Tempat yang sepi, penuh buku yang tersusun rapi di setiap rak, meja-meja berbaris disetiap tempat, dimana lagi kalau bukan di perpustakaan. Lisa, untuk pertama kalinya selama bersekolah di sini, ia menginjakkan kaki di perpustakaan, tujuannya suda bisa ditebak, apalagi kalau bukan perihal Al Vian.
"Ketemu!" seru Lisa yang langsung mendapat tatapan tajam dari beberapa murid yang tengah membaca buku dengan tenang, sontak Lisa membungkam mulutnya sendiri, lalu terkikik pelan.
Al Vian benar-benar sudah muak melihat gadis yang acap kali muncul di hadapannya akhir-akhir ini. Vian bangkit, jelasnya ia hendak segera keluar, tetapi Lisa menahannya.
"Vian di sini aja, Lisa mau baca buku sama Vian, Lisa suka baca loh!" ucapnya dengan setengah berbisik. Menyerah, Vian kembali duduk, diikuti dengan Lisa.
Lisa mulai membuka bukunya, sesekali melihat wajah Vian yang tampan, tetapi alih-alih membaca. Lisa malah telanjur asik menatapi wajah rupawan Vian, dan saat Vian berbalik menatapnya, Lisa sesegera mungkin untuk berpura-pura membaca. Meski begitu Vian tahu, jikalau gadis itu sama sekali tak membaca, ia memijit pelipisnya, lalu mulai melangkah keluar secara tiba-tiba.
Lisa terperangah, ia mengejar Vian yang kini sudah keluar dari perpustakaan, Lisa mengerucutkan bibirnya hendakprotes. "Ih gak boleh gitu sama pacar!" Lisa menyelipkan tangannya diantara tangan Vian.
Namun, dengan segera Vian menepis tangan Lisa. "Harus berapa kali gue bilang, gue bukan pacar lo, dan jangan deket-deket gue!"
Lisa mengerucutkan bibirnya. "Tapi, Lisa cinta sama Vian, Lisa gak bohong, Lisa gak suka bohong, sukanya Vian!"
Vian yang tadinya menatap Lisa, beralih menatap ke arah lain. "Lo bahkan gak tau apa arti cinta yang sebenarnya!" Vian berlalu meninggalkan Lisa.
"Iya nggak tau, yang Lisa tau, kalau Lisa lagi berdua sama Vian jantung Lisa berdebar, apa itu bukan cinta?"
"Bukan!"jawab Vian cepat, ia masih berjalan tanpa menoleh pada Lisa yang masih terdiam di tempatnya.
"Kalau gitu ajarin Lisa, kasih tau arti cinta yang sebenarnya ke Lisa!"
Vian mendadak menghentikan langkahnya, rasanya ia tidak punya cara untuk mengatasi Lisa. Masalah terbaru dalam hidupnya, dengan jengah Vian menyapu wajahnya menggunakan tangan, dan meninggalkan Lisa tanpa menjawab.
"Lisa bakal buat Vian cinta sama Lisa, gimanapun caranya!"teriak Lisa dari kejauhan, entah Vian dapat mendengarnya atau tidak intinya Lisa tetap akan membuat pemuda itu mencintainya. Lisa memang tidak tahu caranya, tetapi bukan Lisa namaya jika mudah menyerah.
Lisa tak menyadari bahwa kakaknya memperhatikan sejak tadi, dan saat membalikan badannya, Lisa benar-benar terkejut sekaligus takut. Pasalnya Leon terlihat marah. "Sudah Leon bilang, kan? Dia nggak suka kamu, dan kamu tau kan, Leon gak suka kalau ada yang nyakiti kamu? Jadi jangan sampai Leon marah sama Vian gara-gara kamu." Lisa terdiam, ia tahu benar kakaknya ini tidak pernah main-main dengan ucapannya.
Lisa masih sangat ingat, dulu saat kelas 10, seorang seniornya dari kelas 12 dengan sengaja melempar bola dan mengenai kepala Lisa hingga ia pingsan, katanya karena Lisa menolak cintanya dan mengetahui itu Leon tidak tinggal diam. Leon yang saat itu masih kelas 11 naik ke lantai 3 dimana kelas 12 berada, dia naik dengan wajah mengeras merah dan napas yang memburu.
"Doni!" teriak Leon, membuat seisi kelas 12 IPS 3 saat itu menoleh ke arahnya.
Doni hanya memandang bingung adik kelas yang cukup ia kenal. Leon masuk ke kelas menarik kerah baju Doni dan memberinya tinjuan keras, hingga membuat darah mengalir dari sudut bibirnya.
"Lo ada masalah apa?"
Bukannya menjawab, justru lagi-lagi Leon menghadiahinya tinjuan yang lebih keras. Bahkan ketua kelas tak mampu menghentikan Leon yang benar-benar berada di ujung kemarahannya.Sampai Lisa datang dengan langkah tertatih, wajah penuh air mata dan tubuh gemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be MINE pt.2
FanfictionBe MINE (Revisi) "Kamu masuk ke dalam hidupku, buat semua kacau, tapi berwarna." Al Vian