Vian, Nathan dan teman-teman lainnya sedang asik bermain game. Ini hari Senin, hari dimana jadwal siswa-siswi di sekolah memadat. Jadi, seperti kata Nathan, mereka butuh refreshing agar tidak stress, caranya? Dengan main game online.
Saran yang aneh, tetapi apa boleh buat. Bermain game online itu asik juga, tetapi rupanya, tidak sepenuhnya saran Nathan itu benar, lihat saja! Bukannya menghilangkan stress justru membuat mereka semakin stress.
"Sialan! Lo ngapain ke sana Nath, kalah kita bego!"
"Lo salah arah bego ke sini, bener. Ikutin gue!" Bima menuruti intruksi Nathan.
"Wah kena tembak gue, mati dah mati gue Nathan!"seru Bima heboh.
"Lo salah tu, kenapa ke sana!"
Kesabaran Bima habis. "Tadi yang nyuruh lo bego! Ngikutin lo sesat! Males gue!"
Vian keluar dari aplikasi game-nya, bukannya menghilangkan stress tetapi malah membuatnya semakin stresskarena perdebatan tidak bermanfaat dari dua manusia itu. Vian memilih pergi meninggalkan dua temannya yang sedang berdebat tadi.
Vian pergi ke kantin dan memesan es jeruk. Ia duduk di pinggiran untuk menikmati udara dari lantai 2, sudah lama ia tak menikmati udara dari sini. Sekarang ia bisa tenang dan akan membaca buku agar semakin rileks. Akan tetapi sayang, baru saja membaca selembar bukunya tak lama kemudian, Nathan menyusulnya, duduk di hadapan dan menatapnya penuh selidik.
Vian yang tak mengerti dengan tatapan itu hanya membalasnya bingung. Kemudian tanpa ada aba-aba Nathan memukul meja hingga membuat Vian tersentak dan hampir tersedak es jeruknya.
"Lo utang penjelasan sama gue, ngaku lo apain Lisa semalem?"
Vian menghela napasnya. Ia benar-benar tak mengerti apa yang ada di otak Nathan, tetapi kemudian dia mulai menjelaskannya peristiwa yang terjadi semalam, peristiwa yang melibatkan Lisa, Rere dan Jena.
"Gue nggak tahu persisnya gimana, tapi yang jelas gue yakin, itu kelakuan mereka berdua." Nathan membulatkan bola mata.
"Ada ya manusia kayak gitu, dari cerita lo gue juga udah bisa simpulin kalau itu kelakukan mereka, kok bisa gitu loh dia sebenci itu sama Lisa, karena dia suka sama lo?"
Vian meletakan bukunya. "Dia kenal gue semenjak pernikahan papa sama mama Tania, dia itu anak temennya mama Tania, dia sering ke rumah gue dan yang paling gue kagetin pas gue pindah ke sekolah ini. Ternyata, dia sekolah di sini juga, gue sebenarnya nyesel sekolah di sini ketemu lo lagi, ketemu Bima lagi dan ketemu Rere lagi." Nathan berdecih.
"Lah harusnya lo senang ketemu gue, yang lo harus sesali itu, ketemu Rere si anak freak." Nathan bergidik ngeri, lalu meminum es jeruk milik Vian.
Nathan dan Vian semakin asik mengobrol sampai turut membicarakan perihal pertandingan taekwondo Nathan dan Jerry yang akan segera dilaksanakan, sebentar lagi.
•
Di tempat lain juga ada yang tengah membicarakan soal pertandingan lusa. Ada Chandra, Jerry dan Nanda, ketiganya duduk di dekat lapangan sekolah yang kosong, tempatnya cukup sepi sehingga mempermudah mereka berbicara hal-hal yang bersifat rahasia.
"Apa rencana lo? Gue jadi penasaran sama apa yang udah lo rencanain selama ini," tanya Chandra dengan wajah penuh harap.
"Yang jelas gue latihan, dan mama Vian lagi hamil anak papa gue, apa lo berdua langsung nangkep maksud gue?"
Nanda bertepuk tangan. "Gue bakal celakain mamanya, kalau dia nggak mau ngalah sama gue dan juauhin Lisa. Gue tau Vian kayanya juga nggak suka sama mamanya, tapi siapa sih anak yang tega mamanya terluka? Gue bakal coba semoga aja ini berhasil." Jerry tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be MINE pt.2
FanfictionBe MINE (Revisi) "Kamu masuk ke dalam hidupku, buat semua kacau, tapi berwarna." Al Vian