Setelah melewati waktu cukup lama dalam presentasi kuliah, Nadia mendapati pesan line dari teman kelas lainnya.
Untuk pertama kali dirinya mendapatkan kabar untuk datang ke ruangan BEM fakultas. Nadia masih belum mengenal utuh anggota organisasi, semudah apa pun ia mencari teman baru, tetap saja ia tidak mudah mengamati seseorang, bahkan dirinya sedikit lupa dengan siapa "Johan" ?
"Ri, ssshtt!" Panggil Nadia dengan menghasut bisikan pada kursi sebelahnya.
"Hm?" Balas Riri berdeham.
"Johan tuh siapa sih?" Tanya Nadia dengan polos.
"Hah, Johan yang mana?"
"Nggak ngerti, makanya gue tanya ke lo"
"Johan di kampus sini ada tiga, Nad. Ada Johanes anak futsal, Johan kharisma anak hukum, sama Ardiyan johan anak bem. Jadi yang lo maksud yang ma—"
"Anak bem kayaknya?" Balas Nadia memutus pembicaraan Riri.
Seketika Riri melongo pada tatapan Nadia, "lo ada apa sama johan bem?" Tanya Riri sedikit kritis.
"Eh jangan suudzon dulu, gue tadi dapat kabar dari Zara kelas A3 kalo dia habis ketemu Johan, terus dia nyuruh gue sama Zara ke sekret. Makanya gue tanya, lo kenal nggak? Dan wujudnya kayak gimana?"
"Wujud..." sambil memanyunkan bibirnya, "dia cakep, kakak tingkat gue waktu SMA, dia juga idaman gitu banyak fans. Tapi gue nggak tau jombo apa nggak,"
"Gue nggak peduli dia mau jomblo atau nggak, yang gue tanya dia gimana karakternya? Gue cuma takut dia lihat gue kayak cringe gitu, kan malu..."
"Baik kok, dia ramah dan murid kebanggaan dulunya"
Nadia mengangguk paham.
Dua menit lagi waktu mata kuliah selesai, Nadia dan Riri sudah mulai bersiap-siap mengangkat tas selempang berukuran standar mahasiswa lainnya.
"Mau gue temenin?" Tanya Riri.
Nadia menggeleng sembari tersenyum tipis, "gue udah di tungguin Zara di lorong,"
"Oh nggak sendirian? Ya udah kalau gitu, gue balik dulu ya nad, see you!"
"You too."
––—––—––—–———
Hampir dua jam Zara menunggu di lorong, tidak lama ada suara nyaring dari kejauhan memanggil namanya, "Zaraaa~"
Hanya terlihat siluet gadis berjalan cepat keluar dari ruang pojok, Zara berdiri dan memberi lambaian tangan.
"Udah lama ya nunggunya?" Tanya Nadia dengan raut khawatir.
"No problem, lagian gue barusan kok, tadi kan gue habis cari minum" Jawab Zara berbohong. Faktanya, ia sudah hampir dua jam duduk di anak tangga sembari bermain ponsel menunggu Nadia, tapi ia tidak merasa hal seperti ini sudah biasa ia rasakan pada teman lainnya. Baginya, menunggu Nadia tidak begitu lama.
"Serius?" Tanya Nadia memastikan.
"Tanya mulu lo, ini bukan sidang skripsi."
*Kring~
Lewat lima belas menit, bel pergantian waktu mata kuliah berbunyi.
"Lah baru bunyi?" Ucap Nadia heran.
"Telat info mungkin, waktunya udah lewat belasan menit. Kita langsung ke sekret aja yuk?" Ucap Zara mengajak Nadia menuju sekret. Nadia mengangguk, kemudian mengikuti Zara berjalan.
Separuh perjalanan mereka menuju sekret, Nadia dan Zara tidak sengaja melewati beberapa mahasiswa pria yang sedang duduk di kursi kantin. Mereka adalah Rama, Varka, Bisma dan Rigel.
Bisma dan Varka menyadari jika dua gadis yang melewati mereka tadi adalah Nadia dan Zara, langsung memanggil Rama yang dari tadi fokus pada laptopnya.
"Ram, itu Nadia sama Zara lewat bukan?" Panggil Varka pelan. Rama mendengar panggilan itu langsung melirik ke arah Varka menunjuk.
"Nadia sama Zara mau kemana?" Tanya Rigel menimpah.
"Gue nggak tahu," Jawab Rama fokus kembali pada laptopnya.
"Nadia nggak chat sama sekali? Atau zara gitu?" Tanya Bisma.
"Kalau Zara gue nggak begitu paham, soalnya dia juga sering ada panggilan organisasi. Tapi kalau Nadia... gue juga nggak begitu paham sama aktivitas dia, kan nggak dekat" Jawab Rama.
"Makanya deketin," ceplos Varka.
"Mulut lo gue sambel ya! Lagian nggak mungkin lah, bisa jadi tuh cewek udah di geb—"
"Nah loh keceplosan kan, mau ngomong gebetan kan? Ngaku lo ada harapan sama Nadia?" Tanya Rigel.
"Ya kali gila, gue juga nggak semudah itu berharap ke cewek. Lagian gue anggap Nadia kayak adik gue, suka sama orang nggak gampang."
Rama menutup laptopnya, "lo pada tau kan alasan gue ngomong kayak tadi kenapa? Pahami sekali lagi." Kemudian Rama pergi meninggalkan mereka bertiga yang masih memahami ucapan Rama.
"Glimpse Of Use?" Ucap Varka menatap kedua temannya, Bisma dan Rigel.
Next part —>
.
.
25 Juni 2022
——–––—–——–Thanks for reading!
Boleh banget vote, komen atau bantu koreksi karena nggak semua author sempurna, kalian juga boleh bantu saran dan kirim motivasi semangat buat aku^^
-haera
KAMU SEDANG MEMBACA
HISTORIA
Подростковая литератураSejak usia 17tahun, dimana waktu kita yang sulit untuk kembali pulang. Kata mereka, jangan takut untuk pulang. Kenyataannya, rumah tak seutuhnya sebagai tempat pulang. Kebahagiaan adalah kekhawatiran yang selama ini timbul ketika tawa sekali berbuny...