⊹ ⊹ ⊹"Rosie? Wake up!"
Suara keras Jenniefer, kakak perempuannya mengganggu ketenangan tidurnya. Ah sial, padahal ia baru saja tidur jam 2 pagi akibat marathon serial netflix. Namun pada akhirnya gadis itu membuka matanya dan mengerjap kecil menyesuaikan sinar matahari yang memenuhi ruangan kamarnya yang luas, tak jauh dari kingsize bed-nya, Jennie sudah berdiri dengan seragam lengkap serta bersedekap, menatap nyalang sosok yang masih terbalut selimut dihadapannya.
"Be ready in 15 minutes atau gue akan tinggalin lo. Kita udah hampir telat, for Godsake."
Roseanne, atau gadis yang akrab dipanggil Rosé itu langsung bangkit dari posisi tidurnya dan beranjak menuju kamar mandi. Ia tidak mau sang kakak semakin murka dan berubah menjadi macan betina yang siap menerkam. Meskipun mandi dan berendam adalah kegiatan favoritenya, namun tampaknya kali ini ia tak bisa berlama-lama atau akan ditinggalkan oleh Jennie.
Tak butuh waktu lama, ia langsung keluar dari kamar mandi dan bersiap-siap di ruangan walk in closet super megah miliknya. Do quick make up and all done. Gadis itu memandang parasnya dari pantulan cermin full-body di depannya dan tersenyum puas. 'Look good as always.' batinnya percaya diri.
"Rosie!" teriakan kakaknya menggelegar dari lantai bawah. Rosé berdecak, kakaknya itu tidak sabaran sekali, sih?
"God. On my way!" balas Rosé tak kalah keras dari dalam kamarnya. Ia mengambil iPhone miliknya dan menaruhnya didalam YSL schoolbag miliknya. Keluar dari kamar dan menuruni anak tangga menuju lantai satu, gadis itu melihat kedua orang tuanya sudah duduk rapi di ruang makan beserta sepasang laki-laki dan perempuan lain. Rosé mendengus kesal, ia akan kembali menjadi third wheel diantara kakaknya dan pacarnya itu.
"Hello, Rosé." sapa pria yang duduk di sebelah sang kakak. Rosé mengangguk dan tersenyum kecil membalas sapaan itu.
"Kak Victor udah disini aja pagi-pagi? Bucin banget!" seru Rosé bercanda, gadis itu menghampiri mama dan papanya lalu mencium pipi keduanya bergantian. Mendengar perkataan calon adik iparnya itu, Victor terkekeh ringan.
"Well, seems like your sister miss me much-" perkataannya terputus saat Jennie mencubit perutnya keras, Victor refleks mengerang kesakitan namun berusaha tetap stay cool di depan calon mertua.
"Tidak apa dong, sayang. Kebetulan hari ini bibi masak banyak sekali, jadi mama suruh kakak undang nak Victor untuk sarapan bersama. Ayo nak Victor dimakan. Kak, Adek, ayo makan." ucap sang mama- Yoona Evelyn Hartono dengan lembut. Perempuan yang menginjak usia 40-an itu tetap terlihat anggun dan cantik, tubuhnya ramping dibalut pakaian Chanel keluaran terbaru serta perhiasan new series milik Tiffany & Co. Tangan lentiknya menjangkau piring dan mulai mengambilkan makanan untuk sang suami, Siwon Hartono.
"Adek nanti mau bareng Papa atau kakak dan nak Victor? Atau pakai mobil yang minggu lalu baru Papa beli?" ucapan sang Papa membuat gadis 17 tahun itu menghentikan kegiatannya menikmati makanan. Keningnya berkerut tanda berfikir, lalu tak lama ia menjawab dengan yakin.
"Bareng kak Jennie sama kak Victor aja, Pa. Sepulang sekolah Rosie mau main dulu sama Lalisa. Biar nggak ribet." ucap gadis tersebut. Sang papa hanya mengangguk paham. Hening kemudian karena semuanya fokus menikmati hidangan yang ada. Table manner of Rich people; no talk unless it's necessary.
Tak lama setelahnya, mereka bertiga- Rosé, Jennie dan Victor berpamitan pada sang Papa dan Mama, "Ma, Pa, kakak berangkat dulu. I love you."
Jennie mencium pipi kedua orang tuanya dan disusul oleh Rosie. Victor paling terakhir dan hanya menyalami calon mertuanya tersebut.
"Ma, Pa, kami berangkat dulu. Princess-princess kalian akan aman bersama Victor." ucap pria itu dengan tersenyum, sang Papa menepuk bahu Victor pelan dan mengangguk sebagai respon perkataannya.
"Victor, nanti ingatkan Papa-mu ada pertemuan club golf di tempat biasa. Jangan sampai telat."
"Roger that, boss!" ketiganya lalu masuk kedalam Range Rover hitam milik Victor. Rosé mengambil tempat duduk di belakang kedua pasangan tersebut.
---
"Rosie!" gadis yang baru turun dari mobil tersebut langsung tersenyum lebar melihat sepupunya itu, Lalisa. Ia menoleh sebentar pada sang kakak untuk berpamitan, "Kak, I'll see you at home."
Jennie hanya menggeleng kecil melihat tingkah laku adiknya, gadis itu berjalan dengan semangat kearah Lalisa seakan tidak bertemu beberapa tahun. "Kids nowaday," gumamnya pelan.
Kedua pasang sahabat itu langsung menjadi sorotan siswa-siswi lain yang ada di koridor. Well, popularitas mereka tidak bisa dianggap remeh. Satu sekolah dan bahkan para guru beserta staff Jakarta International School seluruhnya mengenal mereka. Of course, The Hartono's. Keluarga paling berpengaruh di Indonesia. Kakek mereka, Michael Hartono menempati posisi pertama 'Indonesia's top 50 Richest' verif majalah Forbes, disusul oleh Siwon Hartono di tempat kelima dan juga Marco Hartono- ayah Lalisa di tempat ketujuh. Rich? No, they are super rich.
"Do you hear about the hot gossip? Katanya bakalan ada middle class yang pindah ke sekolah ini. Dan rumornya akan satu kelas sama kita!" ucap Lisa dengan bersemangat. Rosé mengenyitkan dahinya bingung, sepertinya ia ketinggalan berita terbaru.
"Oh, really? That's good, which also a new thing for our class. Ya kan?" Lisa mengangguk mendengar jawaban Rosé. Sesaat kemudian, senyum miring tercetak di wajah cantiknya. "Do you think we are going to get along well with the mid?"
Rosé menghentikan langkahnya dan balas menatap Lalisa. Gadis itu mengangkat satu alisnya, "Who knows?" keduanya tertawa bersama dan melanjutkan langkahnya namun terhenti akibat Lalisa yang tak sengaja bertebrakan dengan seseorang di depannya.
"Oh shit."
Umpatan tersebut keluar dari mulut sang lelaki, Jevier, yang saat ini menatap Lalisa dengan tatapan permusuhan. "Oy, doll. Jalan tuh pakai mata."
"Lo aja yang sengaja nabrak gue. Ya kan?" jawab Lalisa tak mau kalah. Keduanya baru akan memulai pertengkaran namun segera dilerai oleh Jeffrey, pria yang berjalan bersama Jevier.
"Udah-udah. Don't make a scene. It's fucking 7.00 a.m in the morning." ucapnya dengan tegas. Jeffrey menatap Lalisa dan Jevier bergantian sebelum mengalihkan perhatiannya pada Roseanne. Pria itu menatap gadis dihadapannya dengan lekat dan hanya dibalas singkat oleh Rosé yang langsung mengalihkan tatapannya.
"Lali, ayo masuk kelas. Bentar lagi bel bunyi!" Rosé menarik tangan sepupunya itu yang masih beradu tatapan tajam dengan sang musuh, Jevier. "Ish. Awas lo, Jev!"
Jeffrey yang melihat Rosé buru-buru memasuki kelas mereka hanya tersenyum kecil. Gemas melihat tingkah gadis tersebut.
"Dude, let's go." ucap Jeffrey sambil menarik kerah seragam Jevier untuk memasuki kelas. Kelas yang sama dengan Lalisa dan Roseanne, XI IPA - A.
tbc.
Masih prologue, which I hope it could raise your curiousity. Hehehe. Jangan lupa vote dan komen yaa! See you. xoxo.
@ lovedbyjane.
2022, July.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗵𝗶𝗴𝗵 𝘀𝗼𝗰𝗶𝗲𝘁𝘆 | 97 liners.
Fanfiction"𝘖𝘩, 𝘣𝘶𝘵 𝘥𝘪𝘥 𝘮𝘰𝘯𝘦𝘺 𝘣𝘶𝘺 𝘺𝘰𝘶 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘪𝘯𝘦𝘴𝘴? 𝘐𝘵'𝘴 𝘯𝘰𝘵-" "𝘊𝘳𝘢𝘱 𝘵𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘩𝘪𝘵, 𝘪𝘵 𝘪𝘴 𝘢𝘤𝘵𝘶𝘢𝘭𝘭𝘺 𝘣𝘶𝘺 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘪𝘯𝘦𝘴𝘴." 𝗪𝗮𝗿𝗻𝗶𝗻𝗴 : This story contains mature contents, harsh language, curses, etc...