Chapter 8

850 157 12
                                    

Dear diary,

Seiring dengan berjalannya waktu, kini adalah hari dimana Ayahku akan menikah dengan perempuan lain. Aku tidak datang pada acara pernikahannya. Sebanyak ratusan pesan, serta panggilan tidak terjawab dari Ayahku tertera pada ponselku.

Aku memilih untuk tidak menanggapinya dan lebih memilih untuk menjauh dari segala hal. Aku merasa ingin bebas dari penederitaan hidupku. Bebas dari segala hal yang menyerangku. Dan, membiarkan setitik kebahagiaan menghampiriku untuk selalu bersamaku.

Aku tahu, itu hanyalah sebuah angan-anganku. Aku merasa bahwa semua beban selalu ku tanggung sendiri. Dan aku, tidak pernah membaginya dengan siapapun. Aku hanya terus menerus menyimpannya sendiri pada benakku.

Entah sampai kapan penderitaan serta kesedihan hidup yang menyerangku. Karena semakin lama, aku semakin merasa tidak ada gunanya untuk hidup.

Aku merasa bahwa aku adalah manusia yang sangat hina.

Aku merasa bahwa aku adalah manusia yang selalu salah.

Aku merasa bahwa aku adalah manusia yang tidak pernah merasakan kebahagiaan.

Well, kurasa cukup sampai disini. Karena semakin lama, tanganku terasa semakin pegal.

-Leana Scott.

Aku segera menutup buku harian milikku dan melemparnya ke sembarang arah. Aku menatap kosong ke arah dinding yang terdapat foto keluargaku saat 10 tahun yang lalu. Betapa bahagianya diriku pada foto tersebut. Sangat terasa tidak ada beban pada saat itu.

Suara serta getaran kencang dari ponselku membuatku terlonjak kaget. Holly meneleponku.

"Leana? Apa kau sibuk?"

"Tidak, Holly. Apa kau ingin menceritakan suatu hal padaku?"

"Ah--ya. Itulah tujuanku untuk meneleponmu. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan. Dan, bagaimana dengan café saat beberapa hari yang lalu?"

"Baiklah, Holly."

Aku segera memutus sambungan telepon dengan Holly. Entah dasar apa yang membuatku ingin mendengarkan ceritanya.
**

"Leana? Maaf, aku datang terlambat." Ucap Holly secara tiba-tiba yang membuatku menatap ke arahnya.

"Itu tidak masalah, Holly. Dan sekarang, ceritakanlah hal yang ingin kau sampaikan,"

Holly mulai menarik nafasnya perlahan. Raut wajah Holly sangat menunjukkan kebahagiaan disana. Andaikan aku adalah Holly, yang bisa merasakan kebahagiaan yang ia punya, dan menceritakannya.

"Kau tahu, Leana. Aku menyukai seseorang. Dan tadi pagi saat di kampus, aku menghampirinya,"

Aku menatap fokus ke arah Holly sebagai tanda untuk melanjutkan ceritanya. "Aku mengajaknya untuk berbicara sedikit, dan respon yang ia terima olehku sangatlah positif. Kau tahu? Ia mengajakku untuk menonton bersama di bioskop!"

Oh astaga. Mengapa Holly bisa secepat itu berada dekat dengan lelaki tersebut dalam kurun waktu yang singkat?

Aku tersenyum melihat Holly sebagai tanda turut bahagia atas keberhasilannya. "Lantas, kapan kau akan pergi ke bioskop bersamanya?"

Holly menyeruput segelas teh dan menaruhnya di meja. "Besok, Leana. Tepatnya, pada pukul 5 sore. Bukankah itu hal yang bagus?"

"Tentu, Holly. Aku disini akan selalu mendukungmu." Tukas ku sebelum akhirnya aku dan Holly pergi meninggalkan café tersebut.

Holly membisikkan sesuatu ke arah telingaku. "Kurasa aku mulai mencintainya, Leana."
**

maaaff baruu update hueheh

idk why but wattpad is getting bored/?

minggu-minggu ini bakalan late update soalnya mau ukk. doain aja yaa sukses ukknya. buat semuanya jugaa yang mau ukk semoga sukses!

vomments would be nice:)
thank yoouu!

SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang