yang kalian duga, Freya adalah anak Daniel.

Gadis itu sekarang berada di ruang kerja Daniel. Duduk di hadapan laptop kerja Daniel.

Layar segi panjang itu menampilkan beberapa identitas orang secara lengkap. Ada wajah Sisil, Rena, dan Sena. Bagi Freya untuk memenangkan sebuah kompetisi dia harus lebih dulu mengenal lawannya.

Orang tua Sisil bercerai. Sisil ikut ayahnya. Ayahnya sendiri adalah seorang direktur perusahaan besar. Sementara itu Ayah Rena dan Sena bekerja dibawah naungan perusahaan Ayah Sisil.

Lalu, Freya tidak sengaja mengintip identitas Tara.

Dia menemukan sesuatu yang sangat menarik. Yang mungkin akan menjadi senjatanya melawan Sisil. Senyum menyeringai terbit di bibirnya.

Hari makin larut, Daniel belum pulang juga. Daniel sebenarnya melarang Freya masuk ke ruang kerjanya. Namun, bagi Freya larangan adalah tantangan.

Freya meregangkan tubuhnya yang terasa pegal. Sesekali menjepit hidungnya karena menguap. Ia meninggalkan kursi itu, keluar dari sana.

***

Kebiasaan Freya menjelang tidur adalah belajar satu jam. Dulu ketika home schooling, dia diberi target oleh guru private-nya, seperti harus menghapal ini, harus menghapal itu, dan itu pun diberi waktu. Membuat Freya harus belajar extra.

Sekarang, dia menentukan jadwal belajarnya sendiri, satu jam setelah bangun tidur dan satu jam sebelum tidur.

Freya merapikan kembali alat tulisnya. Ia mematikan lampu kamar, menutup hordeng jendela, lalu menggosok gigi sekalian mencuci kakinya, kemudian memastikan kran air tertutup dengan benar.

Barulah Freya tidur.

Sampai setengah jam berlalu, seseorang membuka pintu kamar Freya, kamarnya memang jarang dikunci. Seorang pria, dengan setelan jas acak-acakan. Kemejanya ia gulung sampai siku, jas disampirkan pada bahu, serta dasi yang melonggar. Dia berjalan pelan menuju ranjang Freya.

Lelaki itu dengan perlahan duduk di bibir ranjang, agar tidak terlalu menimbulkan goncangan. Mengecup lama dahi Freya, lalu menepis buliran bening di sudut mata Freya.

Anak ini, setiap malam selalu menangis dalam tidurnya, Daniel pun tidak lagi heran, karena sudah terbiasa. Ketika tidur, wajah Freya sangat damai tidak ada tanda-tanda bahwa ia mengalami mimpi buruk.

"Daddy minta maaf, akhir-akhir ini tidak ada waktu buat Freya." Daniel berbisik, takut Freya terjaga.

"Have a nice dream."

***

Daniel menginjak satu persatu anak tangga. Kamarnya berada di lantai pertama, sengaja. Suatu hari nanti ada dimana, Daniel tidak punya tenaga lagi memanjat tangga, dan untuk berjalan mungkin akan dibantu dengan tongkat. Ketika hari itu tiba, semua rambutnya akan memutih, punggungnya mulai bungkuk.

Si Cupu CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang