𝒊

2.5K 320 67
                                    

Kelas XI IPA - I

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kelas XI IPA - I.

Kericuhan yang sebelumnya memenuhi ruang kelas itu seketika terhenti saat suara ketukan pintu disusul dua orang yang merupakan guru dan murid itu muncul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kericuhan yang sebelumnya memenuhi ruang kelas itu seketika terhenti saat suara ketukan pintu disusul dua orang yang merupakan guru dan murid itu muncul.

Attention, please!” 

Sir Rama, guru bahasa inggris kebanggan Jakarta International School memasuki ruangan kelas XI IPA - I atau bisa dibilang kelas ‘Favorite’. Karena hanya siswa dan siswi terpilih-lah yang bisa masuk kedalam kelas ini, either you are super rich or super smart, or even both.

“Saya disini ingin mengenalkan the new member of this class. Mari, masuk kedalam kelas.” ucap Sir Rama dengan pandangan mengarah pada gadis yang berdiri diambang pintu masuk. Seluruh siswa-siswi didalamnya menatap gadis baru tersebut dengan pandangan menilai, dari atas hingga kebawah.

Mari kita perhatikan. Kulitnya seputih salju, dan terlihat sehat. Wajahnya? Cantik, bahkan sangat cantik seperti dewi. Senyumnya manis dan terlihat tulus, dari penampilannya saja dia seperti gadis murni yang polos. But they said, don’t judge books by cover, kan?

Satu hal yang sangat terlihat dan mencolok dari siswi baru ini, penampilannya. Ia terlihat sederhana dengan hanya mengenakan sepatu converse, tas adidas, serta jam tangan yang terjual bebas di Mall.

Please introduce yourself.” ucap Sir Rama mempersilahkan. Gadis itu menghadap kearah seluruh mata yang kini memperhatikannya lekat. Senyum lebar menghiasi wajah cantiknya.

“Selamat pagi. Perkenalkan, saya Chaerly Amanda Putri. Pindahan dari SMA 1 Surabaya. Usia 17 tahun. Salam kenal.”

Suaranya lembut dan terdengar ramah. Itu yang ditangkap oleh indra pendengar seorang Roseanne Quinnsa Hartono. Tatapan gadis itu lalu beralih pada sorot mata Chaerly, sang murid baru, yang fokus dan seakan terpesona menatap seorang pria yang duduk di bangku kedua dari depan pojok kiri. Ia menyeringai kecil saat mengerti akan tatapan itu.

“Baik Chaerly, silahkan duduk di sebelah Jihan. Di bangku ketiga dari belakang. Kelas akan segera dimulai, so, prepare yourself.

Jihan yang namanya disebut sontak mengangkat tangannya, sebagai formalitas dan sebatas manner saja. Gadis itu hanya diam saat Chaerly mendekat kearahnya dan tersenyum manis pada gadis bermata belo tersebut. Merasa tidak mendapat balasan serupa, Chaerly memilih untuk langsung duduk dan mempersiapkan diri untuk pelajaran pertama yang akan segera dimulai.

𝗵𝗶𝗴𝗵 𝘀𝗼𝗰𝗶𝗲𝘁𝘆  |  97 liners.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang