part 4 ;

4 0 0
                                    

  ☁️☁️☁️


Suasana kampus mulai sunyi, tiap lorong koridor gedung yang tadi nya ramai mahasiswa duduk-duduk membaca buku, berbincang, sekarang menjadi sepi hanya ada beberapa orang yang tersisa. Waktu sudah menunjuk pukul dua siang, terlihat wajah gadis berambut ikal itu sedang cemas sembari menatap layar ponselnya. Ia terlihat khawatir jika hujan ini tidak reda, ia akan terlambat menjemput ibunya di Bandara, Sedangkan perjalanan menuju Bandara membutuhkan waktu kurang lebih satu setengah jam.

Zara yang menyadari gerak-gerik sahabatnya yang khawatir, langsung menepuk lengan sebelah kanan Rama yang tengah asik bermain ponsel nya, sudah pasti laki-laki itu terkejut.

"Gue boleh minta tolong nggak?" Tanya Zara berbisik pada Rama.

Suasana kampus mulai sunyi, tiap lorong koridor gedung yang tadi nya ramai mahasiswa duduk-duduk membaca buku, berbincang, sekarang menjadi sepi hanya ada beberapa orang yang tersisa. Waktu sudah menunjuk pukul dua siang, terlihat wajah gadis berambut ikal itu sedang cemas sembari menatap layar ponselnya. Ia terlihat khawatir jika hujan ini tidak reda, ia akan terlambat menjemput ibunya di Bandara, Sedangkan perjalanan menuju Bandara membutuhkan waktu kurang lebih satu setengah jam.

Zara yang menyadari gerak-gerik sahabatnya yang khawatir, langsung menepuk lengan sebelah kanan Rama yang tengah asik bermain ponsel nya, sudah pasti laki-laki itu terkejut.

"Gue boleh minta tolong nggak?" Tanya Zara berbisik pada Rama.

"Apa lagi?"

"Tolong anterin Nadia ke Bandara dong? jemput nyokapnya. Lo tau kan, hujannya nggak reda-reda? Dia nggak mau telat jemput ibunya, makanya gue minta tolong ke lo buat anterin dia terus pulangin mereka sampai rumah, bisa nggak?"

"Lo ngaco ya? Jam empat kita di suruh mami udah di rumah,"

"Oh iya, papi kan mau balik ya?"

Rama mengangguk.

"Nah tuh inget, lagian dia siapa?" Tanya nya.

"Dih, lo lupa sama nadia? Dia adik tingkat lo, alias dia seangkatan sama gue, adik tingkat organisasi lo juga. Masih lupa?" Jawab Zara.

"Lo lupa? Kita kembar." Ucap Rama sedikit ketus.

Setelah mendengar ucapan Rama, Zara terdiam. Ia baru sadar bila sebenarnya Zara satu angkatan dengan Rama, dan Nadia adik tingkat mereka.

"Yaudah, terus gimana?" Tanya Zara merasa bingung sendiri.

"Kenapa nggak naik angkot atau taksi online?" Ucap Rama.

"Ih tega banget nyuruh perempuan sendirian, belum lagi nanti jemput ibunya. Yaudah deh, gue nanya dia dulu. Lo mah bukan nya kasih solusi malah bikin emosi,"

Rama bingung dengan tingkah saudara kembarnya, ia hanya terkekeh tak mempedulikan Zara.

Mata Nadia terus saja tertuju pada tubuh Varka yang berada di sebelahnya, hanya saja ada pondasi sebagai pembatas di antara kedua nya. Sebenar nya Nadia ingin sekali mengajak Varka berbincang, tapi ia merasa canggung jika berada di dekat Varka.

"Nad?" Suasana berubah saat Zara memanggilnya. Tidak hanya Nadia yang menoleh, Varka yang mendengar suara Zara memanggil Nadia ikut menoleh dan menyimak pembicaraan mereka.

"Lo jadi gimana? Ini udah jam dua lebih. Oh iya gue minta maaf nggak bisa bantuin lo, Rama juga nggak bisa anter karena ada acara keluarga katanya." Ucap Zara bingung

"Astaga, nggak apa-apa. Di temenin udah seneng kok, lagian ini udah agak reda, ini gue lagi prepare" balas Nadia sembari menata kembali barangnya yang sempat berada di luar tas.

Mata cowok itu bergerak menatap kedua arah Nadia dan Zara. Lalu mencoba membalas perbincangan mereka, "biar gue aja yang antar Nadia".

"Eh, nggak perlu kak. Nanti aku bisa naik,"

"Naik apa?" Tanya Varka memotong ucapan Nadia.

"Disini jarang ada angkot kalau nggak jalan dulu sampai depan gang. Taksi juga bakal ngeluarin biaya mahal, gue antar aja nggak apa-apa"

"Tapi?"

"Dari pada telat jemput?"

Zara yang mendengar perdebatan Varka dan Nadia sontak menghentikannya.

"Sshhttt! Ini malah berantem, ya udah kalau emang Varka mau anterin Nadia" Ada benar nya Varka memberikan tawaran mengantar Nadia, ia percaya Varka bisa nenjaga sahabatnya dengan baik.

"Var, tolong jagain!" Pintah Zara kepada Varka. Rama hanya terdiam sembari menyimak segala situasi yang ada di sekitarnya.

"Iya, gue jagain temen lo" jawab Varka.

"Ya udah kalau gitu, gue sama Rama duluan, bye Nadia!" Ucap Zara melambaikan tangan pada nya.

"Bye bye..."


🌸🌸🌸🌸


"Makasih ya kak," ucap Nadia setelah turun dari mobil dan di bantu Varka membawakan barang ibu nya ke dalam rumah.

Varka mengangguk dan membalas senyuman, "Sama-sama".

"Mas Varka nggak masuk dulu?" Tanya ibu Nadia yang berdiri depan pintu. Mereka menoleh, Varka menggeleng pelan seolah menolak secara halus karena waktu sudah begitu malam.

"Lain kali saya kesini lagi tante, saya harus pulang soalnya udah malam banget"

"Oh iya, ya ampun maaf ya sudah merepotkan. Ini ada oleh-oleh buat kamu, sebagai tanda terima kasih dari tante" dengan memberikan satu kantong plastik hitam kepada Varka.

"Wah... Terima kasih banyak tante, saya pamit dulu" kemudian menoleh ke arah Nadia yang berdiri di sampingnya, "pamit dulu nad, Permisi"

Seketika tingkah Nadia menjadi diam, hanya tersenyum dan menatap pria itu tanpa beralih. Varka benar-benar meninggalkan rumah Nadia, ia tetap melambaikan tangan hingga sang ibu menyadari tingkah aneh anak gadis nya.

"Itu cowok yang kamu taksir?" Nadia terkejut saat mendengar pertanyaan itu terucap dari ibu nya.

"Enggak!" Jawab nya menyanggah.

"Ibu pernah muda kali," lalu meninggalkan Nadia kembali ke dalam rumah.

"Ih ibu..."

"Udah ayo masuk!"



Next part...

23 Juli 2022
_______________________

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HISTORIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang