Pacar Lisa

160 38 2
                                    

Gadis bersurai cokelat panjang sedang berlari kecil menuju kelas di lantai atas sekolah. Ia berniat menghampiri sang kakak untuk mengajaknya pulang, tetapi ia tak menemukan sang kakak dan akhirnya menanyakan perihal ini pada teman sekelas Leon. Ternyata Leon masih ada ekskul, alhasil Lisa akan menghampiri Leon ke sana. Ditengah perjalanan ia terkejut ketika melihat Vian.

"Hai pacar!" Seolah telah memprediksi kedatangan Lisa, Vian hanya terus berjalan, tanpa memedulikan perempuan cantik di depannya.

"Ihh, pacar gak boleh gitu, kalau dipanggil itu nyahut, bukan diam aja!" protes Lisa.

"Di sini gak ada yang namanya pacar!"

"Maksud Lisa, Vin eh Vian yang pacarnya Lisa!"

"Sejak kapan?"

"Lisa kan udah bilang, Vian harus jadi pacar Lisa."

Vian masih terus berjalan, diikuti Lisa yang terus mengekorinya, dan mengoceh tak jelas, sayangnya tak satupun ocehannya masuk dalam telinga Vian.

"Vian!" panggil Lisa sebal, karena panggilannya tidak dihiraukan. Akan tetapi yang dipanggil hanya menghela napas panjang.

"Pacaran itu untuk orang yang saling cinta, bukan atas kehendak lo sendiri, dan berhenti bilang gue pacar lo, karena kita nggak pernah pacaran, apapun alasannya." Vian sudah cukup muak, perkara Lisa, masalahnya sudah banyak ditambah Lisa jadi semakin berat.

"Yaudah Vian cintai aja Lisa, gampang, kan? Kita bisa pacaran!" Vian menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Lisa.

"Udah, gue nggak mau denger omong kosong lo." Vian hampir saja masuk kalau Lisa tak memegangi tangannya.

"Taekwondo? Sama kayak Leon dong!" Untuk perkataan Lisa yang satu ini cukup menarik perhatian Vian, meski ia tetap berpura-pura tidak peduli.

"Oh iya, Leon itu kakaknya Lisa, dia ganteng mirip Suga BTS, tapi masih gantengan Vian kok, tenang aja, di mata Lisa tetep Vian yang paling ganteng!"

Vian sedikit terkejut, bagaimana tidak, seorang Leonard, seniornya kelas 12 yang tidak pernah bermasalah memiliki adik seperti Lisa, seorang gadis yang kerjaannya mencari masalah. Jadi ini adik dari Leonard? Begitu pikir Vian, sangat diluar prediksi.

"Vian kaget ya?"

"Enggak! Udah sana jangan ikutin gue!" Lisa menggeleng.

"Gak mau! Lisa mau liat Vian!" Tiba-tiba seorang berbaju taekwondo muncul dibalik pintu.

"Lisa?" Lisa menoleh mendapati namanya dipanggil, rupanya Leon.

"Oh, hai Leon!" Ia mendekat ke arah Leon.

"Ngapain disini?" tanya Leon.

"Nungguin Leon, sama sekalian nemuin pacar." Leon mengernyitkan dahinya.

"Pacar? Lisa nggak pernah bilang kalau punya pacar," kata Leon sembari melirik Vian.

"Belum sempat kasih tau, soalnya dadakan. Ini pacarnya." Lisa menunjuk Vian, tetapi dengan cepat Vian menggeleng, seketika Leon paham.

"Lisa pulang duluan aja, minta jemput Pak Thamrin!"

Lisa mengerucutkan bibirnya.

"Lisa mau nonton!"

Leon menggeleng. "Gak boleh!"

"Tapi Leon, Lisa gak pernah liat Leon latihan taekwondo, Lisa mau liat ya!"

"Enggak, Lisa pulang!"

"Tapi Leon ...."

"Lisa, pulang!" bentak Leon, membuat Lisa sedikit tersentak, dengan sedih gadis itu membalikan badan dan berlari meninggalkan dua pemuda tampan itu di sana.

**

Setelah menyelesaikan ekskulnya, Leon pulang. Ia masih merasa bersalah karena sudah membentak Lisa. Padahal, biasanya Lisa selalu menurut, tidak biasanya melawan seperti tadi. Leon masuk ke rumah dan mencari Lisa, tak perlu lama, Leon sudah menemukannya sedang duduk di sofa sambil menonton televisi, menonton film kartun kesukaannya, dengan beberapa cemilan di tangan, merasa di perhatikan Lisa pun menoleh dan mendapati Leon yang menatapnya datar.

"Leon?" Leon duduk di sebelah Lisa dan mengambil satu cemilan di tangannya.

"Ihh Leon, kok diambil sih?" Leon tak menggubris.

"Leon!" Lisa merebut kembali cemilannya.

"Pelit banget," ucap Leon, Lisa menjulurkan lidahnya.

"Lisa." Lisa menoleh. "Maafin Leon ya." Lisa sumringah sambil memeluk Leon.

"Maaf diterima." Leon menepuk-nepuk punggung Lisa.

Leon tidak heran kenapa Lisa begitu cepat memaafkannya, ia sudah biasa. Itulah mengapa Leon berjanji untuk menjaga Lisa, karena tak mau banyak orang yang memanfaatkan kebaikan serta kepolosannya.

Setelah makan, Leon ke kamar Lisa. Sesuai janjinya ia akan mengajari Lisa mengerjakan pekerjaan rumahnya yang sudah sangat-sangat menumpuk, dia memang pemalas. Leon mengajarinya dengan sabar, ia senang, setidaknya Lisa memiliki antusias belajar. Namun, Leon ingat suatu hal yang terjadi siang tadi, sebenarnya ada apa antara Lisa dan Vian?

"Lisa ada apa sama Vian?"

"Lisa pacarnya Vian," ucap Lisa dengan senyum lebarnya.

"Vian-nya suka kamu?"

Lisa menggeleng."Nggak tau."

"Kok nggak tau?"

Lisa menggeleng lagi. "Habisnya Vian susah banget diajak ngomong, cuek banget, tapi tau gak Leon, tadi Vian selamatin Lisa, kalau gak ada Vian mungkin kepala Lisa kena bola basket."

"Bola basket?" Lisa mengangguk.

Leon menghirup napas dalam dan mengembuskannya. "Kalau menurut Leon, Vian nggak suka sama kamu, jadi lebih baik, kamu jauhi dia, dan ingat, besok Leon nggak mau, lihat kamu deket sama Vian, dan Lisa nggak boleh nolak apalagi tanya alasannya."

Leon bangkit berdiri, Lisa hendak protes dan bertanya, tetapi kata peringatan itu membuatnya bungkam seketika. Leon yang saat itu hendak keluar dari kamar Lisa berhenti tepat di pintu. "Janji ya?"

"Tapi, kenapa?"

"Leon nggak mau kamu kenapa-napa."

"Tapi, karena Lisa suka sama Vian, Lisa jadi rajin belajar." Leon membulatkan matanya, ia jadi tahu alasan mengapa Lisa sebegitu antusiasnya belajar malam ini.

"Pokoknya Leon nggak mau lihat kamu ngejar-ngejar Vian, dia risih sama kamu. Dan Lisa, kamu belum tau arti cinta yang sebenarnya, mana bisa ada orang jatuh cinta secepat kamu jatuh cinta sama Vian, beneran nggak masuk akal, jadi tolong, jauhin Vian, demi kebaikan kamu sendiri!" tutur Leon melemah.

Lisa masih menunduk, Lisa memang sensitif bila dengan Leon, sedikit saja Leon membentaknya, nyalinya langsung ciut.

"Jangan melakukan apapun yang menyakiti dirimu sendiri, jangan pentingkan keegoisanmu, kamu juga perlu pikirkan hatimu."

Lisa semakin pusing dengan kata-kata Leon yang menurutnya sangat berat untuk otaknya, Lisa tidak paham, sakit apa maksudnya, Lisa bahkan tak merasa kesakitan sedikitpun.

Sebenarnya Leon pun tahu bahwa Lisa tak akan mengertidengan ucapannya.

"Leon cuma gak mau ada yang nyakiti kamu! Sudah jam 10, kalau mau berangkat bareng Leon buruan tidur!"

Lisa mengangguk, dan beranjak menuju tempat tidunya, masih dengan kepala menunduk.

"Leon!"

"Hmm?"

"Gak ada yang nyakiti Lisa! Tapi kalau Leon suruh Lisa jauhin Vian, Lisa jadinya sedih banget."

Leon hanya terdiam, memperhatikan Lisa yang mulai berbaring dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.

-

BERSAMBUNG

SAMPAI BERTEMU DI HARI SENIN SAMA SI LEMOT LISA DAN SI CUEK VIAN😍

Be MINE pt.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang