"Salamnya mana, princess?"
Baru saja Zea memasuki pintu utamanya, seseorang sudah menyapanya dengan teguran.
Gadis itu segera menoleh, wajah yang awalnya masam, berubah menjadi cerah.
"Kyaaaa abang Iyo!" segera saja Zea berhambur memeluk seseorang yang dipanggil Iyo.
Laki-laki bertubuh tinggi itu pun segera memeluk adik kesayangannya. Mario Dewangga Adhitama, putra pertama dari pasangan Jagad Adhitama dan Sarotama Anggani.
"Gimana kabar hari ini, princess?" tanyanya sembari mengelus Puncak kepala Zea.
"Not bad, abang. Tapi Zea dibuat jengkel sama putra keluarga Pratama" jawab Zea dengan mengerucutkan bibirnya.
"Loh, sejak kapan princess abang tau soal putra dari rekan-rekan papanya?" goda Mario seketika, pasalnya Zea itu tidak pernah mau tampil di tempat manapun yang berhubungan dengan rekan kerja papa mamanya.
"Pasti ngga jauh dari perjodohan yang mengatasnamakan bisnis! Pokoknya Zea ngga akan mau buat ikut-ikutan acara bisnis papa atau arisan mama ya! Kalau kalian maksa-maksa, lebih baik Zea balik ke Prancis bareng neni sama keni!"
Itu yang pernah diucapkan Zea satu kali dan tidak akan pernah diulangi lagi. Ngomong-ngomong soal "Neni dan Keni" mereka adalah kakek nenek dari pihak mamanya yang tinggal di Prancis bersama putra sulung keluarga Prasetyo. Dulu setelah lulus Sekolah Dasar, Zea dirawat kakek neneknya di Prancis hal itu dikarenakan Zea yang sering mengeluh rumah sepi karena orang tuanya sibuk, hal itu dilaporkan kepada pihak keluarga Prasetyo. Akhirnya kakek Zea, Feri Prasetyo segera terbang ke Indonesia untuk menculik cucu bungsunya.
"Ih abang, jadi tadi opa tau kejadiannya lewat cctv. Dan opa juga yang ngasih tau Zea kalau dia putra tunggal om Gerry" jelas Zea kemudian.
"Ganteng ngga, dek?" goda Mario lagi.
"Bang Iyooo! Zea ngga suka ya digituin" cemberut gadis itu lagi.
"Iya iya princess bang Iyo. Salah sendiri sih mahasiswi beasiswa sok-sokan ngelawan anak pengusaha terkenal"
"Lah yang terkenal juga bokapnya, jadi anaknya cuma numpang nama kan bang? Beda lagi Zea, hanya orang-orang tertentu yang kenal Zea sebagai putri sekaligus cucu bungsu keluarga Adhitama"
"Iya deh, sana mandi! Ngomel mulu kayak emak-emak komplek"
"Btw, bang Iyo kapan pulangnya?"
"Semalem abang udah di Jakarta, cuma pulang dulu ke apartemen. Dan kabar baiknya, abang bakalan tinggal lama disini"
Mendengar hal itu Zea langsung menyunggingkan senyumnya lebar.
"Serius bang Iyo?"
"Kapan bang Iyo ngga serius, princess?"
"Terus perusahaan papa yang di Aussie gimana?"
"Udah ada Gani yang handle kata om Roy itung-itung belajar bisnis, biar ngga ngandelin uang bokap nyokapnya terus"
"Ooohh bagus deh, biar kak Gani belajar susahnya cari uang" komentar Zea kemudian.
"Disuruh mandi malah banyak omong!"
"Ini juga otw"
…
Di sebuah ruangan minimalis dan sangat jauh dari kata kotor, terlihat beberapa remaja sedang berkumpul di dalamnya. Ada yang main game, sibuk makan, sibuk tidur, sibuk ngobrol, dan lain-lain. Tapi semua kegiatan itu terhenti kala empat orang remaja lain datang ke tempat itu.
"Woilah, kemana aja kalian? Baru ingat markas" seru salah seorang di dalamnya.
Aga, Varo, dan Irel segera duduk ke sofa kebanggaannya. Beda lagi dengan Saka yang sedang sibuk menceritakan apapun yang berhubungan dengan hari ini.
"Jadi, hari ini si Irel mulut cabe, habis dibantai sama seseorang" seru Saka dengan wajah dibuat-buat.
Mereka semua yang di dalamnya mendengarkan cerita seorang Saka dengan serius dan ada juga yang sudah terpancing emosi.
"Irel ditendang, di plintir, dan disuruh-suruh buat mungutin nasi yang kececer"
"Stop! Apa bang? Nasi kececer?" sengkal Dimas, salah satu juniornya di SMA tempat empat inti Sky bersekolah dulu.
"Iya dan...."
Belum sempat Saka melanjutkan ceritanya, "kita harus bikin perhitungan sama tuh orang!" Fredi, salah seorang anggota lain terbawa emosi.
"Yoi! Bisa-bisanya gituin Irel!" ucap yang lain.
Saat ini Saka sedang berbangga diri dengan ceritanya yang berlebihan dan belum menyebutkan siapa orangnya.
Di lain sisi Irel sudah pasang muka masam dan pasrah jika sebentar lagi teman-temannya akan menertawakan hal yang tadinya dibuat-buat oleh teman laknatnya.
Sedangkan sisi lain seorang Aga bangkit, "siapa yang mau bikin perhitungan?" tetap dengan wajah datarnya.
Dalam hati seorang Varo sudah terkikik geli.
"Kita semua lah bang, lo rela bang Irel digebukin kayak tadi? Kita harus bales tuh orang!"
"Gue lebih rela temen bangsat gue digituin!" jawab Aga tetap datar.
"Brengsek lo bang! Kok lo jadi gitu?!" sulut yang lain.
"Kalo kalian semua berani sentuh tuh cewek, mati lo di tangan gue!"
Tunggu.
"Cewek?"
"Maksud lo, Ga?"
Kini semua tatapan beralih ke Saka yang sudah cengengesan cengar-cengir.
"Hehe gue ngomong juga belum selesai loh," ucapnya sembari membentuk 2 jari tanda damai, "yang ngehajar Irel kan cewek hehe" lanjutnya lagi.
"Anjing!"
Irel, laki-laki itu kini sudah menelungkupkan wajahnya ke bantal, saat yang lain sudah mulai menertawakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zeaga
ChickLit"Aku beneran ngga tahan, Ze. Boleh ya, aku sayang banget sama kamu. Aku tau ini pertama buat kamu, juga buat aku." Zea menoleh dan mengangguk ragu. "Cuma bibir ya Aga, jangan sampai turun!" balas Zea setelahnya. Senyum Aga merekah, "terima kasih...