Hari sudah makin sore membuat suasana alam sedikit berbeda. Apalagi dibarengi dengan rintik hujan yang semakin menambah kesan mistis. Di bawah rintik hujan yang jatuh, ada langkah gusar seorang gadis baru saja pulang dari rumah temannya. Ada sedikit rasa cemas saat langkah demi langkah yang dia ambil. Apalagi saat dia mulai melewati rumah kosong yang katanya banyak isinya. Isi yang dimaksud adalah para kasat mata yang mendiami rumah tersebut.
Banyak rumor beredar tentang rumah kosong itu. Hampir setiap menjelang Maghrib beberapa orang pernah menangkap sosok wanita berbaju merah tengah berdiri di balik jendela rumah dengan posisi menunduk.
"Ini Pak RT kagak mau bikin jalan lain apa, ya," ucapnya dengan nada sedikit risau.
Mau sekuat apa pun menahan diri, ekor matanya tetap tak mau menuruti rasa takut. Netra dengan iris kecoklatannya melirik penasaran ke arah rumah kosong dengan dominasi warna coklat itu.
"Udah berapa tahun kira-kira ini rumah kosong, ya?" Langkahnya mulai memelan ketika jendela dengan tirai putih yang sedikit kusam itu menarik perhatiannya.
Dari fisik bangunan tersebut, masih terlihat sedikit kokoh walau karat pada besi pagarnya terlihat jelas. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa rumah itu merupakan salah satu rumah dengan desain yang cukup mewah apabila dirawat.
Daun-daun yang basah di tanah menambah kesan suram pada rumah itu. Sampah pun ikut bergabung dengan dedaunan, mengotori pelataran rumah tersebut.
"Kalo dirawat pasti bagus ini rumah." Iska namanya, gadis yang tadi berniat langsung pulang ke rumah, kini tanpa sadar mendekatkan dirinya ke pagar rapuh rumah itu.
"Orang kaya pasti yang punya– anjir apaan itu?!"
Pekikan tertahan terlontar di akhir kalimat Iska, tangannya berulang kali mengusap matanya, berharap apa yang baru saja ia lihat adalah ilusi semata.
"MAMAK, BENERAN ADA!"
Mengambil langkah seribu mungkin cocok untuk Iska sekarang, kakinya benar-benar ia pacu untuk sesegera mungkin menjauh dari rumah tadi. Sesekali ia menoleh ke belakang, berharap tidak ada sesuatu yang mengejarnya.
"Tadi ... tadi itu apaan?" Langkah Iska mulai normal usai rumah kuning tempat tinggalnya mulai terlihat. Batinnya sedikit lega, tetapi tetap saja hal yang ia lihat tadi sungguh membuat dirinya terkejut.
"Tadi itu cuman pantulan gue di kaca atau gimana? Kenapa gue kayak lagi ngeliat diri sendiri?"
Dirinya berusaha untuk menyangkal, berpikir bahwa yang ia lihat tadi hanyalah sekilas bayangan pantulan dirinya di jendela rumah itu. Sibuk untuk mengatur napas, Iska melupakan satu hal yang penting.
Tirai putih tadi tersingkap.
👽👽👽
"Iska~"Sayup-sayup Iska mendengar suara bisikan yang sangat dekat, bahkan bau amis terasa sangat menusuk ke indera penciumannya. Cekikan kuat yang terasa dingin mencengkram leher Iska secara tiba-tiba membuat kelopak matanya langsung terbuka.
Mata Iska melotot sempurna melihat makhluk berambut panjang dengan baju berwarna merah sedang melayang tepat di atas dirinya yang masih berbaring di tempat tidur. Mata merah menatap sengit Iska. Bibir sobek yang sangat panjang dengan darah terus mengalir di area sobekkan itu.
Napas Iska terasa sesak. Entah kenapa badannya tidak bisa bergerak sedikit pun, bahkan untuk berteriak mulutnya seperti terkunci. Ia memejamkan mata dan merapalkan macam-macam doa pelindung. Cekikan itu melonggar, dengan cepat ia menghirup udara sebanyak-banyaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerita Bersambung
Short StorySekumpulan keping cerita tentang bagaimana aksara menggelitiki perutku. Katanya, tulisan ini sangat seimbang bila ditemani dengan camilan dan lagu bernuansa sesuai keadaan hati. Kumpulan Cerita Bersambung hasil otak anak PMG. Jangan lupa tinggalkan...