Bagian 2

6 0 0
                                    

"Kantin yuk, Ze!" ajak Anya dengan semangat 45.

"Nope! Gue bawa bekel, kalau lo lupa," balas Zea.

Gadis itu pun mengeluarkan kotak pink kesayangannya, lalu membukanya dengan hati-hati. Kotak makan 2 tingkat yang serba guna selalu berisi 4 sehat 5 sempurna. Nasi, cumi krispy, ayam goreng, sambal bawang ijo, dan scallop pada tingkat atas, sedangkan tingkat bawah berisi potongan buah dan susu kotak coklat 100ml.

Zea ini tipikal gadis yang makan harus sempurna, karena Zea sadar tubuhnya mudah jatuh sakit, maka dari itu gadis ini selalu memperhatikan pola makannya dengan baik.

"Yaelah, sekali-kali ke kantin kek! Lo itu dari awal masuk kampus cuma ke kelas, aula, ruang rektor, ketemu dosen, parkiran, terus pulang. Hari-hari lo itu terlalu flat asal lo tau!" malas Anya.

"Anya sayang, lagian tempat-tempat yang lain itu buat gue ngga penting, toh selama ini gue selalu bawa bekal kan?"

"Ya kan bisa nemenin gue makan sambil cuci mata, lagian nih ya, Ze, lo itu cucu pemilik nih kampus, bisa-bisanya calon pemilik ngga dikenal satu kampus dan bisa-bisanya calon pemilik ngga tau area kampusnya sendiri, lo waras?"

"Sangat waras, gue ngga suka jadi pusat perhatian dan gue juga ngga minat buat tau tempat-tempat di kampus milik opa," balas Zea dengan malas.

"Sekali aja ya, Ze! Ayolah temenin gue" melas Anya.

Hal itu membuat Zea kesal dan langsung menutup kembali kotak bekalnya, setelahnya gadis itu berdiri dengan menaruh tas hitam di bahu kirinya dan meneteng bekalnya dengan tangan kosong.

"Ayo, sebelum gue berubah pikiran!"

"Ayokkk!"

...

"Rio nanti malem ngajakin war," ucap Irel masih terus berjalan.

Empat lelaki itu masih berjalan beriringan, pemamandangan itu juga tak pernah luput dari mata para mahasiswi.

"Biarin aja," balas Aga tanpa menoleh.

"Yaelah si bos, nanti kita dikira pengecut kalau ngga nerima tantangan si babi itu, Ga!" timpak Saka.

"Si tai! Lagian kalau kita nerima buat berantem sama mereka, juga hasilnya selalu sama, mereka kalah, mereka itu cuma besar di mulut," sahut Varo.

"Nah gue mikirnya juga gitu, Rio sama antek-anteknya kan pengecut, beraninya bawa senjata," ucap Irel. "Tetep aja kalah" lanjutnya.

Brakkk!

"Makanan gue," lirih gadis berkuncir kuda dengan menatap makanannya yang berhamburan di lantai.

Tidak ada respon dari si penabrak.

Zea menoleh ke depan. Ya, gadis itu Zea, menatap lelaki di depannya.

"Lo!" tunjuk Zea dengan jari telunjuknya, tak berlangsung lama, lelaki itu menepisnya.

"Ngga usah tunjuk-tunjuk!"

"Tanggung jawab!" titah Zea, wajahnya mulai memerah, meredam emosi yang siap meluap.

"Udah, Ze, kita beli di kantin aja!" ajak Anya dengan takut-takut.

Anya tau siapa lelaki di depan sahabatnya ini. Aga, ice boy yang tidak tersentuh oleh perempuan.

Zea hanya melirik Anya tanpa minat, baginya ucapan gadis itu hanya angin lalu.

Sama halnya dengan Zea, seorang Aga juga tidak minat meladeni gadis di depannya. Aga pun melanjutkan langkahnya, dan sebelum itu Zea menjegal langkah Aga dengan kaki kirinya.

Bruk!

Aga terjatuh dengan posisi tidak aesthetic. Teman-temannya hanya mampu meringis.

Lelaki itu dengan cepat bangun dari posisinya. Dan menatap manik coklat milik Zea. Tak mau kalah, Zea juga melakukan dengan tajam.

"Aduh neng cantik, kalau mau caper mending sama abang Saka aja sini, babang Aga mah ngga bakal respon," goda Saka.

Zea tak mendengarkan mulut buaya.

"Apa mau lo?" seru Aga dengan cepat, lelaki itu malas menjadi bahan tontonan seperti saat ini dan lihatlah koridor terbuka ini sekarang berubah menjadi theater.

"Beresin! Gue ngga butuh uang lo dan gue ngga butuh lo beliin gue makanan, gue bisa sendiri!"

"Gue bukan ba.bu."

"Kalau ngga mau bersihin, kalau jalan yang bener!"

"Gue didorong!"

Memang benar saat asyik bercanda teman-teman Aga suka dorong-dorongan.

"Caper! Gue yang dorong Aga tadi, tapi gue juga ngga mau bersihin, makanan sampah kayak gitu aja dipermasalahin!" timpal Irel.

Zea menoleh. Dan langsung beranjak ke depan lelaki itu.

"Sampah? Lo bilang sampah? Lebih sampah mana sama mulut lo?" sudah cukup emosi Zea tidak terkontrol.

"Anjing lo! Kalau bukan cewek, udah gue hajar!" sulut Irel.

Tanpa aba-aba Zea menendang tumit lelaki di depannya. Seketika Irel terjatuh. Tak cukup sampai disitu, Zea langsung memiting tangan lelaki itu hingga menimbulkan bunyi krek!

"Awwwshhh, gila lo, lepasin! " ringis Irel.

Baik Saka maupun Varo hanya meringis melihat itu. Sedangkan Anya sudah ketar-ketir, lain halnya dengan Aga yang sedikit menunggingkan senyumnya.

"Kenapa kalau gue cewek? Sabuk hitam gue siap buat nutup mulut sialan lo!" seru Zea sembari melepaskan cekalannya.

Irel lega, dan setelahnya Varo dan Saka membantunya berdiri.

Zea mengambil hp miliknya dan segera menghubungi seseorang.

"Koridor 3," singkat dan setelahnya gadis itu melenggang pergi, Anya yang melihat itu hanya mengikuti Zea.

Zeaga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang