Kemarin adalah hari Minggu, Senin ini tak ada yang berwarna sedikitpun dihari-hari Lisa seperti biasanya. Ia masih bersedih dan menyesali janjinya untuk menjauhi Vian. Nyatanya, Lisa lebih suka diabaikan Vian daripada tidak bersama Vian sama sekali. Namun, karena sudahberjanji mau tak mau, Lisa menepati ucapannya, selama beberapa hari ia tidak pernah menemui Vian lagi. Bahkan, bertemu dijalan pun Lisa hanya menunduk dan menjauhinya.
Rosa yang tahu akan hal ini pun tidak bisa berbuat banyak, yang dilakukannya hanya men-support Lisa dan menghibur sahabatnya agar tidak sedih lagi. Akan tetapi, apapun caranya sepertinya Lisa tidak bisa seceria biasa. Jika sudah seperti itu rasanya ada yang hilang dari Lisa, Rosa pun ikut sedih karena. Sangat sulit untuk Lisa menjauh dari Vian, beberapa lama mengenal Vian mengenalkan rasa nyaman pada Lisa, karen itu ia masih sering memperhatikan Vian dari jauh, ia sadar tak pernah seperti ini sebelumnya, Lisa benar-benarmenyukai Vian tanpa modus.
Saat jam istirahat seperti inipun Lisa tak bersemangat sama sekali. Padahal, makan adalah hobinya. Rosa yang paham betul dengan kondisi sahabatnya itu, pergi memesan makanan membiarkan Lisa duduk manis menunggunya. Di sisi lain, ada Rangga dan Leon yang sedang duduk bersama, tak jauh dari tempat duduk Lisa, Lisa yang tampaknya sedang terpaku menatap pemuda kaku yang tengah bersama teman-temannya itu.
Benar Lisa memperhatikan itu, memperhatikan cara jalan Vian, cara Vian tersenyum tipis kepada teman-temannya, memperhatikan mata tajamnya, Vian benar-benar telah berhasil mengambil alih pikiran serta hatinya.
Leon melihatnya, iaikut sedih karena adik perempuannya tidak ceria lagi. Leon jadi merasa serba salah dan bingung harus melakukan apa? Rangga yang menyadari itu menepuk pundak Leon, Rangga paham betul bagaimana pemuda tersebut, karena mereka sudah menggenal sejak masih ditaman kanak-kanak.
"Kenapa lo, kayaknya banyak pikiran?" Leon menggeleng.
"Yaelah, cerita aja,kaya sama siapa aja lo!"ucap laki-laki bernama lengkap Pramudia Rangga, tetapi Leon hanya menghela napas lalu mengalihkan pandangannya pada Lisayang melamun memperhatikan Vian.
"Lisa? Kenapa Lisa?" Leon hanya menghela napasnya.
"Cerita aja kali, Lisa 'kan adik gue juga!"
"Dia suka sama cowok, tapi cowok itu gak pernah merespon bahkan dia keberatan kalau Lisa suka sama dia, gue gak mau Lisa sakit hati karena itu!"
Rangga mengernyitkan dahinya. "Siapa?"
"Vian!" Rangga membulatkan mata.
"Gue gak mau Lisa disakitin, udah cukup gue liat dia terluka kemarin-kemarin. Makanya gue suruh Lisa jauhin dia, dan Lisa setuju, asal gue nggak marah sama Vian, tapi sekarang, Lisa jadi sering diem kayak begitu.Mungkin dia sedih karena gue larang dia deketin Vian, gue jadi serba salah deh," ucap Leon.
"Lisa pasti galau dan sedih karena janjinya sama lo itu. Kalau menurut gue, cara lo salah sih. Lo harus biarin dia bahagia, jangan larang dia, tapi lo harus ajari caranya, lo liat deh gimana sedihnya Lisa, dia itu penurut, lo ajarin coba cara yang bener ngedeketin orang."
Leon mengela napas. "Lo tau sendiri Lisa gimana, dia belum dewasa sepenuhnya, gue gak yakin dia ngerti, dan Lisa emang penurut, tapi lo nggak tau gimana kalau dia udah punya ambisi. Gue tau banget Vian nggak nyaman dan gue nggak mau Vian yang ngerasa nggak nyaman itu, akhirnya nyakitin Lisa."
"Gue yakin, meskipun dia belum dewasa sepenuhnya, Lisa punya pemikiran dia pasti bakal ngerti meskipun sedikit-sedikit."
"Gue juga nggak tega sih liat dia sedih gitu, gue bakal coba saran lo nanti!"
Rangga mengangguk menepuk pundak Leon. "Masalah event, lo udah kasih tau Lisa? Bentar lagi, kan?"
Leon menggeleng. "Pulang sekolah nanti gue kasih tahu, tapi dia pasti marah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Be MINE pt.2
ФанфикBe MINE (Revisi) "Kamu masuk ke dalam hidupku, buat semua kacau, tapi berwarna." Al Vian