11: "Bersamanya"

92 9 9
                                        

Jika bukan karena kewajiban untuk memberikan perubahan kepada sekolah, Joan tidak akan melakukannya. Memang keinginan awal begitu, tapi tidak setelah Nadhif muncul di dalam hidupnya. Permintaan untuk bersama? Sungguh gila.

"Bisa sama Jian atau Mahendra. Spalagi si Jian, dia lebih pintar dan bisa menyeimbangi senior." Joan mengatakannya begitu tenang seraya menyusun kertas yang sempat diberikan kepada temannya.

"Iya, sama gue aja," tutur Jian untuk menyudahi suasana tegang hanya karena muka datar yang diperlihatkan Joan.

Mahendra pun menganggukkan kepala. "Kapan lagi Joan bisa sama gue, ya, kan," timpalnya untuk mencairkan suasana dan untungnya Joan langsung tersenyum dan ikut menimpali.

"Nanti pacar lo cemburu, gue gak tanggung jawab," ucap Joan sambil tersenyum.

Tangan Joan menyodorkan lembaran kertas yang sudah ia susun kepada Nadhif yang terlihat bingung dengan perubahan wajah Joan. Apa sebelumnya dia sering sepert ini, bahkan dengan Bagas sekali pun? batinnya dengan mata yang masih tertuju kepada perempuan di depannya.

"Tolong disusun dan kalau udah selesai langsung kirim sama gue. Nomor gue ada sama Bang Alby, minta sama dia aja," papar Joan. "Gue pamit pulang duluan, mungkin ayah udah di depan," sambungnya seraya berdiri dan mengambil tas yang ia taruh di lantai.

"Bareng, Jo!" Jian pun ikut berdiri dan meninggalkan dua temannya yang lain.

Nadhif menatap punggung Joan yang hilang dari balik pintu dan langsung mendongakkan kepala karena Mahendra menepuk bahunya.

"Joan anaknya asik, mungkin karena dia masih bingung sama lo."

🐣HIRAETH🐣

Benar dugaan Joan jika ayahnya sudah berada di parkiran luar dan di sana juga ada Hana.

"Tumben banget Hana mau ngobrol sama ayah, ya. Mana ketawa lagi."

Jian menahan senyum dan menganggukkan kepala karena sebelumnya Hana itu paling takut dengan Syarif.

"Si kembar datang. Mau pulang bareng?" tanya Syarif saat Joan dan Jian menghampirinya.

"Gak usah, Yah," ucap Jian seraya menyalami ayahnya Joan. "Udah janji sama Hana mau temenin dia, lagian bawa motor sendiri," sambungnya.

Biasanya untuk pulang sekolah Syarif tidak menjemput Joan, tapi karena hari ini ada acara keluarga di rumah saudaranya jadi ia harus menjemput anaknya.

Tidak banyak percakapan antara anak dan ayah di dalam mobil, apalagi Joan yang memang sulit berinterakasi dengan ayahnya karena prinsip hidup Syarif yang terlalu ketat mendidik anaknya. Terlebih lagi dengan sifat ayahnya Joan yang tidak banyak bicara, tapi pasti.

"Kakak udah mulai ngerjain program sekolah, mungkin ke depannya bakal lebih sibuk."

"Bagus dong," timpal Syarif tanpa melihat pada anaknya.

Walau tidak ada respon lain, tapi Joan tahu jika ayahnya bangga dan begitu sayang akan dirinya. Buktinya saat pertemuan keluarga, nama Joan tidak pernah berhenti keluar dari mulut Syarif kepada semua sanak saudaranya.

"Mulai lagi ayahmu," bisik Serin kepada anaknya.

Tidak dipungkiri juga karena hanya Syarif yang menunjukkan jika didikannya berhasil. Bukti lainnya pun, anak pertamanya sekarang sudah sukses dan dipercayakan oleh atasannya untuk memegang dan mengendalikan perusahaan cabang di luar daerah.

Baru saja sampai di rumah, Joan harus menambah kesabarannya karena ulah anak tetangga sebelah yang menaruh tulisan besar di jendela kamarnya.

BALIKIN INSTO GUE!

HIRAETH - Ryujin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang