till death do us part [hyunjeong]

811 36 7
                                    

* full jeongin point of view, mpreg, major character death.



Aku mengelus buah cintaku yang masih berada di dalam perut dengan penuh sayang. Dia bergerak aktif sekali sejak tadi, sungguh anakku merupakan anak yang pintar. Aku bangga sekali dengan si kecilku walaupun ia belum lahir. Aku sudah berjanji akan mencintainya bahkan sampai setelah hembusan nafas terakhirku.

Ah, mengingat-ingat si kecil membuat pikiranku melayang kepada suamiku.

Suamiku, suamiku.

Hwang Hyunjin.

Kami menikah tepat setahun yang lalu, dan diberi hadiah malaikat kecil yang hadir di perutku sejak enam bulan lalu. Mmm, hari ini tepat setahun pernikahanku dengan Hyunjin.

Omong-omong hari perayaan pernikahan, aku baru saja selesai memasak untuk merayakan hari bersatunya kami dalam ikatan pernikahan, harumnya masakan sejak tadi menguar di ruang makan tempat tinggal kami. Aku memasak macam-macam makanan, semuanya kesukaan suamiku- lengkap dengan jus buah kesukaan kami berdua.

Aku tersenyum puas melihat hasil karyaku tertata rapi di meja makan, menutupnya sementara menunggu suamiku pulang kerja.

Oh, aku merasa si kecil menendang perutku dari dalam.

Sepertinya dia tertarik dan senang dengan pikiran soal ayahnya.. sepertinya anakku rindu pada si tampan yang terikat hubungan suci di depan Tuhan bersamaku itu.

"Papi juga rindu, sayang.."

Aku mengelus perutku lagi dan menyebut diriku sendiri dengan sebutan 'Papi'. Aku dan Hyunjin sudah sepakat akan hal ini, suamiku memilih dipanggil Papa dan aku memilih untuk dipanggil Papi.

Malaikat kecilku menendang dari dalam lagi ketika aku memikirkan momen tersebut, sepertinya dia ikut senang. Kuingat jelas secara persis momen perbincangan manis itu di atas kasur kami, sebelum tidur dua bulan lalu.

Aku harap begitu.




Suara mesin kunci yang tertempel di pintu depan bersuara, tanda seseorang sedang mencoba membuka pintu dengan memasukkan sandi. Tak lama kemudian, derap langkah kaki masuk menuju rumah terdengar, bersamaan dengan suara pintu tertutup.

"Jeongin?"

Tidak salah lagi, itu pasti suamiku!

Aku tergopoh-gopoh berjalan ke depan, setelah bangkit dari sofa tempatku terduduk menikmati televisi sejak tadi.

Aku tersenyum lebar sambil merentangkan tanganku, menyambut suamiku tersayang ke dalam pelukan.

"Halo sayang.."

Hyunjin mengecup pucuk kepalaku lembut, deru nafas hangatnya kurasakan. Aku sangat nyaman berada di dalam pelukan lelaki yang paling kucinta di dunia ini- setelah ayahku yang telah pergi ke surga.

Tapi sayangnya, suatu wangi menusuk hidungku ketika aku menghirup dalam di ceruk leher suamiku.

Perutku mual karenanya, sampai-sampai aku tidak sempat membalas sapaan suamiku dan berlari buru-buru ke kamar mandi.

Aku mencengkram sisi wastafel kuat, memuntahkan isi perutku yang tidak banyak. Hanya air dan susu- karena terakhir aku makan sekitar siang tadi, sementara sore tadi aku hanya minum susu untuk penunjang masa kehamilan.

Wabi Sabi 《jeongin centric》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang