Ralisa

574 63 2
                                    

Ralisa Jovandra, asma indah milik estetika semesta yang ayu rupanya, meskipun tingkahnya membuat geleng-geleng kepala. Gadis ini biasa disapa Lisa, rupanya yang ayu paripurna itu tidak perlu diragukan lagi, rambut coklat panjang, pipi tembam, mata bulat, senyumnya yang menawan, serta jangan lupakan poni lucunya yang menambah kesan manis dan imut, banyak insan yang memuji kecantikannya. Akan tetapi, tidak dengan pola pikirnya yang kekanakan dan tidak dapat dimengerti.

Gadis itu terlahir di keluarga yang bisa dibilang kaya, ayahnya adalah pebisnis terkenal pemilik perusahaan Jovas's Production. Namanya, David Jovandra, manusia dengan rupa luar biasa yang setiap harinya bergelut dengan bisnis-bisnisnya.

Pagi ini, sepertinya akan menjadi hari yang sial bagi Lisa, meskipun setiap pagi memang selalu menjadi hari sialnya. Lihat saja, matahari sudah naik seperempat, dan gadis itu baru sempat mengunyah satu gigitan roti sembari berlari dengan tergesa-gesa, menuju mobil yang entah sudah berapa lama menunggunya di sana. Gadis itu tersenyum lebar dan masuk ke dalam mobilnya.

"Leon sudah sampai di sekolah, Pak?"

"Sudah dari setengah jam yang lalu, Non, sekarang jam 07.50." Lisa mengangguk-angguk, ia tahu dirinya terlambat, tetapi santai adalah gayanya.

"Goodbye Lica!"ucap seorang bocah cilik tampan yang baru berumur tiga tahun itu. Namanya Loius, dia adik Lisa. Gadis itu membalas lambaian tangan sang adik dari dalam mobil, memberinya isyarat ciuman.

Sedangkan Leon yang Lisa maksud adalah Leonard—kakaknya yang terpaut satu tahun dengannya. Meski satu sekolah, keduanya jarang berangkat bersama. Bukan Leon yang meninggalkan Lisa, melainkan gadis itu yang terlalu susah dibangunkan, seperti orang mati kalau kata Leon.

Sesampainya Lisa di sekolah, ia turun dan bergegas menuju gerbang yang dijaga satpam berbaju putih dan bercelana hitam.

"Pak Udin, izinin Lisa masuk ya, please!"

Pak Alimudin yang sering disebut Pak Udin ini adalah seorang penjaga gerbang sekolah, yang menjabat sudah 10 tahun lamanya, jelas ia sangat mengenal Lisa yang langganan terlambat itu. Syukurnya Pak Udin adalah orang yang sangat baik, Lisa sering diizinkan masuk, dengan syarat jangan sampai ketahuan.

"Yaudah cepetan masuk, sebelum ketahuan, tapi ingat ya.Besok-besok lagi jangan terlambat!"

Lisa tampak senang dan ia mengacungkan jempolnya pada si penjaga gerbang. Seakan berkata besok dirinya tidak akan terlambat, meski hati dan pikirannya berkata begitu, tetapi rasa kantuknya selalu menolak, rasa tidak mau bangun itu seolah mengatakan, bahwa ia akan selalu terlambat.

Lisa berjalan mengendap menuju pintu kelasnya, terdengar bising tak biasa, Lisa yakin jika guru belum datang untuk mengisi kelas mereka. Saat tengah menguping di ambang pintu, tiba-tiba saja sesuatu yang besar menghantupnya. Lisa mengaduh kesakitan, tetapi kemudian.

"Gila, bisa-bisanya lo baru datang! Gimana, Tuan Putri? Tidurnya enak?" Lisa mengangguk dengan senyum lebar andalannya."Enak banget dong, sampai susah bangun!" Lisa tergelak, yang barusan itu Rosa—sahabatnya, sahabat yang betah menemaninya hingga puluhan tahun, hiperbola memang, tetapi itulah kenyataannya.

"Ya, elah ni bocah, gak bosen apa dihukum pak Agus?"

Lisa menggeleng, sudah terlampau biasa.

Rosa membulatkan matanya. "Udah biasa? Ya tapi, gak segitunya juga dong, berangkat pagi cuma seminggu sekali."

Cengiran itu Kembali muncul di wajah Lisa, ia tak lagi mendengarkan ocehan gadis itu dan masuk ke kelas. Benar saja kalau tak ada guru. Lisa bernapas lega, untung saja dijalan tak seorangpun guru yang menangkapnya.

Namun, semenit setelahnya Lisa tersenyum penuh arti. Entah apa arti senyuman itu, yang jelas, tadi Lisa melihat sesuatu yang indah milik semesta yang dibingkai dengan senyum menawan yang luar biasa membuat kepikiran.

Melupakan soal itu, Lisa melambaikan tangan pada Rosa yang baru kembali dari toilet. Keduanya melanjutkan obrolan yang tadi sempat tertunda, hanya saja tiba-tiba fokus Lisa hilang, ia menunjuk sebuah buku yang dibaca salah satu temannya.

"Ros, liat deh! Judulnya cinta pertama, Lisa jadi keinget Danil, dia 'kan cinta pertama Lisa, jadi mau baca ceritanya, siapa tau akhirnya tragis juga kaya kisah cinta Lisa."

Rosa memutar bola matanya. "Ya ampun, Lis, semoga Danil inget lo juga ya."

Lisa mengerucutkan bibirnya. "Jangan gitu, Lisa 'kan kangen Danil."

"Udah lah, Lis! Gak usah inget-inget Daniel mulu, ingetkan terakhir kali kalian ketemu? Dia cuek banget sama lo! Dia pindah gak bilang sama lo, ngilang beberapa hari, tiba-tiba udah ngambil surat pindah aja, ketemu lo bukannya nyapa dan pamitan malah cuek kayak orang gak kenal, pacar macam apa?"cerocos Rosa dengan nada kesal.

"Udah dong, Ca!"

Wajah Rosa berubah panik.

"Eh, jangan sedih dong! Udah lah, masa lalu.Itu 'kan pas zaman-zaman kita SMP, Lis, udah jangan diinget!Entar lo makin sedih."

Lisa mengeluarkan permennya dari dalam saku.

"Nih, mending lo baca ini, gue beli ini seminggu lalu." Lisa mengambil buku di tangan Rosa itu dan membaca judulnya.

"10 cara meluluhkan hati cowok? Ih, apa sih Ros, Lisa nggak mau move on dari Danil."

"Okay, kita taruhan, kalau sampai lo bisa move on dan suka sama orang lain, lo harus kasih gue apapun yang gue minta, dan kalo lo beneran gak bisa move on sampai kita lulus, gue bakal lakuin sebaliknya, setuju?"

Lisa tersenyum cerah lalu mengangguk. "Deal."

Lisa penasaran, apakah ada yang bisamembuatnya berdebar-debar selain pemuda itu, dan bisakah Lisa berpaling darinya.

-

BERSAMBUNG

MUNGKIN BAGIAN AWAL INI NGGA JAUH BEDA SAMA YANG PERTAMA, TAPI SEMOGA KALIAN ENJOY BACANYA LOVE U GUYS!
MAKASIH UDAH SELALU DUKUNG AKU❤️

Be MINE pt.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang